Buku dan Hak Cipta
Mengapa buku mahal? Pertanyaan mungkin ini seringkali muncul di benak kita. Buku nan menjadi gerbang ilmu pengetahuan dan terbukanya ventilasi wawasan kita seakan lebih sulit lagi buat didapatkan dengan harga nan semakin melambung dari hari ke hari.
Seringkali orang mengeluhkan harga buku nan melambung tinggi. Harga beras merangkak naik harga buku pun ikut-ikutan melambung. Bahkan, harga buku dapat mencapai harga 25 kilo beras. Bayangkan, dengan perbandingan seperti itu, buat orang-orang nan tak punya uang berlebih, mereka akan berpikir seribu kali ketika harus menimbang antara membeli buku atau membeli beras.
Namun, ada juga sebagian kecil orang nan lebih memilih kelaparan daripada tak membaca buku. Hanya saja, jenis orang semacam ini sangat langka, bahkan mungkin nyaris punah. Fenomena bahwa urusan perut lebih dulu dari urusan nan lainnya sudah menjadi pengetahuan umum.
Sesuai dengan pepatah nan ada bahwa buku ialah ventilasi dunia. Dengan membaca buku, banyak sekali hal baru nan kita bisa dan kita ketahui. Dengan membaca buku pula kita bisa membuka wawasan kita sehingga tentunya berdampak kepada bertambahnya ilmu pengetahuan nan kita dapatkan.
Sebagian orang nan sangat sadar akan hal ini memang akan melakukan beberapa hal buat mendapatkan buku. Bagi mereka buku telah menjadi sebuah kebutuhan. Bagi sebagian orang nan tidak memiliki permasalahan dengan keuangan, tentu juga tidak akan sulit bagi mereka buat membeli buku. Namun tidak semua orang dalam keadaan nan seperti ini.
Ada beberapa orang nan mengalami kesulitan buat membeli buku baru. Maka bagi oarng nan masuk ke dalam kategori ini haruslah melakukan beberapa hal spesifik agar bisa memperoleh buku. Misalnya harus menabung atau menyisihkan sebagian uang saku. Uang ini akan disimpan dari hari ke hari sehingga nantinya di kala jumlahnya sudah cukup, akan dibelikan buku nan diinginkan.
Solusi lain bagi orang-orang ini ialah pergi ke perpustakaan. Karena memang di perpustakaan tersedia banyak buku nan majemuk namun bisa diperoleh dengan uang nan minim sebab memang tanpa membelinya.Seseorang bisa membaca buku nan ia inginkan atau pun bisa pula buat meminjamnya dan membacanya di rumahnya.
Namun memnag keberadaan harga buku nan mahal tida bisa kita singkirkan begitu saja. Dengan harga buku nan mahal akan membuat semakin banyak orang nan mengalami kesulitan buat mendapatkan buku tersebut. Terlebih bagi kalangan nan memiliki keuangan pas-pasan, akan semakin sulit bagi mereka buat mendapatkan buku.
Nah, pertanyaan nan patut dan mungkin seringkali melintasi pikiran para penikmat buku adalah, mengapa buku mahal , sih?
Buku dan Masalahnya
Buku ialah sebuah alat buat mentransfer ilmu satu orang kepada orang lainnya. Mengapa disebut transfer? Begini analoginya: biasanya, murid akan belajar pada gurunya, namun guru pun membutuhkan pedoman lain bernama buku. Buku mirip seperti guru. Namun, buku diam, tak banyak protes, tak banyak bicara, tapi dia banyak memberi. Untuk membuat sebuah ilmu kekal dan mudah diingat dan dapat dibagikan pada orang banyak, dibuatlah sebuah buku.
Ketika orang sudah mulai mengenal tulisan, mereka berusaha buat menyimpan bentuk tulisan mereka, entah itu dengan menuliskannya di atas batu, daun-daunan nan lebar, dinding goa, kulit binatang, ataupun akar tanaman dan tulang binatang. Ketika mesin pencetak belum ditemukan, orang-orang menyalin tulisan dan ilmu mereka dalam selembar lontas, atau kertas, atau media apa pun.
Tulisan itu hanya diperbanyak beberapa buah, maka itu buku sangat berharga. Namun, ketika mesin cetak sudah ditemukan, buku dapat dengan mudah dicetak sampai jutaan buku, penyebaran ilmu pun cepat, secepat seseorang dapat mendapatkan buku tersebut.
Oleh sebab itulah, buat membuat buku diperlukan biaya cetak dan biaya lainnya nan disebut ongkos pembuatan buku. Ongkos itulah nan ditanggung oleh pihak penikmat buku.
Dalam sebuah buku ada banyak pembiayaan. Pembiayaan kertas, cetak, pajak, pendistribusian, membayar gaji pegawai, pembayar royalti pada penulis, dan terakhir memberikan untung bagi si pencetak. Lihat, demikian banyak fitur nan harus dibayar oleh sebuah buku, jelaslah harga sebuah buku melambung tinggi.
