Karya Sastra Ws. Rendra Selalu Mengagumkan
Puisi WS Rendra Nyanyian Angsa ialah salah satu sajak karyanya nan banyak dianggap sebagai sajak terbaik nan pernah ada. Dalam sajak nan panjangnya mencapai tujuh halaman, Rendra bertutur mengenai kisah seorang pelacur nan terbuang dari kehidupan. Sajak nan bertema sosial ini sangat mengangumkan.
Puisi nan bertema sosial merupakan sebuah puisi nan dipersembahkan spesifik buat kehidupan sosial di Indonesia ini. Banyak kisah nan dapat dituangkan dalam bait puisi. Perjalanan kehidupan sosial kita nan selalu mengalami perubahan sejak zaman penjajahan, bisa terbaca dalam deretan bait puisi.
Ketidakadilan nan dirasakan sebagian masyarakat Indonesia, terutama dalam hal mendapatkan kehidupan layak, seakan membuka mata kita bahwa kita telah mengabaikannya selama ini. Telah berulangkali kita mendengar masih banyak masyarakat nan belum merasakan kehidupan nan sejahtera, tapi tidak terlihat wujud peduli nan nyata.
"Diam ialah emas". Pepatah ini merupakan pepatah nan sangat populer, tapi jika diam nan dilakukan tak melakukan apa-apa, sama saja dengan membiarkan keadaan semakin tak kondusif.
Puisi sekiranya dapat Anda tempuh buat menyampaikan kritik nan cerdas terhadap keadaan sosial kita. Membuat kritik nan cerdas melalui sebuah puisi merupakan cara nan cukup elegan dan modern. Bahasa puisi nan sarat makna dan tajam, seakan dapat menggugah nurani.
Seperti apa kritik cerdas buat keadaan sosial kita melalui sebuah puisi? Apakah berisi semua aspirasi, keberatan, protes kita belaka? Mengkritik melalui puisi tidak perlu secara lugas, tetapi dapat dengan menggunakan bahasa kiasan, seperti nan dapat Anda lihat dalam puisi Ws Rendra tentang Nyanyian Angsa berikut ini.
Kisah Maria Zaitun dan Orang-Orang Terpelajar
Kisah puisi WS Rendra Nyanyian Angsa dimulai dengan prolog percakapan seorang mucikari pada anak buahnya, seorang perempuan tuna susila. Perempuan tuna susila itu, Maria Zaitun namanya. Dikisahkan, Maria Zaitun ialah wanita penghibur nan sudah tak mampu lagi menarik perhatian para lelaki hidung belang di rumah bordil itu.
Maria Zaitun ialah sentral cerita dalam puisi WS Rendra Nyanyian Angsa . Sejak terkena penyakit kelamin raja singa, kehidupan Maria Zaitun berubah drastis. Lelaki nan dulu memujanya kini sudah tidak ada.
Bahkan teman-teman di rumah bordil itu pun semua menjauhinya. Dan puncaknya ialah ketika Maria Zaitun diusir dari rumah bordil tersebut sebab hanya dianggap sebagai parasit oleh sang majikan sekaligus mucikarinya.
Dalam perjalanannya sekeluar dari rumah bordil tersebut, Maria Zaitun berjalan tidak tentu arah. Sampai kemudian, sebuah rumah sakit menjadi loka Maria Zaitun melangkahkan kaki. Tujuannya, hendak mencari pengobatan atas penyakit nan dideritanya.
Namun, sebab tak memiliki uang sepeser pun penanganan nan didapatkan dari para dokter tak seperti nan diharapkan. Maria Zaitun hanya mendapatkan suntikan vitamin sebagai kamuflase pengobatan.
Dokter nan dalam prakteknya sudah berada di bawah sumpah buat mengobati siapa saja tanpa diskriminasi, tak mau memberikan obat nan seharusnya pada Maria Zaitun, karena obat tersebut harganya mahal dan harus diimpor dari luar negeri.
Lantas, rumah Tuhan menjadi tujuan Maria Zaitun buat mendapatkan ketenangan batin. Namun, lagi-lagi, Maria Zaitun hanya mendapatkan cercaan. Ketika hendak bertobat, justru dia disalahkan hanya sebab menjadi seorang pelacur nan melacurkan diri tanpa melihat alasannya.
Keputusasaan, menjadikan Maria Zaitun merasa bahwa jalan Tuhan pun sudah tertutup untuknya. Melangkahlah ia menyusuri jalanan, memungut debu-debu nan ia biarkan menutupi sekujur tubuhnya nan mulai mengeluarkan bau tidak sedap.
Ia punguti makanan residu restauran sebagai pengganjal perutnya buat menopang kedua kakinya dalam melangkah. Dan, ketika matahari mulai terperosok ke barat, seiring itu pulalah kesadarannya mulai berkurang. Dan tepat saat senja mulai merajuk, alam bawah sadarnya mengajaknya menjemput semua impian nan dipendamnya.
Impian tentang seorang lelaki tampan perkasa nan membawanya ke dalam kebahagiaan dan kenikmatan tiada tara. Dan, mereka bercumbu dalam balutan khayal Maria Zaitun hingga akhirnya dia sadar bahwa lelaki nan dicumbunya ialah dirinya sendiri dalam balutan raga nan tidak pernah dikenalnya.
Bersama matahari nan perlahan-lahan bersembunyi, kembalilah Maria Zaitun ke kehidupan barunya di alam lain. Meninggalkan global nan penuh kemunafikan dan mencampakkannya ketika tidak ada sesuatu nan dapat dia berikan pada orang lain.
Puisi nan panjang tersebut mampu membuat orang terkagum-kagum. Kritik sosial nan implisit dalam puisi tersebut banyak sekali, salah satunya ialah tak ada rasa peduli sosial seseorang kepada Zaitun nan saat itu membutuhkan bantuan.
