Pengaruh Islam Terhadap Suku Dayak di Kalimantan
Indonesia dibangun atas beragamnya suku. Selain Suku Dayak di Kalimantan , masih banyak lagi suku nan lainnya. Sebagai contoh sebut saja suku minang, suku batak, suku jawa, suku sunda, dan banyak lagi lainnya. Sebagai negara kesatuan, setiap suku di Indonesia menyatakan keesaan dalam bentuk negara kesatuan Indonesia.
Suku-suku di Indonesia merupakan aset budaya bangsa nan menunjukkan kebhinekaan harmonis. Kebhinekaan ini tercermin pula pada Suku Dayak di Kalimantan. Majemuk suku di Indonesia tak membuat negara ini terpecah. Justru membuat Indonesia kaya akan budaya nan tinggi. Suku Dayak di Kalimantan salah satunya. Suku ini berada di pulau Kalimantan, tepatnya di pedalaman Kalimantan. Mengapa berada di pedalaman?
Apakah setiap suku nan masih memegang adat budaya leluhur mesti berada di pedalaman wilayah dan terkesan terpingirkan? Dapat saja, ya. Terpinggirkan hingga menempati daerah pedalaman secara periodik sebab perkembangan zaman. Ada pula nan nan menempati pedalaman sebab sejarah.
Asal Mula Suku Dayak di Kalimantan
Pada umumnya, semua penduduk di kepulauan Nusantara berasal dari Cina Selatan, termasuk Suku Dayak di Kalimantan . Asal mula Suku Dayak di Kalimantan ialah migrasi bangsa Cina dari Provinsi Yunnan di Cina Selatan pada 3000-1500 SM (Sebelum Masehi). Sebelum datang ke wilayah Indonesia, mereka mengembara terlebih dahulu ke Tumasik dan semenanjung Melayu.
Di bagian selatan Kalimantan, Suku Dayak di Kalimantan pernah mendirikan sebuah kerajaan. Berdasarkan tradisi lisan Suku Dayak di Kalimantan, loka itu sering disebut Nansarunai Usak Jawa, yaitu kerajaan Nansarunai dari Dayak Maanyan nan dirobohkan oleh Majapahit (1309-1389). Peristiwa ini membuat Suku Dayak di Kalimantan semakin terdesak dan sebagian Suku Dayak di Kalimantan masuk ke daerah pedalaman.
Masuknya pengaruh Islam, membuat sebagian besar Suku Dayak di Kalimantan bagian timur dan selatan banyak nan memeluk agama Islam. Suku Dayak di Kalimantan nan sudah masuk Islam, tak lagi mengaku sebagai Suku Dayak, tetapi orang Banjar. Suku Dayak di Kalimantan nan memeluk Islam sebagian besar berada di Kalimantan Selatan dan Kotawaringin.
Suku Dayak di Kalimantan
Suku Dayak di Kalimantan percaya bahwa nenek moyang mereka pada mulanya berasal dari langit ke tujuh dengan Palangka Bulau . Palangka memiliki arti 'suci' dan 'bersih'. Saat ini, suku Dayak menempati pedalaman Kalimantan sebab kehadiran para pendatang dari luar nan mau tak mau "mendesak" suku Dayak di Kalimantan menempati wilayah terpencil di dalam hutan, gunung, dan sungai.
Terlebih, setelah masuknya Kerajaan Majapahit dan pengaruh Islam. Memang begitulah nasib sebuah suku, kerap terdesak dan terpinggirkan sebab persoalan perekonomian dan kekuasaan. Suku orisinil pemilik absah Kalimantan akhirnya harus mengalah dan melanjutkan adat budaya leluhur.
Suku Dayak di Kalimantan harus menempati daerah nan lebih dalam di sekitaran Kayu Tangi, Amuntai, Margasari, Watang Amandit, Labuan Lawas, dan Watang Balangan.
Pengaruh Islam Terhadap Suku Dayak di Kalimantan
Kedatangan Islam ke dalam Suku Dayak di kalimantan membawa pengaruh nan sangat besar. Pengaruh Islam membuat mayoritas Suku Dayak di Kalimantan memeluk agama Islam dan meninggalkan bukti diri kedayakannya. Bagi mereka, identitasnya sebagai suku Dayak telah sirna seiring dianutnya kepercayaan dan adat baru. Mereka pun menyebut dirinya sebagai orang Melayu atau Banjar.
