Puisi tentang Guru - Menuliskan Kejujuran
Puisi merupakan bentuk aktualisasi diri pemuasan seseorang apapun temanya, termasuk puisi tentang guru . Guru bisa menjadi inspirasi pembuatan sebuah puisi. Guru sebagai sosok nan sering berinteraksi dengan siswa menjelma menjadi sosok inspiratif bahkan imajinatif.
Segala hal nan inheren pada guru bisa menggiring siswa pada proses kreatif nan menghasilkan sebuah karya dalam pelajaran sastra ataupun sebagai dampak dari daya tarik dan karismanya. Termasuk dalam puisi tentang guru, sosok sang guru sendirilah nan sebenarnya menggiring proses kreatif siswa.
Guru menjadi inspirasi dalam pembuatan puisi tentang guru. Lazimnya memang puisi bercerita tentang hal-hal nan dekat dengan penulis atau penyairnya. Namun, acap puisi menceritakan hal-hal nan fantastis berbau fiktif dan imajinatif, tapi memiliki kelugasan makna dan fenomena tekstual.
Puisi selalu bisa menjadi media aktualisasi diri seseorang atas suatu hal. Aktualisasi diri tersebut bukan hanya berbicara mengenai perasaan penyair saja, melainkan juga berbicara mengenai kepekaan atau respons penyair atas lingkungannya. Puisi tentang guru bisa merupakan sebuah refleksi seseorang atas kesan nan didapatnya mengenai sosok seorang guru.
Guru nan tampil dengan berbagai kesannya menjadi sosok penggerak bagi seseorang dalam karyanya. Puisi tentang guru otomatis berbicara mengenai sosok guru. Sosok nan dimunculkan penyair adalah sosok nan didapatnya, dirasakannya, dan bisa juga sosok nan diinginkannya. Namun, rata-rata puisi tentang guru berbicara mengenai sosok guru nan dikenalnya.
Jika membaca puisi tentang guru nan ditulis siswa, kebanyakan akan memunculkan sisi kesantunan mereka dalam mendeskripsikan sosok guru. Mereka menggunakan kata-kata klise nan sudah sangat sering dipakai buat mendeskripsikan sosok, apa pun itu guru, ibu, bapak, petani, dan sosok lainnya.
Kecenderungan hal tersebut memunculkan kesan kurang improvisasi, kurang kedekatan, terkesan dibuat-buat, dan tak akan menyentuh. Dengan begitu, puisi tentang guru nan dibuat tak akan mampu mendeskripsikan sosok guru nan dimaksud dengan tepat.
Puisi tentang Guru - Hindari Kata Klise
Puisi tentang guru sebaiknya tak memunculkan kata-kata klise seperti baik, mulia, sungguh besar jasamu, atau pahlawan tanpa tanda jasa. Puisi tentang guru nan ditulis siswa memang kebanyakan selalu memunculkan kata-kata tersebut. Entah apa nan terjadi sehingga siswa getol sekali menulis puisi tentang guru dengan diksi tersebut.
Apakah pedagogi puisi nan dilakukan guru memang seperti itu atau contoh pada buku pelajaran memang seperti itu? Hal tersebut membuat siswa justru menulis apa nan tak sebenarnya. Mereka menulis puisi tentang guru nan tak didasarkan pada pengalaman realitas dan pengalaman batin mereka.
Akhirnya, terkesan ada jeda antara siswa dan guru meski pada kenyataannya mereka sangat dekat dan akrab. Puisi tentang guru nan dibuat kadang tak mampu mewakili ekspresi, tak mampu berbicara dengan benar, dan tak mampu menyentuh hati guru.
Berikut kutipan puisi tentang guru nan banyak ditulis siswa dengan menggunakan kata-kata klise.
Guru
Sungguh besar jasamu dalam mendidik kami
Kau begitu sabar dan selalu penuh senyum
Kau ialah penuntun kami dalam mencari ilmu
Guru
Tanpamu saya bukanlah apa-apa
Tanpamu saya hanyalah kertas kosong
Kau menunjukkan jalan berilmu
Jalan nan menderangi hari-hariku
Guru
Kau pahlawan tanpa tanda jasa
Kau tidak mengharapkan imbalan
Kau berjuang demi bangsa dan negaramu
Keringat nan mengalir dari kulitmu
Adalah bukti rasa cintamu pada kami
Pada puisi tentang guru tersebut tampak beberapa kata klise. Diksi nan begitu "santun" itu tak menggerakkan hati guru sehingga merasa benar-benar puisi tentang guru tersebut untuknya.
Seorang siswa nan selama sekian waktu (misalnya satu, dua, sampai lebih dari tiga tahun) akan memiliki cukup waktu buat mengenali gurunya, minimal dari segi fisik dan sifat nan tampak ketika berada di dalam kelas. Ketampakan nan diperolehnya selama berinteraksi dengan guru bisa dimunculkan pada puisi tentang guru nan benar-benar mewakili sosok guru tersebut.
