Pembaca warta tvOne
Anda pemirsa setia tvOne? Mengenali para pembaca warta tvOne ? Cikal bakal tvOne ialah Lativi milik Abdul Latif. Sejak 2006, Grop Bakrie memiliki sebagian saham di Lativi selain saham di antv, tentunya. Sebelumnya, Lativi merupakan televisi partikelir nan mengusung aliran klenik, kriminalitas, erotisme, dan hiburan lainnya. Setelah Abdul Indah mundur dari kepemilikan saham Lativi, kepemilikan saham televisi tersebut berada di Group Bakrie.
Lativi kemudian berganti nama menjadi tvOne. Perubahan nama ini disampaikan secara resmi oleh Direktur Primer CEO tvOne, Erick Thohir pada 13 Februari 2008. Jargon nan pertama kali diusung masih sama dengan jargon Lativi terakhir, yaitu “Memang Beda”. Jargon ini bertahan dari tanggal berdirinya tvOne sampai tanggal 12 Februari 2010. Selanjutnya, jargon berganti menjadi “Terdepan Mengabarkan” lalu berganti lagi menjadi “Menuju Satu Dunia” sampai tanggal 2 Maret 2012. Sejak 2 Maret 2012, jargon televisi nan masih muda ini kembali ke jargon awal, yaitu “Memang Beda”.
Seperti slogannya nan mengalami beberapa kali perubahan, logo tvOne juga mengalami tiga kali perubahan. Mulai dari tulisan tvOne rona merah dengan angka 1 di lingkaran huruf “O”. Kemudian masih sama dengan logo awal hanya ditambah konsep global di lingkaran huruf “O”. Akhirnya, logo permanennya seperti nan kita lihat saat ini, yaitu tulisan tvOne putih dengan konsep global dan angka 1 di lingkaran huruf “O”.
Kepemilikan saham tvOne berada di Group Bakrie, PT. Visi Media Asia, Tbk. sebesar 49%, PT. Redal Semesta sebesar 39%, Good Response, Ltd. dan Promise Result, Ltd. masing-masing sebesar 10%. Praktis, perubahan ini juga membawa pada perubahan program nan diusung. Hampir 70% program nan diusung tvOne ialah berita.
Sinkron namanya, tvOne menjadi televisi nasional satu-satunya nan mendapat kesempatan buat diresmikan di istana Presiden Republik Indonesia. Tepatnya 14 Februari 2008 pukul 19.30 WIB, tvOne diresmikan oleh Presiden SBY. Dengan slogan, “tvOne: Memang Beda”, televisi ini mengusung program kategori News One, Talkshow One, Info One, Bang One, Sport One, Reality One , dan Documentary .
Manajemen tvOne
Perkembangan tvOne mulai 2008 sampai saat ini tak lepas dari orang-orang nan memegang peran strategis di sana dan tentu saja kinerja para karyawan tvOne. Setidaknya, terdapat lima orang nan menduduki peran strategis di tvOne, antara lain Ardiansyah Bakrie sebagai Chief Executive Officer ; Karni Ilyas sebagai Editor in Chief atau PEMRED; Totok Suryanto sebagai Vice Editor in Chief-News & Sport atau WAPEMRED; Sulaeman Sakib sebagai Vice Editor in Chief-Current Affair ; dan Gunawan Wibisono sebagai Chief Sales & Marketing Officer .
Sedangkan, pada kinerja karyawan, tvOne memiliki manajemen SDM-nya, seperti tvOne Academy. Di mana tvOne Academy menekankan pada para karyawannya buat terus belajar selama mereka bekerja. Bekerja bukan hanya buat menyelesaikan tugas, tetapi juga amanah buat menjadi manusia nan bermanfaat bagi orang lain. TvOne Academy mengajak kepada seluruh karyawan buat menjadikan tvOne sebagai the learning organization . Dengan semangat seperti inilah, para karyawan tvOne mengembangkan budaya belajar dalam bekerja.
Terdapat lima pilar dalam tvOne Academy nan difokuskan buat meningkatkan kinerja karyawan, antara lain:
• Journalist Development Program
TvOne merupakan perusahaan warta di mana pilar pertama ini nan bisa menyokong bisnis tersebut. Terdapat tiga termin dalam program ini, yaitu 1) pengembangan jurnalis dan reporter nan memiliki potensi buat profesional, 2) pengembangkan jurnalis muda menjadi jurnalis madya berkompetensi dalam proses pemberitaan tvOne, 3) melahirkan eksekutif produser nan andal.
