Model Rancangan Teori Penelitian Tindakan Kelas

Model Rancangan Teori Penelitian Tindakan Kelas

:

Apa nan dimaksud dengan teori penelitian tindakan kelas ? Seorang guru memiliki kewajiban tak sekedar mengajarkan sesuatu namun juga mendidik muridnya. Tugas ini sudah niscaya diketahui oleh guru sebagai salah satu tanggung jawabnya. Tentu saja, dalam proses pedagogi dan pendidikan tak selalu mendapatkan hasil nan diharapkan meskipun beberapa planning dan tindakan telah dijalankan dengan sungguh-sungguh dan penuh perhitungan.

Akan selalu didapatkan hasil nan lebih kecil dibanding perencanaan dan harapan. Misalkan saja, asa seorang guru menginginkan murid-muridnya 100% lulus dengan nilai minimal 70,00. Dalam kenyataannya mungkin akan didapatkan setengahnya saja nan lulus.

Kewajiban mengajar dan mendidik oleh seorang guru dituntut profesionalitasnya. Akan tetapi, profesionalitas ini tentu akan dibenturkan seperti masalah di atas. Masalah nan mungkin akan muncul juga adalah, sikap dari murid nan acuh, halangan dan rintangan dan sebagainya. Oleh karenanya, perlu dilakukan suatu penelitian tindakan pada suatu kelas nan dikenal sebagai penelitian tindakan kelas.



Teori Penelitian tindakan kelas

Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) ialah suatu bentuk penelitian pada suatu objek nan berada di kelas, dengan mengikuti metode atau anggaran nan telah ditetapkan berdasarkan suatu variabel eksklusif nan bertujuan buat meningkatkan mutu dari objek nan diteliti, nan relevansinya terhadap variabel nan diteliti. Dengan kata lain, seorang guru melakukan penelitian pada kelas nan bermasalah. Penelitian tersebut menggunakan tata anggaran nan telah dibakukan dalam model teori penelitian tindakan kelas.

Variabel nan diteliti sebelumnya telah ditentukan oleh guru nan bersangkutan tersebut, dengan melihat perbandingan hasil antara sebelum dan sesudah dilakukan penelitian. Hasil dari penelitian ini dilaporkan dan dijadikan sebagai acuan dalam model pedagogi serta pendidikan pada pelajaran nan diampu oleh guru tersebut.

Penelitian tindakan kelas memiliki tujuan buat meningkatkan proses belajar mengajar dan aplikasi pembelajaran di kelas. Guru bisa difungsikan sebagai peneliti, nan bisa berkolaborasi dengan pihak lain dalam penelitiannya. Secara lugas, penelitian ini tak menyita waktu di luar jam kelas. Seorang guru bisa langsung memasukkan penelitian pada saat jam pelajaran sinkron dengan jadwal.

Unsur nan diangkat dalam penelitian tindakan ialah pemugaran proses belajar dan hasil belajar siswa. Tentu saja, hal tersebut tak bisa dilakukan dalam sekali waktu, kemudian mendapatkan hasil. Pada penelitian tindakan kelas akan dimungkinkan sekali adanya rancangan penelitian nan berubah, penajaman pada metode penelitian hingga pengamatan nan diperlebar terhadap objek nan diteliti.
Selanjutnya, dalam menentukan permasalahan nan akan diteliti, tak selalu seluruh masalah nan berkaitan dengan hasil belajar menjadi variabel nan harus diteliti. Variabel nan masuk dalam ranah penelitian tindakan harus berdasarkan pada tiga hal yakni:



1. Terjangkau dan bisa dikuasai

Topik nan diangkat dalam sebuah penelitian tindakan haruslah topik nan mampu diangkat oleh seorang guru. Tentu saja relevansi terhadap peningkatan kualitas belajar siswa. Manakala topik nan akan diangkat memiliki relevansi dengan peningkatan belajar siswa namun tak dalam ranah pengetahuan guru. Tentu saja, hal ini akan menjadi bumerang tersendiri bagi guru tersebut, sebab ketika diadakan penelitian tindakan, akan banyak terbentur dengan teori – teori nan tak terkuasai dan perlu membenahi banyak pada segi perancangan penelitian.



2. Bahan dan data tersedia

Suatu penelitian tentu membutuhkan bahan dan data, baik sebagai acuan dalam suatu penelitian maupun sebagai bahasan dan pembandingan. Jika bahan nan tersedia cukup ‘langka’, hal ini akan merepotkan tersendiri bagi sang guru, sebab analisis terhadap variabel nan diteliti, pembuktian terhadap pengujian hasil, bahkan hingga segi perencanaan penelitian akan mengalami banyak kesulitan.



