Gurun Sahara dan Rahasia Danau Kuno
Siapa tidak kenal Gurun Sahara ? Apakah Anda mengetahui keberadaanya? Meski belum pernah datang langsung ke sana atau tahu di mana tempatnya, setidaknya Anda niscaya pernah mendengar namanya. Gurun Sahara ialah gurun terluas nan ada di rongga di bawah rumah langit ini.
Luas Gurun Sahara kira-kira mencapai 9.400.000 kilometer persegi. Bayangkan! Luas sekali bukan? Hamparan pasir seluas ini membentang menutupi Afrika bagian utara. Nama Sahara sendiri diambil dari bahasa Arab nan berarti padang pasir.
Lokasi Gurun Sahara terletak persisnya di Afrika bagian utara. Batasnya membentang dari Samudra Atlantik hingga ke Bahari Merah dan dari Bahari Tengah hingga ke Sahel. Juga dari Mauritania hingga ke Mesir.
Gurun Sahara membelah benua Afrika menjadi dua bagian, yaitu Afrika Utara dan Afrika nan sebenarnya. Lantaran dipisahkan oleh Gurun Sahara bagian kedua benua ini menjadi sangat berbeda, baik secara iklim maupun budaya. Usia gurun terbesar ini diperkirakan mencapai 2,5 juta tahun. Dahsyat!
Gurun Sahara dan Proses Terjadinya Sebuah Gurun
Sebelum mengetahui lebih jauh proses terjadinya Gurun Sahara atau gurun secara umum, ada baiknya kita mencari tahu terlebih dahulu apa itu pengertian gurun. Selama ini kita hanya mengenal gurun sebatas padang pasir saja. Namun lebih lengkapnya pengertian gurun ialah suatu daerah nan memiliki curah hujan sangat kecil yaitu kurang dari 250 mili meter per tahun.
Gurun memiliki sifat udara nan kering dan hampir tak atau sulit ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan. Persis seperti nan terjadi di Gurun Sahara. Hanya beberapa tumbuhan nan tahan panas seperti kaktus nan mampu tumbuh di gurun sebab kaktus mampu bertahan di kondisi tanah nan kering. Dengan begitu gurun juga bisa disebut dataran kering.
Asal kalian tahu, bumi loka kita berpijak ini, hampir seperempat permukaan daratannya merupakan daerah gurun (termasuk di dalamnya Gurun Sahara) dengan temperatur udara bisa melebihi 55 derajat celcius pada siang hari dan bisa mencapai di bawah 10 derajat celcius pada malam hari.
Maka tidak heran jika ada nan menyebut gurun merupakan hamparan pasir pembunuh nomor satu nan ada di rongga di bawah rumah langit. Jika siang mampu melelehkan otak kepala kita dan kala malam mampu membekukan sumsung tulang. Pun demikian dengan keadaan suhu di Gurun Sahara.
Beberapa gurun nan terdapat di bumi dan termasuk ke dalam deretan gurun terluas di global ialah Gurun Sahara, Gurun Sonora dan beberapa gurun nan terdapat di bumi. Gurun Sahara terletak di Afrika Utara, Gurun Sonora di Amerika dan Gurun Kalahari di Afrika Tengah.
Pada dasarnya, gurun (termasuk Gurun Sahara) terjadi sebab proses pelapukan batuan oleh cahaya nan terus berganti variasi temperaturnya di sepanjang zaman. Cahaya-cahaya ini sangat tajam menghantam permukaan dataran. Batuan nan ketika siang hari begitu sangat panas kemudian akan menyusut dan pecah pada malam hari lantaran perubahan suhu drastis nan sangat dingin.
Tentu proses pelapukan ini tak terjadi dalam waktu sekejap, melainkan dibutuhkan waktu hingga ribuan tahun, bahkan ada nan jutaan, seperti Gurun Sahara ini.
Selain proses alami tersebut, gurun pasir juga bisa terjadi disebabkan oleh penguapan air tanah nan berlebihan. Hal ini disebabkan oleh pemanasan matahari terhadap permukaan tanah dan atmosfir. Dampak pemanasan atmosfir dalam waktu nan lama, curah hujan pun menjadi kecil (kondensasi). Dampak hujan nan tidak pernah turun, tanah pun menjadi gersang dan kemudian lama-kelamaan akan tercipta gurun pasir, salah satunya Gurun Sahara ini.