Tradisi Leluhur Suku Dayak di Kalimantan
Suku Dayak di Kalimantan hingga saat ini masih memegang tradisi leluhur nan tetap dijaga dan dijalankan, seperti upacara tiwah , global supranatural, dan mangkok merah . Tiwah merupakan sebuah upacara kematian nan mengantarkan tulang orang nan sudah meninggal ke sebuah rumah kecil.
Rumah kecil itu memang dikhususkan bagi orang nan sudah meninggal dan dinamakan sandang . Aplikasi upacara tiwah diiringi tarian, suara gong, dan bentuk-bentuk seni tradisional lainnya. Upacara tiwah merupakan sesuatu nan sakral. Iringan tarian dan bunyi-bunyian tadi terus dilakukan hingga tulang orang nan sudah meninggal itu benar-benar selesai disimpan di sandang .
Bagi suku Dayak di Kalimantan, global supranatural sudah menjadi karakteristik khas tradisi suku Dayak. Salah satu kekuatan supranatural suku Dayak di Kalimantan ialah manajah antang , yakni cara nan dilakukan oleh suku Dayak ketika mencari petunjuk. Petunjuk dipakai buat mencari letak musuh nan sulit ditemukan.
Dalam melakukan manajah antang, Suku Dayak di Kalimantan meminta donasi arwah leluhur dengan menggunakan burung antang sebagai medianya. Itu sebabnya tradisi global supranatural ini disebut manajah antang. Suku Dayak di Kalimantan percaya bahwa tradisi manajah antang mampu menunjukkan letak keberadaan musuh di mana pun berada.
Rasa Persatuan Suku Dayak di Kalimantan
Suku Dayak di Kalimantan mengenal rasa persatuan dan persaudaraan nan sangat kental, terlebih jika wilayah mereka dirasa berada dalam ancaman. Mangkok merah merupakan wahana persatuan tersebut. Sebagaimana lazimnya bentuk mangkok, mangkok merah suku Dayak pun berbentuk bundar dan dibuat dari teras bambu.
Biasanya, disertai perlengkapan lain dalam mangkok merah, seperti ubi jerangau merah (simbol keberanian), bulu ayam merah (simbol terbang), lampu obor nan terbuat dari bambu, daun rumbia, dan sebagai lambang persatuan disertai tali simpul nan dibuat dari kulit kepuak. Seluruh perlengkapan itu dikemas dalam mangkok dan dibungkus kain merah.
Pangkalima, Istilah Panglima Suku Dayak di Kalimantan
Suku Dayak di Kalimantan pun mengenal kedudukan panglima nan mereka sebut dengan istilah pangkalima . Pangkalima merupakan penduduk suku Dayak di Kalimantan nan memiliki kesaktian luar biasa. Seorang pangkalima tak tembus ditembak, tak mempan ditusuk, dapat terbang, dan memiliki sejumlah kesaktian lain nan diperoleh dari kekuatan supranatural.
Dalam keadaan bahaya, pangkalima akan mengeluarkan mangkok merah nan diedarkan ke penjuru dan segenap kampung sebagai tanda perang. Pangkalima tak akan serta-merta mengedarkan mangkok merah begitu saja. Ia harus melakukan sebuah acara adat buat mengetahui dengan tepat waktu berperang.
Acara adat Suku Dayak di Kalimantan ini berupa masuknya roh leluhur ke dalam tubuh pangkalima. Pangkalima akan memanggil roh leluhur. Jika ia telah memanggil roh leluhur dan menyatakan perang (disebut dengan tariu ), seluruh orang Dayak akan memiliki kesaktian nan sama dengan sangkalima. Kekuatan tariu mampu membuat orang menjadi sakit atau gila jika jiwanya labil.
Setiap orang Dayak nan sudah dirasuki roh leluhur akan berada dalam posisi antara manusia dan bukan manusia sehingga darah atau hati korban nan dibunuh akan dimakan. Kepala korban akan dipenggal, kemudian dikuliti dan disimpan nan nantinya akan digunakan dalam upacara adat.
Ketika dalam posisi seperti itu, semakin banyak meminum darah dan memakan hati, semakin banyak orang nan dibunuh, kekuatan mereka akan semakin bertambah. Ini sebabnya orang Barat banyak nan mengatakan suku Dayak di Kalimantan termasuk kanibal.
Sesungguhnya, Suku Dayak di Kalimantan tak akan melakukan hal seperti itu jika tak dalam keadaan perang. Peranglah nan membuat mereka dapat melakukan hal seperti itu sebab pengaruh kekuatan supranatural.
Itulah sekelumit cerita tentang kebudayaan dan tradisi Suku Dayak di Kalimantan. Semoga bermanfaat.