Pengertian Musik: Musik Tidak Identik dengan Lagu

Pengertian Musik: Musik Tidak Identik dengan Lagu



Sekilas Musikalisasi

Sekali lagi musikalisasi puisi bukan barang baru di global seni. Namun, perlu diketahui bahwa definisi musikalisasi puisi ialah taksemata membacakan puisi dengan diiring musik agar lebih asyik dinikmati. Yang terjadi ialah proses pengiringan pembacaan puisi dengan alat musik seperti piano, gitar, seruling, dan alat-alat nan bernuansa ritmis lainnya.

Padahal, nan disebut musikalisasi puisi sudah ada ranah totalitas menjadikan karya sastra berupa puisi sebagai seni musik sebab memang sudah dilengkapi dengan pemilihan tangga nada, permainan melodi, akurasi ritme, serta aturan-aturan spesifik dalam hal vokalisasi sebagai bentuk aktualisasi diri puisi itu.

Contoh akurasi vokal dan musik ini, jika puisinya penuh dengan amarah, irama musik dan vokal pun akan ikut menghentak-hentak. Tidak menarik jika nan terjadi malah sebaliknya. Puisinya penuh semangat, tetapi dimusikkan dengan lemah gemulai.



Musikalisasi Puisi; Definisi nan Tak-Terdefinisikan

Apa itu musikalisasi telah menimbulkan suasana konflik pengertian. Realitanya, belum ada definisi musikalisasi puisi nan mutakhir. Selain itu, istilah musikalisasi puisi sendiri pun belum disepakati secara umum. Ada beberapa artis atau sastrawan nan menolak istilah itu. Musikalisasi puisi dipandang sebagai istilah nan kurang tepat dan rancu. Dari kondisi ini, maka bisa saja setiap individu memberikan pengertian nan bhineka tentang konsep musikalisasi puisi.

Pertama, bahwa secara etimologi musikalisasi puisi merupakan dua konstruksi nan hampir identik, yakni musik dan puisi. Puisi telah memiliki musik tersendiri , maka mengapa pula lagi harus dimusikalisasikan dengan memberikan unsur musik kepada puisi.

Kedua, musikalisasi puisi merupakan kegiatan nan bersifat kreatif. Kreatif, artinya gagasan memusikalisasikan puisi didasari oleh dan dari keinginan-keinginan individual bersifat subyektif nan bertujuan buat kepuasan pribadi. Puisi, selain sebagai karya sastra nan harus diinterpretasikan, juga bisa menjadi medium kreativitas.

Ketiga, sebab bersifat kreatif, maka musikalisasi puisi pun tak memiliki kategori-kategori, batasan, atau aturan-aturan nan bersifat mengikat.



Pengertian Musik: Musik Tidak Identik dengan Lagu

Musik (music) sering dipahami sama dengan lagu (song). Berangkat dari pengertian inilah, maka musikalisasi puisi sering terjerumus pada asumsi mengubah sebuah puisi menjadi lagu. Ini jelas kurang tepat, sebab musik tak identik dengan lagu. Tanpa lagu sebuah konstruksi musik pun tetap bisa terbangun.

Simponi klasik misalnya, secara generik tak memiliki teks. Demikian juga instrumentalia ala Kitaro, Kenny G., atau Francis Goya sebagian besar juga tak memiliki teks. Selain itu ada juga nyanyian, seperti nasyid, choral, al chapella,yakni lagu nan mengandalkan kemampuan musik alami manusia dan tak memerlukan alat musik pengiring.

Musik dalam Puisi: Irama, Rima dan Ragam Bunyi Sebagai Unsur Musik dalam Puisi

Satu konvensi dalam menulis puisi nan diikuti penyair ialah kemampuan buat membangun unsur musik dalam karyanya itu, dalam hal ini irama. Ini sering terlupakan oleh kita dalam kegiatan musikalisasi puisi, bahwa puisi sendiri telah memiliki unsur musik.

Penyair ketika menyusun kata-kata dalam puisinya akan memperhitungkan irama, agar suasana dan makna puisi tersebut bisa tercapai.