Gurun Sahara dan Rahasia Danau Antik
Sebuah danau antik terbentang sepanjang 350 kilometer di bawah lautan pasir Gurun Sahara. Menurut penelitian nan dilakukan oleh ahli geologi, danau tersebut muncul sekitar 250 ribu tahun nan lalu, ditengarai selama periode iklim basah ketika wilayah Gurun Sahara tertutup padang rumput. Ketika pasang, danau antik itu memiliki luas sekitar 68.200 kilometer persegi. Namun, saat surut danau antik itu mengering sejak 80 ribu tahun nan lalu.
Melihat luas danau antik itu bisa menjelaskan tentang inovasi fosil ikan dari periode akhir interglacial nan ditemukan di Bir Tarfawi, sekitar 400 kilometer barat Sungai Nil. Fosil ikan juga ditemukan di ujung saluran limpasan Selima Oasis di Sudan sebelah utara. Danau antik tersebut bukan hanya mencakup wilayah Gurun Sahara, tapi wilayah lainnya.
Pembuktian adanya danau antik ini di Gurun Sahara terdeteksi di Chad, Sudan dan Libya. Berdasarkan lokasi oasis antik tersebut, pola migrasi manusia purba dapat dilacak keberadaannya. Beruntung para pakar sejarah terus meneliti mengenai kemunculan danau antik tersebut, hal itu berimbas pada ilmu pengetahuan nan saat ini semakin maju.
Penelitian terbaru berdasarkan dari fosil baru nan digali di Gurun Sahara, bisa dipastikan bahwa lokasi danau antik itu dulunya berupa rawa-rawa loka hayati spesies buaya nan tak biasa. Bahkan, spesies buaya tersebut dianggap cerdas. Konklusi ini didapat dari beberapa peneliti nan mempelajari rahang, gigi, dan beberapa fosil buaya nan ditemukan di Gurun Sahara.
Para peneliti spesies buaya telah memberikan nama-nama baru buat para buaya nan ada di Gurun Sahara tersebut. Nama-nama nan diberikan cukup terdengar aneh, seperti BoarCroc, RatCroc, DogCroc, PancakeCroc, dan DuckCrock. Tidak ada alasan nan jelas diberikan oleh para peneliti dalam pemberian nama-nama tersebut. Yang pasti, para peneliti mengatakan temuan tersebut membantu mengenai pemahaman dan pengetahuan mengenai bagaimana cara spesies buaya bertahan hayati dan menjaga kehidupannya.
Para spesies buaya nan fosilnya ditemukan di Gurun Sahara itu diperkirakan hayati pada zaman Cretaceous, sekitar 145 hingga 65 juta tahun nan lalu. Saat itu, benua-benua nan ada di global jaraknya masih sangat berdekatan tak seperti sekarang. Selain itu, kondisi suhu Bumi masih hangat dan basah dibandingkan dengan kondisi Bumi nan sekarang cenderung panas.
Kemampuan para spesies buaya juga dianggap pintar, ini terbukti dari pembagian ekosistem lingkungan nan memengaruhi disparitas konduite dan makanan masing-masing spesies buaya. Para buaya itu mampu beradaptasi dengan lingkungan loka mereka berada, dalam hal ini Gurun Sahara .
Spesies buaya pintar DogCroc dan DuckCrock memiliki otak nan berbeda dengan buaya modern. Kedua buaya orisinil Gurun Sahara tersebut mungkin memiliki otak nan fungsinya sedikit lebih canggih dikarenakan kegiatan mereka nan aktif berburu di darat. Biasanya, spesies buaya membutuhkan lebih banyak kekuatan otak daripada hanya diam menunggu mangsanya datang.
Spesies buaya RatCroc nan juga pernah hayati di danau antik Gurun Sahara ialah spesies baru nan bernama resmi Araripesuchus rattoides. Jenis buaya ini ditemukan di Maroco, Afrika. Para buaya ini menggunakan gigi rahang bagian bawahnya buat mengunyah makanan. Spesies buaya nan dianggap paling ganas ialah BoarCroc. Mereka memiliki tiga pasang gigi berbentuk pisau nan digunakan buat menggigit mangsanya.
Misteri danau antik di Gurun Sahara bekas loka para spesies buaya masih diteliti hingga sekarang. Para peneliti tetap melakukan penelitian hingga mendapat pengetahuan nan tepat tentang danau antik itu. Yang jelas, bukti danau tersebut pernah ditempati oleh para spesies buaya sudah bisa dideteksi. Seiring dengan ilmu pengetahuan nan semakin berkembang, para peneliti berharap dapat meneliti lebih lanjut rahasia danau antik nan berlokasi di Gurun Sahara.