Lukisan Kaligrafi - Kaligrafi di Timur

Lukisan Kaligrafi - Kaligrafi di Timur

Lukisan Kaligrafi , entah itu nan tampak di atas kanvas dengan medium coretan cat arclyc atau cat air, tergambarkan melalui pelepah palem kering nan tersusun rapat, atau kulit kayu nan awet dengan medium coretan arang maupun dengan pewarna alami, lukisan kaligrafi akan sampai kepada penikmatnya sebagai lukisan teks.

Lukisan teks, bukan berarti sekedar memperlihatkan estetika tulisan saja, walau secara harfiah, kaligrafi berasal dari bahasa Yunani nan bermakan tulisan indah, "keindahan" di wakili dengan kata Kallos dan graphe nan bermakna menulis. Keindahannya lebih dari apa nan Anda terka sebab jenis seni visual dalam bentuk teks, memiliki akar mistis.

Sebagaimana asumsi modern bahwa seni ini terlepas dari bentuk mitos dan hanya disebut sebagai seni huruf mewah atau seni nan memberikan bentuk tanda-tanda secara ekspresif, harmonis, dan terampil. Anda keliru. Kata nan tertulis pada lukisan kaligrafi dalam restriksi entah itu dari sisi rona atau media bingkai, tak dapat menghalangi aura pengetahuan nan dicoretkan pada kata nan tertulis padanya.

Memang pemahaman modern tentang kaligrafi berkisar dari sisi fungsional dan kecekatan tangan membuat seni desain nan tampak bagai huruf prasasti. Orang mengambil karakteristik archaic buat menghias kalimat dan kata pada kaligrafi modern. Terkadang, pada bentuk seni murni, lukisan kaligrafi modern di sisipkan dengan lukisan objek selain teks. Kesan abstrak mengabur dan kaligrafi hanya menjadi penghias belaka atau menjadi latar bagi lukisan objek lainnya.



Lukisan Kaligrafi - Kaligrafi di Barat

Lukisan kaligrafi Barat tentu saja dikenali oleh penggunaan pertama kali aksara Latin. Sebagaimana nan dapat di telusuri Abjad Latin muncul sekitar 600 SM, di Roma, diukir pada batu, Anda tentu ingat Acta Diurna ? Sampai akhirnya menemukan medium baru setelah rendezvous budaya antara Roma dengan Alexandria Mesir pada masa Julius Caesar, yakni papirus.

Pada abad kedua dan ketiga gaya huruf uncial dikembangkan. Gaya Uncial itu di kembangkan buat menyalin teks-teks keagamaan pada Alkitab dan nan sejenisnya. Oleh sebab itulah, biara dengan mistismenya mempertahankan tradisi kaligrafi selama abad keempat dan kelima, hingga abad abad ketika Kekaisaran Romawi jatuh oleh peperangan tanpa henti dengan kaum barbar.

Akhirnya, Eropa memasuki Abad Kegelapan. Beranjaknya kaligrafi setelah abad kegelapan, Anda dapat ambil sembarang tanggal pada masa renaissance atau pada masa teknik cetak di kembangkan oleh orang seperti Guttenberg. Seni kaligrafi akhirnya berkembang pada lukisan nan mampu dicetak dan menghiasi berbagai buku bergambar pada era Imperial tersebut. Misalnya, buku-buku karya Marquis de Sade.

Saat ini, Kaligrafi menemukan pelaksanaan nan beragam. Memasuki dunianya desain grafis atau desktop publishing, hingga ke desain logo atau lukisan murni, pada kertas beasiswa, peta, menu, kartu ucapan, undangan, dokumen hukum, kertas diploma, bahkan pada gambar buat film dan televisi.

Fungsinya kembali kepada seni terapan, dan seni kriya, sehingga banyak pakar kaligrafi membuat mata pencaharian mengandalkan diri dengan membuat lukisan kaligrafi pada medium nan telah dijelaskan. Barangkali termasuk kartu undangan menikah Anda. Bukankah, kartu undangan di tulis dengan huruf latin nan dibentuk indah?



Lukisan Kaligrafi - Kaligrafi di Timur

Walau di Timur Kaligrafi telah berkembang di China jauh sebelum kaligrafi Arab menyuarakannya keras-keras (jauh sekali, usia kaligrafi China mencapai 4000 tahun masehi), akan halnya bila membicarakan kaligrafi Arab, sama saja dengan membicarakan kaligrafi China. Hal itu sebab kedekatan kultur antara China dengan Persia.

Wah, apa kaitannya antara kaligrafi Arab dengan China atau Persia? Kaitannya ialah sosok ini, Abu 'ali Muhammad bin' ali Ibnu Muqlah Syirazi nan lahir pada tahun 886 di Baghdad dan meninggal di sana 20 Juli 940. Ia ialah seorang kaligrafer keturunan Persia, salah satu terkemuka di zaman Abbasiyah. Diperkirakan bahwa ia membuat karya naskah thuluth, dengan gaya kursif pertama dari Arab.

