Seni dalam Kedukaan
Pertunjukan seni memang selalu menarik buat dilihat. Majemuk bentuk idealisme seni biasanya akan menyatu dan membaur. Seni tentunya juga memiliki banyak pilihan. Pilihan itu bergantung pada masing-masing individu. Pengaruh lingkungan memainkan peranan nan sangat krusial dalam hal ini. Pengaruh itu akan memberikan rona pada pagelaran nan akan diadakan. Salah satunya ialah seni dalam musik jazz. Musik jazz nan biasanya identik di kalangan orang berduit, tapi kali ini dibawa dalam perbedaan makna dan balutan nan sederhana. Acara pertunjukan musik jazz ini diberi nama Ngayogjazz.
Yogya Ngejazz
Dari nama pagelaran seni ini sudah diketahui di mana diselenggarakannya. Yogyakarta, sebuah kota dengan perbedaan makna pedesaan dan majemuk macam artis bermukim di kota pelajar ini, menyelenggarakan satu pagelaran musik jazz. Selama ini orang sudah banyak tahu tentang Jakjazz nan sudah mendunia itu. Kini giliran kota dengan perbedaan makna kerajaan ini membuat satu pertunjukan nan mungkin lain daripada nan lain. Bagaimanapun, Yogyakarta tetap berbeda dan tak dapat disamakan dengan pegelaran nan diadakan di kota lain nan ada di nusantara.
Tujuan dibuatnya pertunjukan jazz ini salah satunya ialah mendekatkan musik jazz di kalangan masyarakat sekaligus menghilangkan sebuah asumsi bahwa musik jazz hanya buat dinikmati oleh masyarakat kelas atas. Ngayogjazz sendiri diprakasai oleh artis kawakan Djaduk Ferianto. Seorang Djaduk Ferianto nan telah begitu banyak makan garam pentas seni dalam berbagai ragam terutama pertunjukan nan melibatkan alat musik tradisional, mampu menggerakkan berbagai kalangan buat mensukseskan pergelaran seni satu ini.
Pemilihan loka nan dianggap nyaman ialah salah satu hal nan membuat pagelaran satu ini menjadi sesuatu nan berbeda. Sama dengan pertunjukan musik jazz nan diselenggarakan di atas gunung Bromo, Jawa Timur nan memberikan perbedaan makna berbeda. Pagelaran musik jazz ini juga ingin memberikan suasana lain dalam hal menikmati jazz nan memang sangat khas itu. Kalau bermain di udara pegunungan, para pemusik harus melakukan beberapa hal agar tangannya tak kaku nan akan membuat nada-nada sumbang, di Ngayogjazz ini, pemain hanya harus menyesuaikan diri dengan suasana Yogya nan adem dan tentram.
Djaduk melihat musik jazz ialah sesuatu nan universal, dapat dinikmati siapa saja tanpa ada pembatasan, seperti halnya sejarah musik jazz nan mampu menggabungkan dan menyatukan berbagai macam bentuk disparitas nan ada. Tidak heran kalau ia berminat menghadirkan pagelaran musik satu ini di kota kelahirannya. Ia konfiden pagelaran musik jazz akan memberikan pengaruh nan baru kepada para artis muda dan anak-anak nan selama ini mungkin belum mengetahui kalau ada musik jazz nan dapat juga dinikmati sambil belajar.
Sederhana Dalam Rupa
Ngayogjazz dibuat sebagai sebuah pertunjukan seni nan memang benar-benar sederhana. Pertunjukan ini sudah dimulai sejak 2006. "Hal sederhana" nan dimaksud di sini ialah dengan konsepnya. Pagelaran seni Ngayogjazz selalu diadakan di Bantul, Yogjakarta. Bantul ialah sebuah kota sederhana di Yogyakarta nan jauh dari hingar bingar keramaian kota. Persawahan masih dapat terlihat di tepi jalan dengan irigasi nan teratur dan baik. Rumpun bambu pun masih sering terlihat dengan dahan-dahannya nan seolah melambaikan tangan mengajak menari sering dengan tiupan angin.
Aliran air sungai nan jernih dengan bentuk rumah nan masih sangat sederhana dan masih dalam bentuk aslinya, masih juga berderet sejajar di perkampungan nan asri. Setelah gempa 2006 nan melanda Yogyakarta nan membuat bagitu banyak masyarakat Bantul nan menjadi korban, ternyata tak membuat masyarakatnya berhenti berkarya dan berhenti membangun kembali peradaban mereka nan sempat porak poranda itu. Mereka terus bangkit dan berusaha sekuat tenaga membuat kehidupannya normal lagi seperti sedia kala. Inilah salah satu kekuatan nan dimiliki oleh orang Bantul.
Perlu diketahui bahwa, bupati Bantul melarang berdirinya mini market modern. Hal ini dilakukan buat melindungi para pedagang tradisional nan terkadang telah berusia sangat lanjut. Ketiadaan mini market modern ini malah semakin mengokohkan keberadaan kota Bantul sebagai salah satu kota nan asri dan masih seperti nan dulu. Karakteristik pedesaan dan suasana nan sangat nyaman itu tetap saja ada. Siapa pun nan datang ke Bantul akan dapat merasakan suasana nan sangat bersahabat dengan alam itu.