Dokter nan seharusnya bisa menolong siapa saja, ternyata sebab faktor biaya, Zaitun tak bisa menerima pelayanan dan obat nan seharusnya dia terima. Kritik sosial tersebut mengingatkan pada kinerja para medis nan seharusnya tak pilih-pilih dalam mengobati.
Puisi nan berisi tentang kritik sosial ialah salah satu puisi khas Ws Rendra nan selalu mengangkat kritik sosial, seperti puisinya nan lain, nan berjudul Rajawali . Puisi Rajawali juga merupakan puisi nan berisi kritik sosial terhadap sistem pemerintahan nan berlangsung saat itu.
Makna dibalik puisi Rajawali adalah para politisi nan getol loncat pagar, pengusaha nan getol main belakang, jaksa nan suka bermain kasus, penegak hukum nan suka melecehkan hukum, para penjilat nan hipokrit, owner dan kaki tangannya nan suka sekehendaknya, semuanya ialah orang-orang nan bertipikal termometer air.
Mereka sangat mudah buat berubah wujud, di saat dingin mereka membeku di saat panas mereka menguap. Tak kuat menghadapi tekanan dan godaan, senantiasa merugikan sebab memiliki tabung panjang buat menyenangkan handai taulan.
Pramudya Ananta Toer, Che Guevara, M. Natsir, dan Hasan Al Banna ialah sosok nan tepat buat mewakili orang bertipikal termometer raksa. Mereka ialah manusia-manusia nan tak mudah berubah wujud.
Dingin tidak membuatnya membeku dan takut, panas tidak menjadikannya lari dan menguap. Mereka tidak dapat dibeli sebab punya prinsip. Walau harus dicekal, dipenjara, diasingkan, diburu, dan dibunuh, tapi tetap tidak tergoyahkan.
Karya Sastra Ws. Rendra Selalu Mengagumkan
Rendra ialah seorang sastrawan Indonesia nan melegenda. Rendra mulai terlihat bakatnya ketika duduk di bangku sekolah menengah pertama. Pada waktu itu, ia mulai menunjukkan kemampuan menulis karya sastra dengan menghasilkan puisi, cerita pendek, dan naskah drama buat berbagai kegiatan di sekolahnya.
Selain itu, Rendra juga berbakat di atas anjung dengan menampilkan karya dramanya dan ia juga tampil buat membacakan puisi karyanya sendiri. Karyanya tersebut dinilai sangat bagus oleh para penonton.
Pada tahun 1952, Rendra pertama kali mempublikasikan puisinya di media massa melalui majalah “Siasat”. Kemudian, karya-karya puisinya nan lain pun ikut menghiasai berbagai majalah pada saat itu, seperti pada majalah Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru. Karya-karya Rendra sejak saat itu terus mengalir sampai dasa warsa selanjutnya. Terutama pada majalah tahun 60-an dan 70-an nan saat itu terbit.
Selain puisi, Rendra juga bisa menghasilkan karya sastra lainnya, yaitu drama. Drama nan pertama kali dipertunjukkan ialah drama nan berjudul “Kaki Palsu” nan ditampilkan ketika ia di bangku SMP.
Pada waktu Rendra duduk di bangku SMA, drama nan berjudul “Orang-Orang di Tikungan Jalan” ialah karya drama Rendra pertama nan mendapatkan sebuah penghargaan dan hadiah pertama dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta. Penghargaan nan di dapatkan oleh Rendra tersebut menjadi pemicu buat terus menghasilkan karya-karya baru nan bagus dan berkualitas.
Di dalam buku Sastra Indonesia Modern II , tahun 1989, Prof. A. Teeuw berpendapat bahwa dala sejarah kesustraan Indonesia modern, Rendra tak termasuk ke dalam salah satu angkatan atau kelompok angkatan ’45, angakatan ’60, atau angkatan ’70. Akan tetapi, Rendra memiliki kepribadian dan kebebasannya sendiri dari hasil karya-karyanya.
Rendra menghasilkan karya sastra nan berkualitas, sehingga karya-karyanya terkenal di luar negeri. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya karya sastra Rendra nan dterjemahkan ke dalam bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang, dan India. Selain itu, Rendra juga aktif dalam mengikuti banyak festival di luar negeri. Festival tersebut di antaranya ialah sebagai berikut.
- International Poetry Festival tahun 1971 dan 1979,
- The Valmiki International Poetry Festival di New Delhi tahun 1985,
- Berliner Horizonte Festival di Berlin tahun 1985,
- The First New York Festival of The Arts tahun 1988,
- Spoleto Festival di Melbourne,
- Vagarth World Poetry Festival di Bhopal tahun 1989,
- World Poetry Festival di Kuala Lumpur tahu 1992, dan
- Tokyo Festival tahun 1995.
Sebuah karya memang bisa mengahasilkan sebuah ide nan cerdas buat membangun keadaan sosial di negeri ini. Keadaan sosial negara ini semakin hari semakin terpuruk. Apakah sistem pemerintahannya nan salah atau masyarakatnya sendiri nan salah menjalani sistem di negeri ini.
Apabila saling menyalahkan satu sama lainnya, maka persoalan nan menyangkut kesejahteraan negeri ini tak akan selesai. Mulailah memperbaiki diri sendiri dan mensejahterakan diri sendiri.
Mulai memperbaiki diri dengan peduli pada lingkungan sosial sekitar kita. Peduli dengan keadaan sosial di lingkungan kita dan membantu kepada orang nan memerlukan donasi kita. Demikian sekilas mengenai puisi Ws Rendra Nyanyian Angsa . Semoga bermanfaat.