Antisipasi Masyarakat
Gempa bumi saat ini, seolah-olah menjadi "hantu" tersendiri bagi negara Indonesia. Setelah gempa dahsyat pada akhir 2004 nan diikuti gelombang tsunami nan menghancurkan Aceh, diikuti gempa besar di daerah Yogyakarta pada 2006, dan nan terakhir ialah gempa bumi Sumbar pada 2009 nan juga ikut memakan banyak korban jiwa.
Sebuah bala alam tidak akan dapat dihindari, sebab kekuatan alam tidak akan pernah dapat ditebak oleh manusia, atau teknologi tinggi. Termasuk dengan bala alam gempa. Secara holistik gempa bumi Sumbar nan terjadi pada 2009 lalu terjadi sebab provinsi Sumbar berada di antara lempengan dan patahan dari dua buah benua.
Tidak hanya Sumbar, hampir seluruh di wilayah Indonesia memang berada di daerah patahan dan lempeng tersebut. Jika kita melakukan pengecekan terhadap website BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), maka setiap sehari atau dua hari sekali akan selalu terjadi gempa di Indonesia. Mulai dari daerah Aceh, sampai dengan Papua. Sampai saat ini hanya satu pulau nan tak dilalui oleh seismik aktif gempa, yaitu Kalimantan.
Gempa Bumi Sumbar
Gempa bumi Sumbar 2009 nan lalu memang membuat Indonesia sudah harus mulai mewaspadai bahwa seluruh bagian daerahnya rawan bencana. Tercatat sekitar seribu orang meninggal global dampak gempa bumi Sumbar di 2009 tersebut. Pemerintah pun terus berusaha buat segera mencegah korban nan lebih besar.
Hal tersebut dilakukan, sebab gempa besar diprediksi masih akan sering terjadi di Indonesia, dan khususnya di bagian barat pulau Sumatera. Pemerintah pun tentunya tidak akan mencoba mengeliminasi segala sesuatun nan terkait dengan bencana, sehingga gempa bumi Sumbar pada 2009, dapat menjadi pelajaran tersendiri.
Pemerintah nan dibantu oleh para profesional di bidangnya, sudah membuat konklusi bahwa akan terjadi gempa besar dengan skala nan besar pula. Tapi sayangnya, sampai saat ini tak ada ilmu manusia mana pun, atau perangkat teknologi apa pun nan dapat memastikan kapan sebuah gempa akan terjadi.
Dan apa nan dikhawatirkan pun terjadi. Sebuah gempa berkekuatan besar terjadi November 2010 lalu. Gempa tersebut berpusat di pesisir barat Sumatera, tepatnya di kepulauan Mentawai dengan kekuatan gempa nan mencapai 7.2 SR. Kurang lebih 500 korban tewas, dampak terjadinya gempa tersebut.
Gempa besar nan terakhir terjadi pesisir barat Sumatera ini bukanlah akhir. Begitulah nan disampaikan pihak berwenang, khususnya staf presiden bidang sosial dan bala beberapa waktu nan lalu.
Bencana gempa bumi seharusnya memberikan pelajaran nan lebih baik lagi buat kita. Pelatihan-pelatihan dan ilmu tentang gempa pun semakin sering disosialisasikan. Semoga, kita dapat lebih siap lagi dalam mengantisipasi bencana, agar gempa bumi Sumbar 2009 nan memakan banyak korban, dapat dihindari.
Lebih Dekat dengan Alam
Kejadian gempa bumi Sumbar 2009 memang sebaiknya kita jadikan pelajaran, terutama dalam kaitannya menghadapi kemungkinan gempa besar di kemudian hari. Gempa bumi merupakan peristiwa alam nan tak dapat kita hindari. Dengan kata lain, gempa bumi itu niscaya akan terjadi, sebab kegiatan lempeng bumi setiap hari terus melakukan pergerakan.
Peristiwa gempa bumi pada dasarnya tak perlu kita takuti, dalam arti bukan berarti kita mengabaikan peristiwa ini. Gempa bumi itu merupakan bagian dari proses pergeseran lempeng bumi, sehingga dengan sendirinya kita sadar jika itu merupakan proses alam. Sama halnya dengan hujan, nan tak dapat kita hindari sebab dampak dari pemuaian air bahari sebab terpaan sinar matahari. Hanya saja penanganan dan antisipasinya saja nan berbeda.
Gempa bumi itu merupakan peristiwa nan alamiah dan tak perlu kita tanggapi dengan panik. Indonesia nan terletak di dua rendezvous lempeng global ini seharusnya dapat menghadapinya dengan tenang. Peristiwa gempa bumi nan kerap kali kita alami dapat dijadikan sebagai pengalaman dan kita dapat belajar dari situ. Terutama dalam hal penanggulangan dan bagaimana kita menyikapi jika gempa terjadi lagi.
Gempa bumi Sumbar 2009 lalu sedikitnya memberikan kita pengalaman, terutama bagi kawasan nan juga rawan akan gempa bumi ini. Tidak hanya masyarakat nan harus mempersiapkan diri, tetapi banyak pihak terkait lainnya, seperti pemerintah. Kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat terhadap gejala alam sangat krusial buat siap tanggap terhadap kemungkinan terjadinya gempa bumi.
