Soto Ayam di Jogja
Soto ayam merupakan salah satu jenis makanan khas dari Indonesia. Hampir di semua tempat, akan tersedia menu nan satu ini. Masyarakat Indonesia pun sudah akrab dengan menu kuliner nan menggunakan kuah tersebut.
Soto ayam bukan merupakan menu kuliner nan baru dikenal. Sejak masa penjajahan, menu tersebut sudah banyak dikenal. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa warung soto nan mengklaim sudah ada sejak puluhan tahun lalu.
Menu kuliner ini dianggap mampu bertahan, salah satunya sebab cita rasa nan khas dari bumbu-bumbu nan digunakan buat meracik menu tersebut. Di sisi lain, soto ayam ini dinilai sebagai jenis makanan nan fleksibel. Artinya, dapat dinikmati pada berbagai suasana. Baik buat sarapan pagi, makan siang atau pun makan malam.
Dengan kuahnya nan kental dan panas, menu soto ayam ini dapat membuat penyantapnya merasa segar usai menyantapnya. Apalagi, jika ditambah dengan suguhan sate ayam atau sate kerang nan kerap dihidangkan sebagai lauk tambahan. Cita rasa dari soto ayam ini semakin kuat di lidah penggemarnya.
Soto Ayam di Semarang
Menemukan lokasi nan menyediakan menu soto ayam ini bukan hal nan sulit. Hampir di semua kota, mudah dijumpai penjual soto ayam dengan karakteristik khasnya masing-masing. Bahkan ada beberapa penjual soto ayam ini nan sudah mampu mendirikan beberapa cabang warungnya di beberapa tempat. Atau pula menjual merk dagangnya buat dijual dengan sistem waralaba.
Salah satunya ialah soto ayam Bangkong. Warung soto ayam ini pada mulanya lahir di kota Semarang, Jawa Tengah. Di sebut soto ayam Bangkong, sebab pada awal kemunculannya soto ayam tersebut dijual di kawasan perempatan Bangkong, atau jalan M.T Haryono, Semarang. Tepatnya, di depan kantor pos Bangkong, Semarang.
Usaha berjualan soto ayam tersebut pada awalnya hanya dijual dengan cara berkeliling menggunakan alat pikul. Pemilik soto ayam tersebut aadalah Soleh Sukarno, nan mulai menjajakan soto ayam berkeliling Semarang sejak akhir tahun 1950an. Pria nan hanya bersekolah hingga kelas dua sekolah rakyat tersebut, pada awalnya datang ke kota Semarang buat bekerja pada seorang penjual soto.
Hanya seminggu bekerja di majikannya, Soleh Sukarno diberi kepercayaan buat berdagang soto ayam keliling. Bermodal angkringan nan menjadi loka buat meletakkan semua kebutuhan berjualan soto, Soleh kecil mulai berusaha mandiri. Setelah berkeliling, Soleh menjadikan lokasi di depan kantor pos di perempatan Bangkong itu, sebagai tempatnya mangkal.
Rupanya, di loka inilah kisah suksesnya dimulai. Pembeli soto ayam nan dijajakannya semakin banyak dari hari ke hari. Sampai kemudian, Soleh Sukarno mampu membuat sebuah kios kecil berukuran 3 x 4 meter di tempt tersebut buat melayani pembeli soto ayam dagangannya. Hal ini dilakukannya pada tahun 1957, atau tujuh tahun sejak pertama kali berdagang soto ayam.
Lokasi tersebut, masih dapat dijumpai hingga saat ini. Hanya saja, jika pada awalnya masih menggunakan bangunan non permanen dan sangat sederhana, kini kondisinya sudah jauh berbeda. Loka berjualan soto Bangkong, sudah berubah menjadi bangunan permanen nan mewah dengan tiga lantai.
Satu-satunya karakteristik khas nan masih terlihat di loka tersebut hanyalah angkringan bekas Soleh Sukarno berjualan. Benda tersebut masih dipertahankan, selain sebagai salah satu karakteristik khas soto Bangkong miliknya, juga dijadikan sebagai benda kenang-kenangan buat Soleh Sukarno.
Pada saat ini, warung Soto Bangkong bukan hanya dapat dijumpai di kota Semarang saja. Dengan sistem waralaba, sudah banyak dibuka warung soto ayam dengan nama Soto Bangkong di berbagai kota besar. Kurang lebih pada saat ini ada 20 jaringan warung soto Bangkong nan tersebar di berbagai tempat. Di setiap warung soto Bangkong tersebut, niscaya dapat dijumpai replika dari angkringan milik Soleh Sukarno sebagai karakteristik khas warung tersebut.
