Imbuhan Asing dalam Kamus Antonim
Dalam bahasa Indonesia banyak kata nan memiliki kecenderungan arti. Ada nan sama, ada pula nan berbeda. Karena itulah ada pula kata-kata nan artinya berlawanan. Kata-kata ini termasuk adjektiva atau adjektiva. Versus kata atau biasa dikenal dengan sebutan antonim sudah dipelajari sejak sekolah dasar.
Karena terlihat mudah, antonim tak begitu sering dipelajari, padahal kajian bahasa ini cukup menarik. Ketertarikan terhadap kajian ini bisa diperoleh dengan membuat kamus antonim . Dalam kajian ilmu linguistik bahasa Indonesia, kamus antonim tak banyak jumlahnya.
Selain kamus antonim bahasa Indonesia, ada pula kamus antonim bahasa Inggris, bahasa Arab Melayu, dan kamus antonim spesifik bidang tertentu. Kamus antonim ada juga nan digabung dengan kamus sinonim. Dalam kamus tersebut tak hanya ditemui kumpulan kosakata nan antagonis arti, melainkan juga sama arti.
Jenis Kamus Antonim
Seperti nan disebutkan di atas, kamus antonim ada juga nan digabung dengan sinonim. Untuk kamus berbahasa Indonesia, kamus nan ada biasanya ialah kamus sinonim-antonim. Karena itu, sporadis ada kamus antonim nan berdiri sendiri.
Salah satu kamus nan isinya kumpulan kosakata antonim dan sinonim ialah Kamus Sinonim-Antonim karya Slamet Mulyono. Kamus ini diterbitkan oleh Pustaka Widyatama dan dicetak pada 1997.
Dalam membuat kamus sendiri, nan pertama kali dilakukan ialah mengumpulkan kosakata. Untuk kamus antonim, kosakata nan dikumpulkan biasa terdiri atas adjektiva atau adjektiva. Misalnya, kata ‘sedih’, ‘pendek’, ‘jauh’, ‘besar’, dan lain-lain.
Apabila dalam mengumpulkan kata-kata tersebut terdapat pasangan versus katanya, seperti ‘senang’ >< ‘sedih’, ‘pendek’ >< ‘panjang’, pisahkan kedua kata tersebut. Atau dengan kata lain, pisahkan kata nan sudah ada lawannya.
Setelah mengurutkan kata nan dipilih sebagai kata utama, masukkan kata-kata nan artinya antagonis dengan kata utama. Misalnya, kata ‘muda’ dimasukkan dalam kategori M, kata ‘tua’ dimasukkan sebagai versus dari kata tersebut.
Pembuatan kamus memerlukan waktu nan tak singkat. Namun, buat membuat kamus sendiri nan fungsinya buat membantu daya ingat, Anda tak perlu mengumpulkan banyak kata. Akan tetapi, kumpulan kata tersebut setidaknya berjumlah kurang lebih 100 kosakata.
Dengan adanya kamus antonim, tak hanya akan menambah perbendaharaan kosakata saja, melainkan juga mendokumentasikan kata-kata nan artinya berlawanan. Selain melihatnya dalam kamus antonim nan sudah ada, Anda bisa membuat kamus sendiri.
Hal ini tak begitu mudah tapi juga tak begitu sulit. Dalam membuat kamus, nan harus diperhatikan ialah kosakata nan dikumpulkan. Banyak kata nan sering kita dengar tapi tiba-tiba tak kita ingat saat membutuhkannya.
Apa khasiatnya membuat kamus sendiri? Melalui kamus nan dibuat sendiri, kita bisa mendokumentasikan kata-kata nan diinginkan sehingga lebih mudah mencarinya.
Fungsi Kamus Antonim
Seperti nan sudah dijelaskan di atas, kamus antonim merupakan kamus nan diperlukan buat mempelajari kajian bahasa Indonesia lebih detail mengenai hal-hal nan berlawanan.
Kamus ini berfungsi buat mengejawantahkan bahasa komunikasi nan terkadang tak sinkron dengan apa nan dipraktikkan para penutur bahasa Indonesia dalam menggunakan bahasanya sendiri.
Para penutur bahasa Indonesia seringkali salah menafsirkan sesuatu sebab kata nan seharusnya dianggap sebagai antonim malah diartikan sebagai sinonim dari kata nan lain.
Sebagai contoh, kata ‘semena-mena’ telah dianggap sebagai sinonim dari kata ‘sewenang-wenang’ nan berarti berbuat seenaknya. Padahal, kata ‘semena-mena’ merupakan versus kata dari ‘sewenang-wenang’ nan berarti berperilaku baik dan tak berbuat seenaknya.
Karena kesalahan para penutur sebelumnya, maka dewasa ini orang Indonesia kebanyakan menjadikan kedua kata tersebut sebagai satu hal nan memiliki kecenderungan makna.
Kesalahan seperti ini seharusnya diusut dan dijadikan kajian oleh para praktisi linguistik. Namun, kesalahan nan sudah menjadi Norma konvensional sepertinya memang sulit buat dihilangkan. Apalagi jika kesalahan tersebut sudah diikuti oleh praktisi pendidik lainnya, nan semestinya mengetahui kesalahan pemaknaan tersebut.
Lantas, jika masyarakat Indonesia saja sudah salah dalam mengucapkan dan mengartikan bahasanya sendiri, bagaimana dengan nasib bahasa kita jika dihadapkan pada penutur asing?