3. Fungsi kepentingan

Suatu penelitian nan baik ialah penelitian nan memiliki fungsi signifikansi (kepentingan). Pemecahan nan didapatkan dari suatu penelitian memberikan sumbangan pada bidang teoritis (khazanah ilmu pengetahuan) atau sebagai acuan praktis. Segi teoritis berkaitan dengan penjabaran dari permasalahan nan didapat beserta solusi nan ditawarkan, prediksi dari permasalahan nan mungkin terjadi pada situasi lain dan prediksi pada hasil belajar objek penelitian hingga pengendalian hasil dari objek nan diteliti. Sedangkan buat acuan praktis, hasil penelitian menjadi suatu acuan dalam peningkatan hasil belajar siswa/ objek nan diteliti.



Model Rancangan Teori Penelitian Tindakan Kelas

Sesuai dengan definisi penelitian yaitu kegiatan buat mencermati suatu objek atau perlakuan terhadap suatu objek berdasarkan anggaran atau metode nan diakui, maka penelitian tindakan kelas pun memiliki anggaran dalam pekerjaan penelitiannya. Anggaran nan dipahami oleh global pendidikan tentang penelitian tindakan ialah anggaran dalam rancangan penelitian tindakan kelas.

Perbedaan penelitian tindakan dengan penelitian eksperimental adanya ketepatan penggunaan variabel nan diteliti serta metode nan digunakan bukanlah metode one-step test (pengujian sekali jalan). Pada penelitian tindakan, dilakukan suatu siklus eksklusif nan terdiri dari sejumlah langkah nan wajib dikerjakan oleh peneliti (guru). Siklus ini hampir kebanyakan bukanlah pengujian sekali jalan, sehingga sering akan ditemukan pengubahan rancangan meski telah dijalankan penelitian.

Siklus nan telah banyak dikenal dalam penelitian tindakan ada tiga. Yaitu,



1. Rancangan Penelitian Tindakan oleh Kurt Lewin

Rancangan penelitian ini ialah model paling dasar dari suatu penelitian tindakan, nan kemudian banyak pakar mengembangkan rancangan ini. Menurut rancangan penelitian ini, terdapat siklus nan terdiri dari 4 langkah yakni perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Siklus ini dimulai dari termin perencanaan . Tentu saja perencanaan selalu melibatkan identifikasi masalah, perumusan masalah dan pemecahan masalah. Selanjutnya sebab ketiga hal penyusun siklus tersebut merupakan komponen dalam suatu kegiatan siklus, maka fungsi dari masing – masing ialah saling mendukung. Pada rancangan ini, belum bisa diperjelas siklus nan sistematis.

Pada bagian tindakan ialah aplikasi penelitian nan berdasarkan rancangan nan disusun. Aplikasi diusahakan sealami mungkin agar hasil nan didapat bisa diterapkan dan bukan sebagai hasil rekayasa.

Tahap pengamatan ialah termin dokumentasi, baik menggunakan angket, foto, wawancara dan sebagainya sebagai data nan akan diolah buat dilaporkan sebagai hasil penelitian. Dan termin terakhir ialah refleksi atau penilaian diri pada peneliti itu sendiri.



2. Rancangan Penelitian Tindakan oleh Kemmis dan Mc Taggar

Model rancangan penelitian Kemmis dan Mc Taggart telah cukup banyak dikenal dan dipilih oleh guru dalam melakukan penelitian tindakan sebab sifatnya nan sederhana. Model ini sebenarnya tak terlalu berbeda dengan model nan diajukan oleh Lewin dari segi prinsip, hanya saja model ini lebih mengembangkan model dasar Lewin dalam alur sistematikanya. Alur siklus nan diberikan oleh model Kemmis dan Taggart sudah cukup jelas dibanding dengan Lewin. Beberapa siklus dilakukan iterasi buat mendapatkan tujuan penelitian. Secara prinsip, siklus ini memiliki jenis komponen nan sama dengan Lewin, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Penelitian diawali dengan perancangan penelitian tindakan, kemudian dilakukan aplikasi dan pengamatan dan hasilnya direfleksikan. Jika pada proses dari perancangan hingga refleksi masih mendapatkan hasil nan kurang, maka disusun kembali rancangan nan baru (revisi), dilakukan kembali pelaksanaan, pengamatan dan refleksi hingga didapatkan hasil nan sinkron dengan harapan.



3. Rancangan Penelitian Tindakan oleh John Elliot

Model rancangan penelitian tindakan dari John Elliot ialah pengembangan dari model Lewin, namun lebih diperinci dibanding rancangan penelitian Kemmis dan Taggart. Ide nan diangkat Elliot sama dengan Kemmis dan Taggart, inovasi masalah dan penguraian masalah, perancangan penelitian dengan suatu tindakan eksklusif nan diprediksi bisa menyelesaikan masalah, aplikasi dan pengamatan dan evaluasi. Disparitas pada model Kemmis dan Taggart ialah pada implementasi tindakan dan proses monitoring implementasi.

Model Elliot ialah model dengan sistem revisi rancangan terhadap hasil nan didapatkan setelah dievaluasi. Jadi, hasil penelitian sebagai konklusi sementara sebelum dilakukan refleksi, sedangkan model Kemmis dan Taggart ialah sistem dengan revisi rancangan nan diaplikasikan terhadap refleksi.