Puisi Pendidikan - Kemarahan nan Bergejolak
Pernahkan kalian membuat puisi pendidikan di sekolah? Pernahkah kalian membaca puisi mengenai pendidikan di hadapan banyak orang? Puisi pendidikan biasanya dibuat atau dibacakan ketika memperingati Hari Pendidikan Nasional. Berikut ini ialah sebuah puisi pendidikan nan ditulis oleh seorang guru di saat Hari Pendidikan Nasional
Contoh Puisi Pendidikan- Pendidikan Untuk Siapa? (Doni Swadarma)
Pendidikan, apa khabarmu hari ini?
Di tengah silih bergantinya istilah hebatmu CBSA, KBK, KTSP entah apa lagi nanti
Namun masih terasa ganjalan di benakku
Untuk siapakah engkau dinikmati?
Upik pengamen cilik, Ni’an tukang asongan, Topan partikelir prapatan
Mereka bukan anak sekolahanMereka punya sebuah mimpi,
mimpi nan sederhana : dapat makan setelah kecapean
Sementara itu ….di sekolahnya orang-orang penting
Yang tarifnya bikin kepala pusing
Michele, David dan Tobing asyik browsing sambil outting
Fasilitasnya lengkap ada nan backing
Selesai sekolah mereka kuliah
Di kampus tercinta dambaan semua
Bukannya cerdas akal dan jiwa
Bullying dan kekerasan malah mewabah!
Setelah lulus, mereka bekerja
Menjadi Menteri, direktur, birokrat, politisi atau pengusaha
Tapi mengapa bukannya membangun negeri tercinta
Sudah berpenghasilan tinggi, masih korupsi juga!
Aku bingung saya resah
Dimanakah letaknya salah
Sudah sekolah sudah kuliah
Keluar-keluar kok malah jadi lintah
Kami nan ada di sini
Cuma dapat jadi pemimpi
Bermimpi sepuas hati
Setelah bangun menangis lagi
Bukan itu nan kuharapkan
Pendidikan murah nan kuinginkan
Pendidikan nan dapat merubah
Semua kezholiman menjadi keadilan!
Mengenal Doni Swadarma
Puisi pendidikan ini ditulis oleh Doni Swadarma. Dia bukanlah penyair hebat nan sudah melanglang buana. Bukan pula orang krusial atau penjabat negara. Dia hanyalah seorang guru SD nan telah 10 tahun mengabdi di Jakarta. Di ibu kota inilah ia banyak melihat ketidakadilan dan ketimpangan lainnya nan terhampar di depan mata.
Keberpihakannya pada rakyat kebanyakan seringkali ia ekspresikan dalam bentuk puisi pendidikan. Salah satunya berjudul Pendidikan Untuk Siapa? ini.
Puisi Pendidikan - Kemarahan nan Bergejolak
Siapa pun nan membaca puisi pendidikan di atas niscaya akan menangkap kesan adanya "kemarahan nan bergejolak" di batin penulis. Puisi ini seolah merekam banyak hal tentang Indonesia. Latar belakangnya nan guru, merekam dengan cermat kegamangan nan terjadi di kementerian pendidikan.
Silih bergantinya kebijakan, seiring dengan pergantian kursi menteri mengakibatkan tak tuntasnya program. Hal itu tertulis pada kalimat pembuka pada puisi tersebut:
Pendidikan, apa khabarmu hari ini ?
Di tengah silih bergantinya istilah hebatmu CBSA, KBK, KTSP entah apa lagi nanti
Kehidupan sosial anak jalanan, juga tidak luput dari pengamatannya . hal tersebut tercermin pada bait :
Upik pengamen cilik, Ni’an tukang asongan, Topan partikelir prapatan
Mereka bukan anak sekolahanMereka punya sebuah mimpi,
mimpi nan sederhana : dapat makan setelah kecapean
Upik, Ni'an dan Topan ialah anak-anak bangsa nan tak terurus dengan layak oleh negara, padahal seharusnya negara menjamin mereka sinkron dengan konstitusi kita. Lalu kemanakah APBN nan gede-gedean itu digelontorkan? Hanya Tuhan nan paham.