Hal inilah nan wajib ditanggulangi oleh para praktisi linguistik nan bekerja di bidang pendidikan buat senantiasa mengingatkan para penutur lokal dan penutur asing agar selalu melihat makna kamus pada suatu kata nan hendak diucapkan.
Oleh karena itulah, munculnya kamus antonim juga menjadi satu hal nan patut dibanggakan dan dihargai. Dengan kamus tersebut, penutur lokal maupun penutur asing mampu mengetahui dengan sahih makna nan terdapat dalam suatu kata berbahasa Indonesia.
Imbuhan Asing dalam Kamus Antonim
Selain kata-kata nan sudah dikenal di dalam bahasa Indonesia, kita juga seyogyanya mampu menyisihkan kata-kata berimbuhan asing nan telah diserap ke dalam bahasa Indonesia buat dimasukkan ke dalam kamus antonim.
Akan tetapi, sebelum kita membuat kamus dengan kata-kata berimbuhan bahasa asing, ada baiknya jika kita mengetahui terlebih dahulu seluk beluk mengenai imbuhan bahasa asing tersebut.
Yang dimaksud dengan imbuhan asing ialah imbuhan nan merupakan partikel-partikel nan diserap dari bahasa asing dan memiliki makna nan hampir sama dengan makna aslinya. Imbuhan-imbuhan tersebut meliputi partikel –wan, -wati, -man, -is, -us, -isasi, -isme, -in, -at, dan –iah.
Kata-kata nan berimbuhan –wan, –wati, dan -man berfungsi membentuk kata benda nan bermakna seseorang nan pakar dalam bidang tertentu. Akhiran –wan dipergunakan buat menyatakan seorang laki-laki nan memiliki keahlian dalam bidang tertentu, sedangkan imbuhan –wati dipergunakan buat menyatakan seorang perempuan nan memiliki keahlian eksklusif pula.
Sementara itu, imbuhan –man membentuk kata benda pula nan dipergunakan buat orang nan memiliki keahlian eksklusif dan bisa dipergunakan baik laki-laki maupun perempuan.
Imbuhan –is berfungsi membentuk kata sifat, atau nan menyatakan suatu sifat pada kata nan disisipi imbuhan tersebut. Contohnya, imbuhan –is pada kata egois menyatakan kata nan bersifat keegoan. Imbuhan –us berfungsi membentuk kata benda dan memiliki makna nan hampir sama dengan imbuhan ¬-wan, –wati, dan –man. Hanya bedanya, imbuhan –us dipergunakan pada kata-kata nan lebih bersifat khusus, seperti kata kritikus, komikus, dan lain-lain nan lebih menitikberatkan kata-kata nan didampinginya sebagai sebuah pekerjaan, yakni ‘mengkritik’ dan ‘ahli membuat komik’.
Imbuhan –isasi berfungsi buat menyatakan sebuah proses, seperti pada kata legalisasi nan berarti proses melegalkan, atau pada kata standarisasi nan berarti proses menstandarkan sesuatu.
Imbuhan –isme berfungsi membentuk kata benda nan menyatakan sebuah paham eksklusif sinkron dengan kata nan disisipi imbuhan tersebut, contohnya kata feminisme berarti sebuah paham nan bersifat feminin.
Imbuhan –in, -at/-ah nan merupakan serapan dari bahasa Arab ini berfungsi membentuk kata benda nan bersifat jamak, seperti kata hadirin dan hadirat nan artinya ‘orang-orang nan hadir’. Sementara itu, imbuhan –iah nan juga serapan dari bahasa Arab berfungsi membentuk kata sifat, seperti kata batiniah nan berarti bersifat ‘kebatinan’.
Contoh kata antonim nan berimbuhan asing ialah sebagai berikut.
Batiniah >< jasmaniah/badaniah
Feminisme >< falosentrisme
Individualis>< sosialis
Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa kamus antonim sebagai bagian dari cara buat memudahkan para penutur bahasa Indonesia dalam berbahasa merupakan modus nan tepat buat digunakan. Kamus tersebut mampu menambah perbendaharaan kata, pengertian kata, serta pengetahuan lain nan sifatnya linguistik.
Untuk membuat kamus antonim sendiri, kita dapat memulai dengan mengklasifikasikan kata-kata nan kita temukan dalam kamus atau keseharian menurut abjad, lalu klasifikasikan menurut jenisnya (kata sifat, kata benda, dsb.), dan menurut kata serapan (asli atau serapan bahasa Arab, bahasa Belanda, dll.).
Pengklasifikasian tersebut dilakukan agar mempermudah para penutur asing maupun lokal nan belum memiliki kepekaan berbahasa nan baik sehingga mereka juga memiliki pengetahuan mengenai pembentukan kata dan istilah kata-kata nan terdapat di dalam kamus antonim.
Jika sudah diklasifikasikan dengan baik, barulah kita mencari arti katanya di dalam kamus sehingga pemaknaan nan dilakukan tak melenceng dari makna kata nan sebenarnya.
Jika kamus antonim sudah selesai dibuat, ada baiknya jika kita juga menyertakan sinonim kata-kata nan sudah disusun tersebut supaya pembaca kamus mengetahui sinonim dan antonim satu kata dalam waktu nan bersamaan.
Selain ekonomis waktu, ekonomis biaya juga kan? Kita tak perlu membeli atau membuat kamus antonim dan sinonim dalam dua buku. Selamat memahami bahasa Indonesia!