Fakta Mengenai Sel Darah Merah
Manusia tak dapat hayati tanpa elemen nan satu ini. Dapat menebaknya? Bentuknya cair, berwarna merah. Ya. Kriteria semacam itu, apa lagi kalau bukan darah. Lebih lanjut dibahas, darah terdiri dari berbagai elemen di dalamnya. Seperti sel darah putih dan sel darah merah . Kedua sel tersebut sudah sangat dapat dipastikan memiliki fungsi nan cukup vital bagi tubuh manusia. Selain dalam tubuh manusia, sel darah merah juga dimiliki oleh binatang.
Penciptaan makhluk hidup, terutama manusia memang sudah paling sempurna. Sistem-sistem nan ada di dalam tubuh dibuat dengan “desain” nan sangat sempurna. Apa-apa nan berfungsi di dalamnya, niscaya disesuaikan dengan organ lainnya. Bentuk sel darah merah nan cairan ialah salah satu nan dimaksud dengan kesempurnaan penciptaan Tuhan.
Istilah ilmiah buat menyebut sel darah merah ialah eritrosit. Jadi, jika suatu ketika Anda terpaksa berurusan dengan global medis, biasanya dalam hal ini inspeksi darah, kemudian Anda melihat ada keterangan eritrosit dicantumkan, maka nan dimaksud oleh keterangan tersebut ialah sel darah merah.
Karena faktanya, istilah-istilah ilmiah seperti itu cukup menyulitkan buat diartikan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia nan memang “secara kebetulan” tak semuanya berlatar belakang global medis atau anatomi. Ajaibnya, para pakar kesehatan tersebut justru cenderung lebih suka menggunakan istilah-istilah menyulitkan tersebut. Entahlah, mungkin memang ada kode etik nan mengaturnya.
Jadi, buat menyiasati hal-hal tersebut, sangat tak ada salahnya jika kita sendiri nan inisiatif. Yaitu, mulai memelajari hal seperti itu. Jangan terlalu “ribet”, sederhana saja. Salah satunya dengan menambah pembendaharaan kata terhadap istilah-istilah global kedokteran. Dan istilah eritrosit sebagai nama ilmiah sel darah merah dapat menjadi tambahan informasi bagi Anda.
Apa Itu Sel Darah Merah?
Sesungguhnya, pertanyaan tersebut cukup janggal, sebab sudah sangat jelas bahwa sel darah merah ya darah. Ternyata penjelasannya tak sesederhana itu. Sel darah merah merupakan sel darah terbanyak nan diproduksi oleh tubuh. Dibandingkan dengan sel darah lainnya. Maka dari itu, ketika tubuh kita terluka, cairan merah akan dominan keluar dari tubuh.
Jumlah sel darah merah nan cukup banyak dalam tubuh tak serta merta tanpa tujuan. Jumlah cairan merah nan banyak itu memiliki fungsi nan salah satunya ialah membawa oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh.
Jadi, sel darah merah ini dapat diibaratkan pembawa pesan krusial dalam setiap “pos” nan ada pada tubuh. Jika salah satu “pos” tak mendapatkan hantaran oksigen, maka ketidakstabilan dalam tubuh akan terjadi, dan dampak fatal tak dapat dielakkan. Bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Kandungan primer dalam sel darah merah ialah hemoglobin, atau nan dikenal dengan sebutan Hb. Hemoglobin inilah nan sesungguhnya memiliki peranan penting. Zat inilah nan pada proses penyebaran oksigen bertugas buat mengikat oksigen itu sendiri. Oksigen nan dibawa oleh Hemoglobin buat kemudian disebarkan ke seluruh tubuh berasal dari paru-paru.
Pembentuk sel darah merah nan primer sehingga membuatnya berwarna merah ialah zat besi. Maka dari itu, mengonsumsi makanan nan banyak mengandung zat besi sangat baik bagi bertambahnya jumlah sel darah merah dalam tubuh.
Jika oksigen nan dibawa dan disebarkan ke seluruh tubuh oleh sel darah merah berasal dari paru-paru, maka “pos” dalam tubuh nan bertugas buat memproduksi sel darah merah itu sendiri ialah sumsum tulang belakang.
Bentuk sesungguhnya sel darah merah ialah kepingan bulat dengan lekuk di tengahnya. Bentuk orisinil sel darah merah tentu saja hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop. Banyaknya kepingan tersebut menandakan keadaan tubuh nan sehat, tetapi jika kepingan tersebut jumlahnya kurang dari batas normal, tubuh akan mengalami apa nan disebut dengan kurang darah.