Kondisi sosial ekonomi nan penuh ketimpangan di global pendidikan dengan lugas dibeberkan dalam bait puisi nan berbunyi:
Sementara itu …di sekolahnya orang-orang penting
Yang tarifnya bikin kepala pusing
Michele, David dan Tobing asyik browsing sambil outting
Fasilitasnya lengkap ada nan backing
Saat ini bisnis sekolah memang sudah seperti sebuah industri. Sekolah-sekolah super mahal tumbuh bermunculan bak cendawan di musim hujan. Sekedar catatan, sebuah SD di sapta Bintaro ada nan menembus harga 45 juta buat sekedar uang masuknya saja!
Belum lagi program penunjang berupa pelatihan dengan berbagai tema dan tujuan nan beragam, seperti Super Camp, Outbound , Mind map, Spiritual Quotient, Mid Brain, Magic science, Magic finger dan sebagainya. Semua itu hanya bisa dinikmati oleh segelintir anak nan beruntung saja.
Fenomena Bullying yang marak terjadi di sekolah, bahkan di sekolah nan bertitel "favorit" dan "Internasional" sekali pun juga tidak luput dari tulisannya, seperti nan terdapat pada bait puisi berikut:
Selesai sekolah mereka kuliah
Di kampus tercinta dambaan semua
Bukannya cerdas akal dan jiwa
Bullying dan kekerasan malah mewabah !
Kegalauan atas nasib Indonesia nan masih belum dapat lepas dari jerat korupsi nan ternyata pelakunya ialah orang-orang pintar berpendidikan tinggi, membuat sang penulis menuliskan kegelisahan dan keprihatinannya dalam bait:
Setelah lulus, mereka bekerja
Menjadi Menteri, direktur, birokrat, politisi atau pengusaha
Tapi mengapa bukannya membangun negeri tercinta
Sudah berpenghasilan tinggi, masih korupsi juga !
Aku bingung saya resah
Dimanakah letaknya salah
Sudah sekolah sudah kuliah
Keluar-keluar kok malah jadi lintah
Di bagian akhir puisi pendidikan ini, penulis seakan ingin mengubah keadaan ini. Pendidikan nan bisa dinikmati oleh semua anak, pendidikan nan berbanding lurus dengan kelakuan dan moral. Pendidikan nan pada akhirnya bisa menegakkan keadilan, seperti nan tercermin pada bait:
Bukan itu nan kuharapkan
Pendidikan murah nan kuinginkan
Pendidikan nan dapat merubah
Semua kezholiman menjadi keadilan!
Puisi Pendidikan - Konklusi Puisi Doni Swadarma
Walaupun secara generik puisi ini bertemakan "pendidikan", namun banyak pesan nan disampaikan. Mungkin dari segi pemilihan kata nampaknya sang penulis tak ingin "berpuitis-puitis ria", tidak ada kata bernuansa sansekerta, ia lebih memilih tegas dan lugas apa adanya.
Bagi sebagian penikmat puisi mungkin ini sedikit mengurangi keindahan. Namun, secara holistik puisi pendiddikan ini dapat menggugah pencerahan dan perasaan orang nan membacanya. Bukankah itu salah satu tujuan sastra, yaitu membentuk orang berbudaya?
Puisi Pendidikan Lainnya
Puisi-puisi nan bertemakan pendidikan berikut ialah puisi karya Karina Anggara.
Seperti Mereka
Jarang tak makanAku sudah biasa
Hayati serba kekuranganMenjalaninya pun saya rela
Namun, semoga saja tak tinggal harapan
Semoga Kau kabulkan do’aku, ya Tuhan..
Aku hanya ingin bersekolah seperti mereka
Dapat menuntut ilmu hingga ke negeri Cina
Menjadi orang nan berguna
Tanpa diriku harus menerima cela
Puisi pendidikan di atas berjudul Seperti Mereka . Puisi tersebut bercerita tentang seseorang nan hayati kekurangan tetapi tetap ingin bersekolah seperti orang lain. Puisi ini juga mengandung makna bahwa dengan pendidikan, seseorang akan menjadi manusia nan berguna.