Buku dan Hak Cipta
Sebuah buku niscaya ada nan menulis. Dan, buat menulis diperlukan usaha keras, imajinasi, menyusun kata-kata, dan buat tulisan ilmiah harus disertai data dan fakta. Untuk mencari semua itu diperlukan biaya nan tinggi. Setelah buku terbit pun, biaya nan dikeluarkan tak selalu dapat terbayar dengan royalti. Apalagi, buku nan dibuat dengan mengadakan penelitian.
Royalti tak seberapa, dan terkadang peminat buku ini terbatas sehingga cost nan sudah dikeluarkan penulis tak dapat terbayar seluruhnya. Lagipula, sebuah copyright atas intelektual sangatlah tinggi. Copyright tersebut mencerdaskan bangsa dan menyebarkan banyak ilmu.
Harus diingat, berbeda dengan seniman nan uangnya melimpah, itu tak selalu berlaku bagi penulis buku. hayati mereka tak seindah dan sehebat para seniman walau mereka menciptakan sebuah karya. Jadi, hargailah buku Anda.
Inilah kunci pokok penyebab mahalnya buku nan beredar di pasaran. Karena penerbit buku tersebut memikirkan terperolehnya laba dari buku nan dicetak. Laba ini akan digunakan buat menutupi ongkos produksi, imbalan bagi penulis buku tersebut dan tentunya laba tersendiri bagi perusahaan penerbit buku tersebut.
Lain halnya dengan apa nan telah dilakukan dalam penerapan ajaran Islam nan ada di masa nan telah ada dahulu. Dalam masa ini, buku menjadi hal nan sangat dihargai keberadaanya. Karena memang semua pihak sangatlah memahami seberapa besar peran nan dimiliki sebuah buku buat bisa mencerdaskan semua kalangan masyarakat.
Pada saat itu, pihak Negara memberikan kebijakan bahwa buku ialah milik generik dan tak buat diperjualbelikan. Bagi setiap penulis buku akan diberikan imbalan nan cukup buat buku nan telah sukses ia ciptakan.
Bagi penulis sebuah buku, imbalan nan didapat ialah mendapatkan imbalan emas seberat buku nan telah ia buat. Setelahnya buku tersebut akan dicetak sebanyak mungkin dan kemudian disebarkan kepada semua anggota masyarakat nan membutuhkannya secara gratis.
Dengan fakta seperti inilah maka sangatlah wajar jika pada masa itu terdapat banyak sekali orang nan pintar atau pun nan disebut dengan ilmuwan. Karena memang buku bisa memberikan peran buat bisa mengembangkan potensi dan kepintaran nan dimiliki oleh seseorang.
Pada masa itu muncullah banyak generasi nan bisa memaksimalkan potensi mereka. Dengan donasi buku perdeo ini maka akan semakin mudah bagi siapa pun buat mendapatkannya. Tak harus memiliki uang buat mendapatkan buku sebab memang buku tersebut sudah disediakan oleh Negara secara gratis.
Lain halnya dengan fakta nan ada sekarang. Seolah hanya mereka dari kalangan nan kaya dan berduit saja nan bisa memperolah buku. Karena memang harga buku nan terus naik dari hari ke hari.
Dengan sulitnya seseorang mendapatkan buku, maka sulit pulalah bagi dirinya buat mendapatkan ilmu. Sehingga sangatlah wajar jika memang generasi nan dihasilkan saat ini tak secemerlang dengan generasi nan ada di masa lampau.
Dengan ini, jelaslah bahwa memang dibutuhkan peran serta dari pemerintah buat benar-benar mencerdaskan rakyatnya. Jika di masa lampau hal ini bisa dilakukan tentu pada masa sekarang pun seharusnya juga bisa dilakukan hal nan sama.
Pemerintah bisa membuat kebijakan nan sama buat membuat buku bisa beredar dengan lebih mudah ke rakyat. Jika memang tak dimungkinkan buat memberikan buku trsebut secara gratis, mungkin nan bisa dilakukan ialah dengan menekan harga buku nan ada.
Harus ada kerjasama nan baik antara pemerintah dengan pihak penerbit buku. Secara jelas haruslah dibuat kebijakan dari pemeritah nan mengharuskan setiap penerbit buat menekan harga buku nan diluncurkan di dalam masyarakat.
Itikad nan baik di antara keduanya tentu akan berjumpa pada keinginan buat mencerdaskan semua lapisan rakyat ini. Tuntutan buat mendapatkan laba nan besar tentu akan padam jika memang itikad ini tumbuh lebih berkobar.
Banyak sekali jawaban nan bisa diberikan terhadap pertanyaan mengapa buku mahal. Selain factor tentang buku itu sendiri, pihak pemerintah dan penerbit buku memiliki banyak sekali peran dalam menentukan harga buku. Jika semuanya lebih menegdepankan keinginan buat mencerdaskan bangsa, tentu nan akan dikedepankan ialah keinginan ini, dengan lebih mengesampingkan masalah perolehan keuntungan.