Kita lihat saja contohnya Jepang. Beberapa waktu lalu Jepang pun digoyang gempa bumi nan besar sampai mengakibatkan tsunami. Namun, dalam waktu beberapa bulan, Jepang dapat memperbaiki segala sesuatu nan dirusak oleh gempa dan tsunami. Apa nan dilakukan mereka patut kita apresiasi dan kita contoh, bahwa pemerintah juga harus cepat tanggap dalam menanggulangi bencana.
Bersahabat dengan alam juga patut kita canangkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebenarnya alam memberikan petunjuk atau tanda jika sebuah bala alam akan terjadi. Gempa bumi memang tak dapat kita prediksi akan terjadi, termasuk berapa skala kekuatannya. Namun, bukan berarti kita tak dapat melihat tanda alam. Biasanya jika air bahari tiba-tiba surut, kemungkinan ada pergeseran lempeng di sekitar nan terjadi sehingga surut tiba-tiba, dan kita harus waspada.
Antisipasi Masyarakat
Terutama di daerah rawan gempa bumi seperti gempa bumi Sumbar, perlu dilakukan antisipasi bagi masyarakat. Salah satu antisipasi nan dapat kita lakukan ialah membangun konstruksi tahan gempa. Kebanyakan korban gempa bumi dikarenakan tertimpa bangunan rumah atau gedung, bukan sebab semata-mata goyangan gempanya. Oleh sebab itu, sebaiknya disosialisasikan kepada masyarakat buat membangun konstruksi bangunan nan tahan gempa.
Konstruksi bangunan tahan gempa ini berupa pondasi nan dibuat dengan menggunakan cakram anti gempa. Dengan menggunakan pondasi seperti itu, dapat membuat konstruksi bangunan lebih kuat dari goyangan gempa, sehingga dapat menghindari kemungkinan bangunan akan roboh.
Selain itu juga masyarakat dihimbau buat menggunakan seng sebagai atap, bukan genteng. Seng lebih ringan dari genteng, sehingga jika terjadi gempa kemungkinan akan runtuh sedikit bila dibandingkan genteng nan lebih berat. Dengan demikian akan meminimalisir terjadinya kerusakan dan menimpa korban. Masih ada beberapa antisipasi nan dapat disosialisasikan kepada masyarakat, seperti:
- Menghindari membuat bangunan dengan menggunakan beton dan semen. Sebaiknya modifikasi antara beton dengan kayu misalnya. Bahkan lebih baik lagi jika membuat bangunan nan terbuat dari kayu atau rumah kayu.
- Sebaiknya masyarakat nan tinggal di daerah pesisir pantai diberi arahan supaya tak membangun bangunan nan terlalu dekat dengan pantai. Dengan kata lain untuk anggaran spesifik batas jeda minimal membuat bangunan di dekat pesisir pantai. Hal ini dilakukan buat mengantisipasi terjadinya tsunami.
- Sediakan loka atau lokasi spesifik nan jauh dari pantai atau di loka nan lebih tinggi sebagai lokasi pengungsian jika terjadi gempa bumi nan besar.
- Jika terjadi gempa besar, jika tak memungkinkan keluar rumah, sebaiknya tetap berada di dalam dengan berlindung di bagian sudut rumah atau berlindung di tepi benda nan berat seperti meja, loka tidur, lemari, dan lain-lain.
- Jika perlu di setiap wilayah rawan gempa bumi dibuat mercusuar spesifik buat melihat kemungkinan akan terjadinya gempa bumi, lengkap dengan alat pendeteksi gempa bumi.
- Jika perlu dibuat sebuah simulasi gempa bumi kepada masyarakat. Dengan simulasi gempa bumi ini, setidaknya masyarakat diajarkan bagaimana menghadapi dan apa nan sebaiknya dilakukan jika terjadi gempa bumi.
Kesadaran Bersama Kunci Utama
Apapun nan telah diupayakan oleh berbagai pihak baik masyarakat maupun pemerintah dalam mengantisipasi peristiwa gempa, tak akan membuahkan hasil jika tak adanya pencerahan dalam diri individu. Pencerahan ini sangat krusial dan menjadi kunci keberhasilan dalam segala hal, termasuk menghadapi gempa bumi.
Jika masing-masing orang sudah memiliki pencerahan nan tinggi, sudah tentu apa nan telah diupayakan dapat dijalankan dengan baik. Dengan kata lain semua pihak sama-sama belajar dan sama-sama berperan aktif dalam mengikuti apa nan telah diinstruksikan dan disosialisasikan.
Tanpa adanya pencerahan nan tinggi kemungkinan kita tak akan pernah dapat menghadapi gempa bumi dengan baik seperti di Jepang. Pencerahan ini juga nantinya nan akan menghindari terjadinya korban jiwa, seperti nan telah terjadi pada gempa bumi Aceh tahun 2004 dan gempa bumi Sumbar 2009 lalu.
Sekali lagi gempa bumi Sumbar 2009 dan gempa bumi lainnya di Indonesia kita jadikan pelajaran buat lebih siap lagi menghadapi gempa bumi dikemudian hari tanpa adanya korban jiwa. Kuncinya pencerahan dan lebih dekat dengan alam.