Sosok Istimewa
Tidak hanya pada satu sekolah
Kau bersedia membagi ilmu
Kelakuan para murid kau hadapi tanpa lelah
Begitu besar kesabaran hatimu
Oh, Bapak dan Ibu guru..
Terima kasih atas bekal ilmu nan berharga
Kami akan songsong jenjang baru
Menyambut masa depan penuh suka cita
Puisi pendidikan tersebut berjudul Sosok Istimewa . Puisi ini didedikasikan buat para guru nan tanpa lelah mendidik anak bangsa. Puisi ini juga mengungkapkan rasa terima kasih kepada guru nan telah berbagi ilmu kepada kita semua.
Hadiah Untuk Orangtua
Dari pagi hingga malam kau banting tulang
Selalu dalam keadaan lelah ketika pulang
Semua itu kau lakukan agar saya tetap sekolah
Pengorbananmu nan membuatku tergugah
Bukan uang atau barang mewah
Aku belum cukup umur buat berikan itu
Tetapi nan niscaya saya tidak akan buang waktu
Semoga segala prestasiku bisa membuatmu bangga dan menjadi berkah
Puisi pendidikan di atas berjudul Hadiah buat Orangtua . Puisi tersebut memiliki tema kerja keras orangtua dalam menyekolahkan anaknya. Puisi ini didedikasikan buat para orangtua nan telah bekerja keras buat kelangsungan pendidikan anak-anaknya.
Juara Kelas
Jangan menyerah, kawan
Jadikan ini sebuah tantangan
Walau soal demi soal sulit terasa
Walau tugas demi tugas menguras pikiran dan tenaga
Kita harus tetap belajar dan berdo’a
Kita niscaya dapat menjadi juara!
Puisi pendidikan nan berjudul Juara Kelas di atas ialah puisi nan menceritakan bagaimana cara menjadi seorang kampiun kelas. Pesan nan terkandung dalam puisi ini ialah jangan mudah menyerah jika ingin menjadi kampiun kelas.
Bila dikaji dari puisi-puisi nan bertemakan pendidikan cenderunga bermakna kritikan atas paras pendidikan di negeri ini. Boleh dikata, apa nan diungkapkan ialah rasa sedih praktisi pendidikan terhadap pendidikan di negeri ini. Pendidikan bukan lagi murni buat mendidik, tapi buat dijadikan ajang bisnis. Tentu saja, pendidikan nan awalnya baik harus menjadi jelek dampak oknom nan tak bertanggungjawab.
Itulah beberapa puisi pendidikan nan bisa menginspirasi kita semua dalam meraih cita-cita. Semoga puisi-puisi tersebut bisa memotivasi kita semua sehingga apa nan kita inginkan akan tercapai, salah satunya melalui pendidikan. Semoga puisi-puisi nan bertemakan pendidikan nan dibahas pada artikel ini bermanfaat.
Kritik Cerdas Lewat Puisi Pendidikan
Puisi pendidikan merupakan sebuah puisi nan dipersembahkan spesifik buat global pendidikan. Banyak kisah nan dapat dituangkan dalam bait puisi. Perjalanan global pendidikan kita nan tidak mudah sejak zaman penjajahan, bisa terbaca dalam deretan bait puisi. Pendidikan menjadi kebutuhan nan sangat krusial buat mencetak generasi nan berkualitas. Untuk itulah, kumpulan puisi pendidikan juga dapat berperan krusial buat memajukan global pendidikan.
Ketidakadilan nan dirasakan sebagian masyarakat Indonesia, terutama dalam hal mendapatkan pendidikan nan merata dan layak, seakan membuka mata kita bahwa kita telah mengabaikannya selama ini. Telah berulangkali kita mendengar masih banyak anak bangsa nan belum mengenyam pendidikan, namun tidak terlihat wujud peduli nan nyata.
Telah berulang kali sistem pendidikan kita berubah, namun seakan tidak menampakkan hasil. Mau protes? Kepada siapa? Nah, ada cara nan unik dan dapat kita lakukan buat membangun kembali global pendidikan. Salah satunya melalui puisi pendidikan.