Soto Ayam di Jogja
Di kota Jogjakarta, banyak juga dijumpai warung soto ayam. Hampir di semua sudut kota ini niscaya dapat ditemukan warung nan menawarkan menu nan terdiri dari racikan bihun, tauge, daging ayam dan campuran nasi. Pembelinya pun beragam, terutama para mahasiswa nan tinggal di rumah kos. Mereka memilih menu soto ayam sebagai makanan praktis pada berbagai kesempatan.
Meski demikian, ada beberapa warung soto ayam di kota pelajar ini nan banyak dijadikan loka tujuan para pecinta menu soto ayam. Salah satunya ialah soto ayam Pak Sholeh. Nama ini cukup terkenal khususnya di kalangan masyarakat Jogja, baik penduduk orisinil maupun pendatang.
Hal ini sebab warung soto pak Sholeh ini sudah berdiri sejak lama, tepatnya pada tahun 1952, ketika pak Sholeh pertama kali datang ke Jogjakarta. Pria asal Kebumen, Jawa Tengah tersebut mencoba peruntungannya dengan berjualan soto, nan pada tahun 1952 masih sangat sedikit orang menjualnya.
Pada awalnya, pak Sholeh menjual soto dengan cara berkeliling kampung di sekitar kampung Notoprajan, Ngabean serta Purwodiningratan dengan cara dipikul. Ditemani istrinya nan membawakan ember buat mencuci mangkuk, pak Sholeh berkelilng sejak pagi hingga sore setelah ashar.
Cita rasa khas dari soto ayam miliknya, menjadikan banyak orang nan menyukai sehingga hampir setiap hari dagangannya selalu habis. Dengan ketekunannya mengumpulkan uang, akhirnya pak Sholeh sukses mengontrak sebuah rumah di kawasan kampung Purwodiningratan. Di loka itu, selain digunakann buat loka tinggal, pak Sholeh juga membuka warung soto dan tak lagi berkeliling kampung.
Lokasi loka tinggalnya tersebut cukup sulit dijangkau sebab akses nan terbatas. Antara lain, jalan menuju rumahnya nan sempit, menjadikan kendaraan bermotor nan melintasinya tak boleh menghidupkan mesin sebab akan mengganggu orang nan tinggal di sekelilingnya. Meski demikian, hal ini bukanlah kendala bagi para pecinta soto pak Sholeh. Mereka tetap mendatangi rumahnya nan sekaligus disulap sebagai warung soto tersebut.
Setelah berhasil berjualan di tengah kampung, pak Sholeh kemudian berpikir buat mencari lokasi nan lebih strategis. Tujuannya, agar warung soto miliknya lebih mudah buat dijangkau para pelanggannya. Akhirnya, dipilihlah kawasan Tegalrejo sebagai tempatnya berjualan soto ayam. Lokasi tersebut berada di persimpangan jalan HOS. Cokroaminoto dan jalan menuju Museum Pangeran Diponegoro Gelanggang Wiratama di jalan Wiratama.
Lokasi baru ini nisbi lebih mudah dijangkau, selain juga area parkirnya nan lebih luas. Pada hari-hari biasa, warung ini buka mulai pukul 06 pagi hingga pukul 15 sore. Sementara pada saat bulan kudus Ramadhan, warungnya baru buka menjelang saat berbuka puasa hingga setelah shalat tarawih.
Dan setelah pak Sholeh meninggal, saat ini semua menu dari kuliner soto ayam pak Sholeh tersebut, ditangani langsung oleh istrinya buat menjaga cita rasa nan khas. Salah satu keunikan dari soto pak Sholeh ini adalah, semua bumbu diracik dengan cara ditumbuk serta bahan bakar buat memasak menggunakan arang sehingga mampu menimbulkan aroma nan khas.
Selain soto pak Sholeh, di Jogjakarta juga dapat ditemui beberapa warung soto lain nan cukup menarik. Antara lain Soto Kanisius nan berada di belakang percetakan Kanisius, Soto Pak Aris nan terletak di belakang kampus UIN Sunan Kalijaga dan juga soto Galeria nan berada di belakang mall Galeria.