• Broadcast Development Program
Program ini diperuntukan bagi broadcaster . Terdapat beberapa sub program, antara lain 1) Camera Clinique buat mengembangkan kemampuan penggunaan kamera, 2) Audio Clinique buat mengembangkan kemampuan penggunaan teknologi audio, 3) IT Clinique buat mengembangkan kemampuan di bidang IT dan news media, 4) Lightening Cinique buat mengembangkan kemampuan penggunaan lightening .
• Leadership Development Program
Terdapat empat termin dalam program ini, antara lain 1) tvOne Executif Management Program nan berguna buat pengembangan kepemimpinan dalam bisnis strategis, 2) tvOne General Manager Program nan ditujukan guna mengembangkan kepemimpinan organisasi agar efektif dan kreatif, 3) Middle Manager Program buat mencetak manager nan unggul dalam pengelolaan sumber daya dan pencapaian kinerja, 4) tvOne Supervisor Management Program nan diperuntukkan kepada supervisor agar menjadi proaktif dan andal.
• Functional Training
Pelatihan spesifik ini dibuat bagi masing-masing orang dengan fungsinya di organisasi pertelevisian. Setidaknya, terdapat lima fungsi nan menjadi target program ini, antara lain news professional training series, human capital professionalis training series, finance and sah professionals training series, sales marketing professionals training series, dan supply chain professionals training series .
• General Program
Program generik ini diperuntukkan bagi seluruh karyawan nan memiliki sasaran buat mengembangkan dirinya dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan dan keterampilan tersebut antara lain, on becoming effective individuals, achievement motivation, team building skills, emotional intellegence, communications skill , dan sebagainya.
Pembaca warta tvOne
Dengan manajemen sumberdaya melalui tvOne academy , tak mengherankan jika para pembaca warta tvOne ialah orang profesional dan tangguh di bidangnya. Terdapat beberapa anchor nan merupakan transferan dari televisi partikelir lainnya. Berikut ini ialah biografi beberapa pembaca warta tvOne .
• Alfito Deannova
Nama lengkapnya Alfito Deannova Gintings atau lebih akrab disapa Fito. Kelahiran Jakarta, 17 September 1976. Mengambil Jurusan Akutansi Fakultas Ekonomi di Universitas Indonesia. Sejak awal kuliah, sekitar tahun 1996, Fito telah menggeluti global media.
Bersama seniman Iwel dan Kiwil, Fito mengawali debutnya di global media dengan menjadi penyiar radio. Baru pada tahun 2000, yakni sebelum menyelesaikan kuliahnya, Fito membulatkan tekadnya buat terjun di bidang jurnalis. Televisi partikelir SCTV menjadi pilihan pertamanya.
Sebagai jurnalis, Fito telah terbiasa dengan situasi genting. Tugas pertamanya sebagai jurnalis magang ialah meliput kasus peledakan bom di Kedubes Filipina pada tahun 2000. Pada akhir tahun 2000, Fito mulai berkenalan dengan lensa kamera. Sejak saat itu, dia dipercaya buat melaporkan warta secara langsung mulai dari arus balik-mudik Lebaran di Pelabuhan Merak sampai peristiwa peralihan kepemimpinan Gus Dur ke Mega.
Dunia jurnalistik nan kritis sepertinya memang inheren kepada Fito sejak kecil. Jika anak SD umumnya sangat menyukai buku komik, maka Fito kecil lebih tertarik buat membaca buku aliran politik, seperti G30 S/PKI dan karya-karya Soekarno. Ketertarikannya dengan jurnalistik sewaktu kecil sepertinya juga membuatnya tertarik pada wanita nan bergelut di bidang tersebut. Fito akhirnya menikah dengan wanita nan memiliki karier nan sama dengannya. Rencany Indra Martani, seorang penyiar warta MNCTV (dulu TPI) berhasil memberinya dua orang putri cantik, Laqisya Philianova Gintings dan Lavere Fellenova Gintings.
Lulusan pasca sarjana Ilmu Komunikasi UI tahun 2007 ini gemar mengikuti pelatihan dan studi singkat buat mengembangkan kemampuan jurnalisnya, seperti ABC Sydney di Australia. Pada tahun 2007, Fito resmi bergabung di Lativi dan menjadi salah satu pionir kelahiran tvOne.