Mengapa puisi pendidikan ? Puisi pendidikan dirasa sangat mengena buat menuangkan aspirasi Anda terhadap global pendidikan selama ini. Jadi, jangan pandang sepele puisi pendidikan. Menyampaikan kritik dan saran nan membangun tak semata melalui unjuk rasa, tetapi dapat kita lakukan lewat puisi.
Puisi Pendidikan Kritik Cerdas buat Global Pendidikan
"Diam ialah emas". Pepatah ini merupakan pepatah nan sangat populer, tapi jika diam nan dilakukan tak melakukan apa-apa, sama saja dengan membiarkan keadaan semakin tak kondusif. Puisi sekiranya dapat Anda tempuh buat menyampaikan kritik nan cerdas terhadap global pendidikan kita. Membuat kritik nan cerdas melalui sebuah puisi merupakan cara nan cukup elegan dan modern. Bahasa puisi nan sarat makna dan tajam, seakan dapat menggugah nurani.
Seperti apa kritik cerdas buat global pendidikan kita melalui sebuah puisi? Apakah berisi semua aspirasi, keberatan, protes kita belaka? Mengkritik melalui puisi tidak perlu secara lugas, tetapi dapat dengan menggunakan bahasa kiasan, seperti nan dapat Anda lihat dalam puisi pendidikan berikut ini.
Sajak Anak Muda
Kita ialah angkatan gagap
Yang diperanakkan oleh angkatan takabur
Kita kurang pendidikan resmi
Di dalam hal keadilan
Karena tak diajarkan berpolitik
Dan tak diajar dasar ilmu hukum
Kita melihat kabur pribadi orang
Karena tak diajar filsafat atau logika
Apakah kita tak dimaksud
Untuk mengerti itu semua?
Apakah kita hanya dipersiapkan
Untuk menjadi alat saja?
Inilah citra rata-rata
Pemuda tamatan SLA
Pemuda menjelang dewasa
Dasar pendidikan kita ialah kepatuhan
Bukan pertukaran pikiran
Ilmu sekolah ialah ilmu hafalan
Dan bukan ilmu latihan menguraikan
Dasar keadilan di dalam pergaulan
Serta pengetahuan akan kelakuan manusia
Sebagai kelompok atau sebagai pribadi
Tidak dianggap sebagai ilmu nan pelru dikaji dan diuji
Kenyataan di global menjadi remang-remang
Gejala-gejala nan muncul lalu lalang
Tidak dapat kita hubung-hubungkan
Kita marah pada diri sendiri
Kita sebal terhadap masa depan
Lalu akhirnya
Menikmati masa bodoh dan santai
Di dalam kegagapan
Kita hanya dapat membeli dan memakai
Tanpa dapat mencipta
Kita tak dapat memimpin
Tetapi hanya dapat berkuasa
Persis seperti bapak-bapak kita
Pendidikan negeri ini berkiblat ke Barat
Di sana anak-anak memang disiapkan
Untuk menjadi alat dari industri
Dan industri mereka berjalan tanpa berhenti
Tetapi kita dipersiapkan menjadi alat apa?
Kita hanya menjadi alat birokrasi!
Dan birokrasi menjadi berlebihan
Tanpa kegunaan
Menjadi benalu di dahan
Gelap. Pandanganku gelap
Pendidikan tak memberi pencerahan
Latihan-latihan tak memberi pekerjaan
Gelap. Keluh kesahku gelap
Orang nan hayati di dalam pengangguran
Apakah nan terjadi di sekitarku ini?
Karena tak dapat kita tafsirkan,
lebih enak kita lari ke dalam puisi ganja
Apakah artinya tanda-tanda nan rumit ini?
Apakah ini? Apakah ini?
Ah, di dalam kemabukan
Wajah berdarah
Akan terlihat sebagai bulan
Mengapa harus kita terima hayati begini?