Dalam alam nan sederhana ini, Ngayogjazz hadir dengan suasana nan tidak kalah sederhananya. Selain itu, dalam pertunjukan Ngayogjazz ini juga ditampilkan sebuah ciri lokal nan berkaitan dengan seni. Pada 2008 misalnya, Ngayogjazz mengadakan pertunjukannya di desa Tembi, Bantul, Yogyakarta. Saat itu musik jazz dimainkan di pedesaan nan jauh dari kota, sambil menikmati kesejukan alam dari desa Tembi, Bantul.
Lain lagi pada tahun berikutnya, 2009. Ngayogjazz diadakan di Pasar Seni Gabusan, nan masih berlokasi di Bantul. Pertunjukan jazz diduetkan dengan kesenian lokal milik warga Bantul. Sebuah pertunjukan nan memang unik tentunya. Apalagi Ngayogjazz diadakan buat menepis asumsi kalau musik jazz ialah musik buat orang-orang golongan atas. Disparitas budaya antara jazz dan kesenian lokal Bantul disatukan, dan menjadi sebuah hubungan tersendiri. Masyarakat tentu saja sangat menikmati pertunjukkan ini. Mereka datang dari berbagai daerah nan ada di Yogyakarta.
Bahkan ada turis asing nan juga menikmati pagelaran seni nan mungkin tidak akan ditemui di loka lain. Suara jangkrik nan bersautan dengan makanan malam nan khas, seperti ronde (air jahe) nan hangat serta ubi rebus dan kacang rebus, menambah kekhitmatan penampilan para musisi nan memeriahkan pagelaran seni tersebut. Perlu diketahui bahwa Pasar Seni Gabusan dibangun buat mewadahi para artis nan menjual berbagai pernak-pernik barang seni khas Yogyakarta.
Dengan adanya pertujukan nan sangat spektakuler ini, semakin banyak orang nan tahu dan sadar bahwa ada satu pasar seni nan dapat dikunjungi. Bahkan pasar seni ini dapat dijadikan loka rekreasi baru nan menyuguhkan berbagai hal nan berkaitan dengan barang seni. Harga nan ditawarkan juga majemuk dan cukup murah bial dibandingkan dengan harga barang nan sama di loka lain. Barang-barang nan dijual di pasar seni ini juga dijual ke Bali. Bagaimanapun, Bali masih menjadi salah satu tujuan para pengrajin dalam menjual dagangannya.
Mengingat suasana nan sangat mendukung itulah, perhelatan ini terus diselenggarakan. Semakin lama, semakin orang mengenal kalau ada satu pagelaran jazz nan diadakan di Yogyakarta. Harga tiket pesawat dari Jakarta ke Yogyakarat pada hari biasa nan tak terlalu mahal, telah mendorong banyak orang Jakarta datang hanay buat merasakan kenikmatan mendengarkan musik jazz di tengah alam pedesaan nan sudah sangat sporadis ada di Jakarta. Mereka berlibur dan menghibur diri dengan mendapatkan pengalaman nan beda dari biasanya.
Seni dalam Kedukaan
Pada 2010, Ngayogjazz rencananya akan diadakan menjelang akhir tahun, tapi sebab kondisi Yogyakarta nan baru saja tertimpa bencana, erupsi gunung merapi membuat pertunjukan satu ini diundur pada Januari 2011. Kali ini Ngayogjazz kembali menggelar perhelatannya di Bantul. Lebih tepatnya di pelataran artis prominen Jogja, Joko Pekik. Tentu saja kedukaan itu membekas dalam apalagi dengan kematian juru kunci Gunung Merapi, Mbah Marijan, nan sangat mengenaskan. Namun demikian, hayati memang harus terus berlangsung dan tak boleh melenakan hingga terpuruk ke dalam jurang duka nan begitu dalam.
Bukankah bukannya sekali ini Yogyakarta dirundung kemalangan. Jiwa dan raga mereka nan tetap tegar dan terus berjuang hingga hayat dikandung badan terpisahkan. Tekad inilah nan membuat penyelenggaraan pagelaran seni ini semakin menambah semangat para pendukung acara dan pihak penyelenggara. Mereka tidak ingin membuat kedukaan menjadi kesedihan nan abadi.
Meskipun sempat diguyur hujan pada malam harinya, pertunjukan jazz tak berhenti. Dibalut dengan pohon-pohon rindang dan masih hijaunya lingkungan sekitar, tak membuat Ngayogjazz kehilangan karakternya sebaga pertunjukan seni nan tampil sederhana. Ngayogjazz selalu menampilkan beberapa musisi jazz nan sudah terkenal tentunya, seperti Tohpati, Rika Roeslan, Trie Utami, Iga Mawarni, dan sederet musisi jazz lainnya, ditambah dengan seniman-seniman lokal khas Yogyakarta nan selalu memberi rona tersendiri. Ngayogjazz sekarang sudah tumbuh sebagai pertunjukan nan lebih dari sekadar hiburan. Ngayogjazz akan selalu dinanti dan ditunggu setiap tahunnya sebab menampilkan berbagai macam bentuk seni dan kebudayaan.