Penamaan eritrosit sebagai nama ilmiah dari sel darah merah berasal dari negeri seribu dewa, Yunani. Dalam bahasa Yunani, eritrosit terdiri dari dua kata erythros dan kytos. Erythros berarti merah sementara kytos artinya selubung atau sel.
Fakta Mengenai Sel Darah Merah
Ukuran sel darah merah dalam tubuh manusia jauh lebih kecil daripada sel-sel lain nan ada dalam tubuh manusia. Diameternya (karena sel darah merah sesungguhnya berbentuk kepingan bulat) antara 6 hingga 8µm dan ketebalannya 2µm. Normalnya, jumlah sel darah merah dalam tubuh ialah 9 femtoliter atau 9 fL.
Pada jumlah 9 femtoliter itu, hemoglobin ialah komposisi utama, hampir sepertiga dari jumlah tersebut, yaitu sekitar 270 juta molekul Hb. Jumlah ini tentu dikategorikan banyak sebab kandungan lainnya pada sel darah merah tak sebanyak ini. Jumlah sel darah putih hanya berkisar 4000-11000 dan zat lain bernama platelet nan jumlahnya hanya 150000 hingga 400000 per mikroliternya.
Tahukah Anda jika jumlah sel darah pada pria dan wanita berbeda? Juga pada mereka nan tinggal di dataran tinggi? Faktanya memang demikian. Jumlah sel darah merah pada pria lebih banyak dibanding wanita. Yaitu dapat mencapai 5 hingga 6 juta buat per mikroliter darah. Sementara wanita hanya memiliki 4 sampai 5 juta sel darah merah dengan dosis nan sama.
Untuk mereka nan tinggal di dataran tinggi, nan memang “terbiasa” tak begitu banyak mendapatkan asupan oksigen, mereka cenderung memiliki kadar sel darah merah nan lebih banyak. Memang, secara “rumus”, semakin tinggi dataran, jumlah oksigen akan semakin menipis. Itulah mengapa ketika kita berada di dataran tinggi, pencerahan kadang menurun, sebab jumlah oksigen dalam darah nan mengirimkannya pada otak juga berkurang.
Sebagai sel nan “lahir” dari sumsum tulang belakang, proses pembentukan juga dialami oleh sel darah merah ini. Proses tersebut bernama eritropoiesis . Sel darah merah diproduksi dengan kecepatan dua juta eritrosit per detiknya. Dalam proses produksi sel darah merah, ada sebuah hormon bernama eritropoietin nan bertugas merangsang produksi sel darah merah.
Ketika sel darah merah meninggalkan dan sebelum “mendatangi” sumsum tulang belakang sebagai loka diproduksinya, sel darah merah bernama retikulosit . Dapat juga dikatakan bahwa retikulosit ini ialah fase sebelum “mendewasakan” eritrosit. Karena bagaimanapun juga sel darah merah ini memiliki sifat berkembang dan akhirnya mati, digantikan oleh sel darah merah nan baru.
Waktu nan dibutuhkan buat membuat sel darah merah atau eritrosit menjadi “dewasa”, ialah tujuh hari. Jika sudah menjadi dewasa, masa hayati eritrosit sekitar 100 hingga 120 hari. Sel darah merah nan sudah “mati” akan diposisikan di limfa.
Kemudian Hb nan ada diproses dan dibawa ke hati dan kemudian berubah menjadi empedu. Zat besi nan masih terkandung dalam sel darah merah menjadi “modal” dibentuknya sel darah merah nan baru. Proses regenerasi tersebut terus terjadi selama manusia hidup.
Sel Darah Merah dan Fungsinya
Fungsi primer dari sel darah merah ialah menjadi “pengedar” oksigen ke seluruh tubuh. Selain itu, sel darah merah berperan sebagai tameng atau dengan kata lain sebagai sistem kekebalan tubuh. Hemoglobin dalam sel darah merah akan mengalami sebuah proses bernama lisis. Proses tersebut dilakukan oleh pathogen.
Ketika itu terjadi, Hb nan menjadi kandungan primer dalam sel darah merah akan melepaskan radikal bebas. Divestasi radikan bebas tersebut akan menghancurkan membrane dari sel pathogen atau bakteri lalu membinasakannya. Sel darah merah juga bisa melancarkan tersebarnya oksigen ke seluruh tubuh.
Hal tersebut terjadi dampak divestasi senyawa S-nitrosothiol. Divestasi senyawa tersebut terjadi saat kandungan Hb dalam darah terdeoksigenasi. Sehingga pembuluh darah menjadi lebar, berkatnya, arus peredaran darah pun menjadi lancar dan tak ada anggota tubuh nan kekurangan asupan oksigen.