Seseorang berhak diberi ijazah dokter
Dianggap sebagai orang terpelajar
Tanpa diuji pengetahuannya akan keadilan
Dan bila ada tirani merajalela
Ia diam tak bicara
Kerjanya cuma menyuntik saja
Bagaimana? Apakah kita akan terus diam saja
Mahasiswa-mahasiswa ilmu hukum
Dianggap sebagai bendera-bendera upacara
Sementara hukum dikhianati berulang kali
Mahasiswa-mahasiswa ilmu ekonomi
Dianggap kembang plastik
Sementara ada kebangkrutan dan banyak korupsi
Kita berada di dalam pusara tatawarna
Yang ajaib dan tak terbaca
Kita berada di dalam penjara kabut nan memabukkan
Tangan kita menggapai buat mencari pegangan
Dan bila luput
Kita memukul dan mencakar
Ke arah udara
Kita ialah angkatan gagap
Yang diperanakkan oleh angkatan kurang ajar
Daya hayati telah diganti oleh nafsu
Pencerahan telah diganti oleh pembatasan
Kita ialah angkatan nan berbahaya.
(WS. Rendra)
Dari puisi pendidikan karya WS. Rendra tersebut begitu sarat makna nan lugas dalam balutan kata-kata nan puitis.
Kiat Kritik Cerdas Lewat Puisi Pendidikan
Puisi pendidikan karya WS.Rendra memang diakui memiliki kharismatik nan sangat khas. Namun, bukan berarti Anda tidak dapat membuat puisi seperti karya WS.Rendra. Setiap waktu kita memiliki kemampuan buat menuangkan berbagai pikiran dan perasaan dalam sebuah puisi.
Lalu, bagaimana kiat membuat kritik cerdas lewat puisi pendidikan? Nah, pedoman berikut dapat membantu Anda buat membuat kritik cerdas melalui puisi pendidikan.
- Sebelum membuat puisi, carilah loka nan tenang dan nyaman buat menulis puisi. Jika sudah merasa tenang, gunakan khayalan buat membayangkan apa nan ada dalam pikiran Anda. Untuk puisi bertemakan pendidikan, bayangkan hal-hal tentang hal tersebut di masa lalu maupun nan akan datang.
- Buatlah puisi pendidikan dengan judul nan Anda senangi, lalu mintalah saran kepada teman-teman Anda tentang tulisan Anda. Tanggapan mereka akan membantu puisi Anda menjadi lebih pas.
- Perbaikilah kata-kata nan ada di dalam puisi pendidikan Anda secukupnya, jika Anda rasa perlu.
- Untuk mengetahui seberapa bagusnya puisi pendidikan Anda, cobalah Anda bacakan kepada orang lain agar mereka bisa memberikan evaluasi nan layak dan membantu Anda buat menguatkan ide puisi Anda.
Supaya Anda lebih paham, tidak ada salahnya Anda belajar dari beberapa puisi pendidikan berikut ini.
Sajak S L A
Murid-murid mengobel klentit ibu gurunya
Bagaimana itu mungkin?
Itu mungkin
Karena tak ada patokan buat apa saja
Semua boleh. Semua tak boleh
Tergantung pada cuaca
Tergantung pada amarah dan girangnya sang raja
Tergantung pada kuku-kuku garuda dalam mengatur kata-kata
Ibu guru perlu sepeda motor dari Jepang
Ibu guru ingin hiburan dan cahaya
Ibu guru ingin atap rumahnya tak bocor
Dan juga ingin agunan pil penenang
Tonikum-tonikum dan obat perangsang nan dianjurkan oleh dokter
Maka berkatalah ia
Kepada murid-muridnya:
"Kita dapat mengubah keadaan
Anak-anak akan lulus ujian kelasnya,
terpandang di antara tetangga,
boleh dibanggakan pada kakak mereka.
Soalnya ialah kerjasama antara kita.
Jangan sampai kerjaku terganggu,
karena atap bocor"
Dan papa-papa semua senang
Di pegang-pegang tangan ibu guru
Dimasukkan uang ke dalam genggaman
Serta sambil lalu
Di dalam suasana persahabatan
Teteknya disinggung dengan siku
Demikianlah murid-murid mengintip semua ini
Inilah ajaran tentang perundingan
Perdamaian, dan santainya kehidupan
Ibu gutu berkata:
"Kemajuan akan berjalan dengan lancar.