Penggunaan kata-kata klise tak akan membuat hati guru terenyuh. Itu sebab telah terlalu banyak orang nan menggunakan diksi nan sama buat mendeskripsikan sosok seseorang, tokoh nan diidolakan, nan dikagumi, nan disegani, dan nan dihormati.
Puisi tentang guru nan memunculkan banyak kata klise tidaklah salah, tapi puisi tersebut tak mampu berbicara, mengajak berkomunikasi dengan sosok nan dibicarakan dan dideskripsikan.
Puisi tentang guru tersebut akhirnya hanya upaya buat menyenangkan hati sosok nan dimaksud, tapi tak menyentuh, bahkan tak membuatnya terharu. Penggunaan kata-kata klise dalam puisi tentang guru hanya membuat ketidakefektifan makna. Pun dalam puisi tentang guru rata-rata hanya mengejar rima.
Puisi tentang guru seharusnya lebih dari sekadar rima dan diksi nan klise. Puisi tentang guru harus bisa memberikan citra utuh mengenai sosok guru nan kita kenal.
Puisi tentang Guru - Menuliskan Kejujuran
Kedekatan nan terjalin antara dua pihak semestinya bisa menjadi cetak biru selayaknya klise dan hasil cetakan foto. Apa nan tampak pada klise sama dengan apa nan tampak pada cetakan. Begitupun dengan puisi tentang guru , semestinya benar-benar menggambarkan apa adanya keadaan guru tersebut.
Sebaiknya hindari penggunaan kata-kata klise. Gunakanlah kata nan mewakili dan merupakan karakteristik sosok tersebut. Karakteristik dari guru sangat cocok buat dibuat teksnya menjadi puisi tentang guru sebab sosok guru terwakili oleh puisi tersebut.
Puisi tentang guru harus memunculkan apa nan tampak dan inheren pada sosok satu guru. Misalnya, guru tersebut berjenis kelamin perempuan, memiliki tahi lalat di dagunya. Kesukaannya adalah memakai baju berwarna merah, kegemarannya makan tahu isi. Kebiasaannya berongsang jika menemui siswa nan sukar menerima pelajaran.
Dalam pelukisan sosok guru tersebut, sungguh sangat penuh kebohongan jika nan dimunculkan dalam puisi tentang guru ialah kata-kata klise nan bermaksud memuji guru. Tidak semua guru disukai siswanya.
Banyak guru nan ditakuti, diejek ketika sudah keluar kelas, dan tak disukai oleh siswa. Ketika sosok guru seperti itu dibuatkan puisi tentang guru nan bernada memuji, nan terjadi ialah kebohongan. Puisi ialah kejujuran tekstual nan dibuat oleh penyairnya secara subjektif. Sifatnya sangat personal.
Menulis puisi tentang guru merupakan kegiatan nan membutuhkan kejujuran disertai keberanian nan besar. Menuliskan dengan jujur memang sulit karena menulis kejujuran dengan jujur merupakan persoalan nan membutuhkan nyali. Tidak semua orang bisa menuliskan kejujuran, terlebih jika sosok tersebut merupakan sosok guru nan ditakuti dan akan berdampak pada nilai.
Berikut contoh puisi tentang guru nan mendeskripsikan sosok guru nan tadi disebutkan.
Dengan apa mesti kurincikan dirimu
Apa dengan tahi lalat nan menggoda otakku buat membaca
Atau dengan amarahmu nan menyala
Ah, ternyata saya menjadi semakin ciut
Jika mengingat papan tulis nan tergores itu
Namun saya sempat terjerat merahnya kemejamu
yang menjelaskan dengan detail tiap hitungan dan perkalian
Mestikah saya namakan kau sebagai seorang pahlawan
Ah, bagiku kau lebih tepat sebagai seorang pramugari
yang siap melayani dengan teliti dan hati-hati
Bahkan saya pun sempat berucap ingin mengecap
tiap angka nan ada di balik tahu isi
Aku pun tahu betul akhirnya
Kau bukanlah pramugari
melainkan seorang perempuan sakti bernama Susri
Puisi tentang guru tersebut cukup mendeksripsikan sosok guru Matematika nan dikenalnya dengan cukup baik. Persoalan kejujuran menjadi persoalan primer dalam puisi.
Puisi tentang guru tak perlu berbicara panjang lebar mengenai hal nan tak berbekas di benak atau batin siswa. Menuliskan karakteristik khas seseorang membuatnya merasa benar-benar sangat dikenal dengan baik oleh siswanya.
Puisi tentang guru memang sebaiknya menjadi representasi dari seorang guru. Menuliskan sosok guru dengan apa adanya, dengan ciri-ciri nan sangat lekat dengannya membuat teks puisi berbicara, membuat teks puisi sebagai proklamasi atas sosok guru nan dimaksud.
Puisi tentang guru nan berisi kejujuran akan membuat guru berucap "Puisi ini benar-benar saya.". Dalam bahasa gaul, sang guru nan dimaksud akan berkata "Ini puisi gue banget!".