Menyusun rima, ialah satu kegiatan buat mengatur fisik puisi agar tercipta irama. Kita mengenal dalam puisi ada rima akhir, rima awal, ada asonansi (runtun bunyi-bunyi vokal) dan ada aliterasi (runtun bunyi-bunyi konsonan).

Selain sama-sama memiliki teks, kecenderungan dasar antara puisi dan lagu, yakni sama-sama memiliki unsur musik. Perbedaannya terletak pada materi dasar pembentukan musik itu. Jika musik pada puisi dibentuk oleh kata dan komposisi kata, maka musik pada lagu dibentuk oleh nada dan melodi.



Hakikat Puisi ialah Pembacaan; Keterbatasan Musikalisasi Puisi

Puisi tercipta buat dibaca, karenanya membaca dan puisi bagai dua sisi keping mata uang. Pembacaan diperlukan sebab puisi mengandung sistem kode nan rumit dan kompleks. Ada kode bahasa, kode budaya dan kode sastra. Untuk memahami sebuah puisi, maka pengetahuan akan ketiga kode ini sangat diperlukan.

Musikalisasi puisi pun harus beranjak dari konsep pembacaan ini. Pembacaan nan diintegrasikan dengan nada dan melodi bisa memperkuat suasana puisi, memperjelas makna dan ikut membantu membentuk karakter puisi itu sendiri. Karena itu, dalam kegiatannya, jangan memaksakan totalitas puisi menjadi lagu, jika memang bisa merusak, bahkan menghancurkan puisi itu sendiri.

Banyak bagian puisi hanya akan kuat kalau dibacakan, nan justru akan hancur kalau dilagukan. Misalnya tempo dan negasi.

Tempo dalam puisi berfungsi buat mendapat efek, dan negasi (saat diam) berfungsi buat menciptakan suasana kontemplatif, sugestif dan aperseptif dalam sebuah puisi. Dalam pembacaan puisi, negasi juga dapat membantu seorang pembaca buat improvisasi.

Lagu-lagu Leo Kristi, Ulli Sigar Rusady, Franky dan Jane, lagu-lagu Gombloh 1970-an dan juga sebagian lagu-lagu Katon Bagaskara memiliki kata-kata nan puitik, tetapi itu semua bukan puisi. Itu semua ialah lagu. Bahkan, banyak lagu-lagu puitik tersebut tak begitu sukses ketika dibacakan atau dideklamasikan, sebab memang struktur dasarnya ialah buat dilagukan, bukan dibaca.



Monotonitas Irama

Irama pada puisi nan dilagukan umumnya cenderung monoton. Produksi nada umumnya ialah staccato, dengan nada-nada pendek dan terputus-putus. Ini tak saatnya lagi. Jangan ragu melagukan puisi dalam irama rock atau dangdut sekalipun, jika memang teks puisi memiliki peluang buat itu.



Tidak Semua Puisi

Lantas apakah semua puisi dapat dijadikan musilakisasi puisi?

Jika memang memaksa, dapat saja. Namun, akan terdengar ada sesuatu nan absurd sehingga dalam musikalisasi puisi tak semua karya dapat dijadikan musik. Pasalnya, penggunaan notasi atau nan disebut dengan melodisasi puisi akan sulit diterapkan jika puisinya sendiri berbentuk seperti obrolan atau ocehan pidato.

Sebagaimana kita ketahui bahwa puisi mempunyai kebebasan tersendiri dalam penulisannya nan tak dapat dinikmati menjadi musikalisasi puisi. Sekali lagi, musikalisasi puisi membutuhkan bait-bait nan akan bersinggungan dengan tangga nada, intonasi, dan anggaran dalam global musik lainnya.

Puisi-puisi nan mempunya bait berpola akan sangat membantu para komposer dalam menerjemahkannya ke dalam musik. Jika puisi hanya sebatas tulisan dalam teks, musikalisasi puisi harus dapat menghasilkan alunan melodi, akurasi irama, dan sensasi harmoni dalam bentuk sebuah partitur atau lembaran musik. Sehingga puisi bisa dinikmati ketika dibaca, dan tetap tertangkap maknanya ketika dinyanyikan.

Selamat berkarya!