Kita harus menguasai mesin industri.
Kita harus maju seperti Jerman
Jepang, Amerika.
Sekarang, keluarkanlah daftar logaritma"
Murid-murid tertawa
Dan mengeluarkan rokok mereka
"Karena mengingat kesopanan,
jangan kalian merokok.
Kelas ialah ruang belajar
Dan sekarang: daftar logaritma!"
Murid-murid tertawa dan berkata:
"Kami tak suka daftar logaritma.
Tidak ada gunanya!"
"Kalian ingin maju?"
"Kemajuan bukan soal logaritma
Kemajuan ialah soal perundingan"
"Jadi apa nan kalian inginkan?"
"Kami tak ingin apa-apa.
Kami sudah punya semua"
"Kalian mengacau!"
"Kami tak mengacau
Kami tak berpolitik
Kami merokok dengan santai
Seperti ayah-ayah kami di kantor mereka
Santai, tanpa politik
Berunding dengan Cina
Berunding dengan Jepang
Menciptakan suasana girang
Dan di saat ada pemilu,
Kami membantu keamanan
Meredakan partai-partai"
Murid-murid tertawa
Mereka menguasai perundingan
Ahli lobbying
Faham akan gelagat
Pandai mengikuti keadaan
Mereka duduk di kantin,
Minum sitrun
Menghindari ulangan sejarah
Mereka tertidur di bangku kelas
Yang telah mereka bayar sama mahal
Seperti sewa kamar di hotel
Sekolah ialah pergaulan
Yang ditentukan oleh mode
Dijiwai oleh impian kemajuan menurut iklan
Dan bila ibu guru berkata:
"Keluarkan daftar logaritma!"
Murid-murid tertawa
Dan di dalam suasana persahabatan,
Mereka mengobel ibu guru mereka.
(WS. Rendra)
Pendidikan
Pendidikan itu asalnya dari kata didik
Didik artinya memelihara dan memberi latihan
tentang akhlak dan kecerdasan pikiran
pendidikan berarti proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pedagogi dan latihan
jadi, pendidikan ialah suatu proses
suatu perbuatan
suatu cara mendidik
Memperbaiki kesalahan merupakan pendidikan
Melakukan kesalahan juga pendidikan
Membiarkan kesalahan juga pendidikan
Membenarkan kesalahan juga pendidikan
Menyalahkan kebenaran, nah..kadang-kadang juga pendidikan
Menghukum nan salah ialah pendidikan
Menghukum nan sahih juga pendidikan
Memuji nan sahih ialah pendidikan
Memuji nan salah juga pendidikan
Memperbaiki sesuatu ialah pendidikan
Merusak sesuatu, nah..kadang-kadang juga pendidikan
Ada lima hal nan sangat penting!
Pertama, pendidikan itu buat siapa? Untuk apa?
Kedua, pendidikan itu dari siapa?
Ketiga, mengapa diberikan, diterima, dan mengapa diperlukan pendidikan?
Keempat, kapan pendidikan itu diberikan, diterima, dan kapan dibutuhkan?
Kelima, bagaimana memberikan dan menerimanya?
Mana nan lebih baik, mendidik ataukah dididik
Mana nan lebih baik, pendidik ataukah terdidik
Jarang nan menyadari....
Seseorang nan sedang mendidik, saat itu juga sedang dididik
Seseorang nan sedang dididik, saat itu juga sedang mendidik
Jadi....seorang pendidik sebenarnya juga seorang nan dididik
Dan ...seorang nan dididik, tanpa sadar sebenarnya juga seorang pendidik
(Indragung Priyambodo)
Contoh kritik cerdas lewat puisi pendidikan sudah Anda dapatkan. Kiat menuangkan ide pikiran juga sudah Anda temukan. Saatnya kini puisi pendidikan karya Anda buat mengkritik global pendidikan dengan cerdas. Selamat mencoba!