Dialah, orang Persia nan pertama kali memperkenalkan lukisan kaligrafi di global Arab Muslim. Seiring perjalanan dan kepopuleran seni lukisan kaligarfi Arab nan dilandaskan pada penulisan khat bersama dengan Ibnu al-Bawwab dan Yaqut al-Musta'simi. Al Syirazi lantas dianggap sebagai pendiri dari gaya lukisan kaligrafi Arab Modern dan inilah varian dari gaya kaligrafi Arab.

  1. Naskh adalah tulisan kursif nan sederhana nan digunakan dalam korespondensi surat menyurat sebelum teknik kaligrafi menggunakannya buat menulis Al- Quran. Bentuknya ramping dan lentur, tanpa penekanan tertentu, dan sangat mudah dibaca. Para kaligrafer nan paling terkenal dari genre ini ialah Hafiz Osman, seorang kaligrafer Utsmani nan hayati pada abad ke 17.
  2. Tulut adalah gaya penulisan nan lebih monumental dan energik, marak digunakan oleh orang Mamluk (orang Armenia-Tatar) selama abad 14-15. Namun gaya diubah dan disempurnakan oleh pakar kaligrafi Utsmani.
  3. Tawqi , muncul pada saat kekhalifahan Abbassid dan digunakan buat menandatangani surat-surat resmi.
  4. Riq'ah ialah versi miniatur dari 'tawqi. Orang Usmani menggunakannya buat tulisan tangan dan sebagian besar tehniknya masih digunakan hingga hari ini.
  5. Muhaqqaq ialah bentuk script dari kaligrafi Arab.
  6. Rihani atau Rayhani ialah versi penyederhanaan dari Muhaqqaq.

Sementara di Asia timur, nama lokal buat kaligrafi ialah Shufa di Cina nan secara harfiah bermakan "cara / metode / hukum tertulis". Disebut Shodo di Jepang nan secara harfiah ialah "jalan / prinsip penulisan", dan akhirnya di kenal sebagai Seoye di Korea , secara harfiah ialah "keterampilan / kriteria tulisan".

Pelukisan Kaligrafi di Asia Timur merupakan aspek krusial dan menjadi bagian dari budaya luhur di sana. Timur kaligrafi Asia biasanya dianggap sebagai salah satu "seni" luhung. Kaligrafi di Asia Timur bisa di pandang baik sebagai praktek kesusasteraan maupun sebagai seni murni. Setidaknya pula dapat dipelajari sebagai bagian dari karakteristik khas bertutur di Asia Timur. Hingga kini pun, seni melukis kaligrafi semarak di kalangan muda atau tua. Entah dengan tujuan mistis, semacam membuat jism, jimat, ataupun berlatih ruhani. Namun, setidaknya, dalam membuat seni ini, di butuhkan kriteria berikut:

  1. Karakter harus ditulis dengan benar. Karakter sahih ditulis tersusun dengan cara nan diterima sebagai nan sahih dengan kaligrafi nan sah. Karya kaligrafi sering menggunakan varian karakter kanji Cina nan dianggap sahih atau salah berdasarkan kasus per kasus. Namun secara umum, varian nan lebih populer ialah nan lebih mungkin benar. Di Jepang sendiri, penggunaan kuis menulis kanji menjadi ajang buat meluruskan nan galat di masyarakat.
  2. Karakter harus bisa dibaca. Hal itu sebab kaligrafi ialah metode menulis dengan baik dengan demikian mengkomunikasikan maknanya dengan sama baiknya dengan nilai keindahan di dalamnya. Umumnya karya kaligrafi memang dikenali sebagai script atau huruf sambung nan kurang nyaman dibaca buat mereka nan tak akrab dengan gaya script. Namun, menggunakan kursif un tak dihawatirkan akan melunturkan keindahan nan lebih latif pada bentuk script.
  3. Karakter harus ringkas. Hal ini berbeda dengan kaligrafi Barat nan cenderung bertele-tele pada kalimat dan kata. Kaligrafi Cina terkesan lugas, terkadang makna dapat dipadatkan pada satu dan dua kata. Hal nan juga mengilhami seni membuat puisi pendek di Jepang atau Haiku.
  4. Karakter harus sinkron konteks. Di China, latar pendidikan dan profesi mempengaruhi cara pembcaan dan penulisan kaligrafi. Bisa disimpulkan bahwa kaligrafi tumbuh oleh sebab pengayaan dan kontribusi mereka nan berada 'di lapangan' sebab kata dan kalimat tercipta di sana, begitupun filosofinya.
  5. Karakter harus mengandung estetika. Pada umumnya, karakter nan ditulis dengan benar, secara hukum, ringkas, dan dalam konteks nan tepat juga estetis inilah nan menjadikan kata kaligrafi, menjadi lukisan kaligrafi nan indah.

Di Indonesia, kaligrafi dapat diwakili dengan mempelajari aksara kuno, semacam aksara Jawa atau aksara Sunda. Seni kaligrafi di Indonesi harus terus diasah dan dikembangkan. Maka diharapkan pada akhirnya, mereka nan mempelajari aksara tersebut akan bisa membentuk lukisan Kaligrafi nan tak kalah latif dengan wilayah Asia lainnya.