Fito dipercaya sebagai pembaca warta tvOne, pengkreasi program current affairs , manager beberapa program, dan menjadi pemandu program “Debat”. Selain sebagai jurnalis, Fito juga mengembangkan dirinya di bidang pendidikan dan penulis. Fito tercatat pernah mengajar di universitas terkemuka, seperti Paramadina, Al Azhar Indonesia, dan Pancasila. Buku hasil karyanya berjudul “Selebitri Mendadak Politisi” juga berhasil diterbitkan oleh ARTI Yogya tahun 2008. Perhargaan sebagai Jurnalis Terdepan dalam menyampaikan isu anti korupsi dari Perhimpunan Jurnalis Indonesia semakin menguatkan langkahnya buat terus berkarya di bidang jurnalistik.
• Indy Rahmawati
Siapa nan tak kenal pembaca warta tvOne, Indy Rahmawati? Lulusan S2 Universitas Padjadjaran ini tergolong berhasil membawakan “Apa Kabar Indonesia Pagi” dan “Satu Jam Lebih Dekat”. Bagaimana tidak? Gayanya sangat akrab, gaya bicara nan ringan, dan selalu bisa menguak informasi dari narasumber .
Sebelum bergabung di tvOne tahun 2008, Indy juga dikenal sebagai pembaca warta unggulan di SCTV. Memiliki jam terbang tinggi sebagai jurnalis dan kemampuannya di bidang ini, Indy dipercaya sebagai produser dan presenter program unggulan tvOne.
• Bagus Priamodo
Bagus, begitu dia akrab disapa. Bagus lahir tanggal 25 April 1977 di Banjarmasin. Cita-citanya ialah pemain sepakbola dan pilot. Namun, setelah lulus dari Teknik Elektro ITS, dia memutuskan buat mengeluti bidang media.
Kariernya dimulai dengan menjadi reporter Radio Hard Rock FM di Surabaya kemudian reporter Trans TV. Akhirnya, pada tahun 2008, Bagus resmi bergabung di tvOne. Menjadi anchor tak pernah dibayangkan oleh Bagus sebelumnya, tetapi dia berkomitmen buat terus belajar dan bekerja keras agar menjadi nan terbaik.
• Indiarto Priadi
Indiarto Priadi lahir di Surabaya pada 26 Januari 1967. Indiarto merupakan sarjana lulusan Farmasi UNAIR. Karier jurnalisnya dimulai tahun 1993 dengan bergabung ke SCTV. Saat di SCTV, Indiarto dipercaya buat membawakan program “Liputan 6”. Sejak itulah, sosoknya menjadi familiar di masyarakat.
Pria nan memiliki hobi membaca ini lalu bergabung ke tvOne pada April 2007 nan lalu. Dia dikenal sebagai jurnalis dan reporter nan cukup senior. Tidak mengherankan, jika di tvOne Indiarto dipercaya buat menjabat sebagai Talent Manager . Tugasnya ialah membimbing para yuniornya agar bisa tampil di layar kaca secara profesional dan prima.
• Dewi Budiarti
Perempuan kelahiran Bandung 29 September 1985 ini sejak kecil berkeinginan buat menjadi jurnalis atau presenter. Cita-citanya ini muncul ketika Dewi kecil terpesona dengan sosok para presenter di televisi nan dia lihat.
Cita-citanya inilah nan membuatnya mantap buat memilih jurusan Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Karier jurnalisnya dia mulai dengan menjadi penyiar radio Yasika FM Yogya tahun 2002 saat masih berumur 17 tahun. Kemudian, langkahnya semakin mantap di global jurnalis ketika Dewi resmi menjadi presenter Yogya TV. Di Yogya TV, Dewi bertugas buat mengasuh program “Zodiak Remaja” dan acara musik “Kidung Memory”.
Dewi juga mengembangkan dirinya lewat akting di film FTV juga merambah global modeling. Namun, tekadnya sepertinya bulat buat lebih memilih menjadi jurnalis daripada artis. Hal itu dibuktikannya dengan menjadi pembawa acara di TVRI. Akhirnya, petualangan jurnalisnya berlabuh di tvOne pada tahun 2008.
Kenangan tak terlupakan di tvOne ialah insiden jatuhnya Dewi berikut kertas catatannya sewaktu meliput kejadian banjir di Kampung Melayu. Untunglah, dengan jam terbang tinggi dan pengalamannya di global jurnalistik mampu menghalau kendala seperti itu. Sejak kecil Dewi mencintai profesi ini dan tentu dia akan terus mencintai profesinya dengan terus belajar dan berkarya.