Warta Kota dan Kelahirannya

Warta Kota dan Kelahirannya

Harian Berita Kota dapat dikategorikan sebagai sebuah media cetak atau surat kabar nan posisinya cukup diperhitungkan oleh warga ibu kota dan sekitarnya. Dalam hal jumlah surat kabar nan dijual di pasaran. Berita Kota pernah termasuk surat kabar terbesar kedua di Jakarta dan sekitarnya, setelah Harian Kompas.

Dengan jumlah cetakan nan terjual paling tinggi pada tahun 2008 sebesar 245.099 eksemplar, dan semua itu di luar dari eksemplar ekstra nan kadang termasuk pula di antaranya bukti bagi para pengiklan, surat kabar buat karyawan, buat barter, promosi, dll.

Warta Kota menaikkan harga jual menjadi Rp 1500 (dan Langganan menjadi Rp 38.000) berlaku pada 1 Juli 2008 lalu, dan kabarnya membuat pembaca harian ini turun sekitar 10 - 20 persen, dan akhirnya mencapai kisaran stabil pada sirkulasi 200.000 dan pada Desember 2008, dengan taraf 180 000 eksemplar. Dari titik ini sudah jelas bahwa harian kota Berita Kota, pemain primer bagi jurnalisme khas kota, apalagi di Ibu kota.



Warta Kota, Korannya Peron

Keberadaan harian ini di Jakarta dan sekitarnya bisa Anda temukan pada setiap persimpangan jalan, warung, kios, warung, dan mereka nan bersedia dititipkan buat jualan koran. Koran Berita Kota memiliki peminat nan cukup besar, terutama jika Anda berkesempatan buat pergi ke stasiun-stasiun di Jakarta, Bogor, Depok, Serpong. Para penumpang nan memang memanfaatkan wahana kereta barah buat mencari nafkah menyibukkan diri dengan membaca Berita Kota.

Koran ini ialah raja stasiun dan telah menjadi semacam bacaan nan lumayan buat membunuh waktu menunggu kereta nan serba telat. Dengan harganya nan begitu miring, harian Berita Kota menjadi bacaan nan seolah wajib. Bagi warga kota, Warta Kota itu sumber informasi utama.

Setiap hari headline Berita Kota datang dengan dengan menu nan menarik walau dari berbagai segmen berita, tontonan sepak bola, selebriti, humor, dan peristiwa hari panas terik. Tetap saja, bakal menyajikan suka duka orang kota.

Dengan foto besar, dan catchphrase nan mengigit. Sedikit sensasional, tapi orang tak lupa, ini koran dari Group Kompas. Tidak akan sembarang kasih judul nan serba amboi. Apalagi isi nan vulgar tanpa rem. Ya sahih ini koran kuning. Tapi koran kuning nan sudah masuk kelas etika, dan diajari etiket taraf tinggi bagai diawasi nenek cerewet dengan cemeti.

Maka dari itulah. Selain warta sensasi, pada harian Berita Kota ditampilkan warta terkait dengan kepentingan rakyat nan dapat saja sejalan dengan apa nan menjadi fokus perhatiannya group Kompas, seperti masalah keamanan, tren harga, tren bisnis, masalah kesehatan, topik pendidikan, masalah transportasi, atau kasus politik nan lagi hot-hotnya.

Tampilan desain, lumayan higienis dan menarik, warna-warna cerah dengan cetakan nan tajam tak buram dan tak murahan maklum group besar, kronologis grafis pun jelas, berani diadu dengan koran sejenis, nan benar-benar pengen kelihatan kumuh agar tampil ndeso, Berita Kota tak demikian, ndeso boleh dong sedikit rapih. Ini sebagai buah dari kreativitas

Tim desain artistik Berita Kota nan juga boleh Anda dapuk sebagai salah satu nan terbaik di negara ini. Spesifik buat halaman warna, dalam hal pemilihan rona dan tata letak, tim ini mencoba menyajikan harian nan lahir sebagai bagian dari ambisi Kompas media merambah segmen kelas bawah ini menjadi senyaman mungkin di mata pembaca.

Berita Bergrafis di halaman satu Berita Kota syahdan pernah mendapatkan pujian dari luar negeri sehingga para pakar terkait dari Amerika Perkumpulan dan Skotlandia meluangkan waktu buat membuat studi tentang kemampuan dan kebaikan dari desain grafis berita kota tersebut dan menyajikannya di jurnal internasional.



Warta Kota - Koran Kuning nan Kurang Kuning

Warta Kota jelas koran publik Jabotabek, dengan tema dan perbedaan makna nan basisnya ialah apa nan menjadi warta di sebentuk kota metropolitan, dengan diskusi tentang hal apapun nan terjadi atau berkaitan dengan masalah perkotaan dan semua tingkah polah orang kota.

Para tokoh nan menghuni harian ini, jelas muka lama nan dapat jadi membuat muram paras para stock holder pembacanya, misalnya Gubernur DKI, anggota dewan, camat, dan rakyat kecil nan ketiban sial, masuk ke pemberitaan 'the fukk up person today' sebab bad news is good news, dan di Ibu kota nan bad news itu berlimpah ruah tiada habisnya.

Ada pula pilihan menu olahraga, selebritas, dan topik hangat nan disisakan manis pada beberapa halaman utama. Tapi sebagaimana koran kota, sambutan hangat dari pembaca dan selebrasi mereka ialah tentang warta buruk, kegagalan hayati orang lain nan didokumentasikan, bisa 'hiburan' kecil dari peristiwa nan membikin orang kota itu dapat berpikir 'ah ternyata ada nan lebih ngenes dari aku'. Maklum koran kuning.

Sejarah Berita Kota dimulai pada 1998 saat terjadi pergeseran kepemimpinan di Indonesia. Soeharto mengundurkan diri sebagai presiden, jabatannya jatuh mudah ke tangan wakil presiden BJ Habibie.

Dalam kabinet Habibie duduklah seorang mantan Assosol/Kassospol ABRI Letnan Jenderal Yunus Yosfiah, pada posisi Menteri Penerangan, beliau seorang tentara dan berpikiran maju moderat dan barangkali pula melihat kondisi sekitaran nan rindu akan demokratisasi. Untuk itulah Menpen Yunus Yosfiah membebaskan dan membuka lebar-lebar Penerbitan Pers (SIUPP). Semua koran boleh berdiri dengan syarat nan gampang yakni terdaftar tanpa tapi. Berita Kota pun menjadi sebuah koran nan berhasil edar.



Warta Kota dan Kelahirannya

Kelompok Kompas Gramedia (KKG) mengambil laba dari kesempatan macam itu dengan keinginan buat mendirikan sebuah koran warta berorientasi di Jakarta dan sekitarnya. Sejauh itu Harian Kompas, hanya memiliki dua halaman penuh dengan iklan buat warta di ibukota dan sekitarnya dalam kolom Jabotabek dan itu kurang, meskipun diterbitkan di Jakarta. Kelompok pers ini ialah "dalang" di belakang terciptanya Berita Kota.

Kompas pun tak dapat begitu saja membuka ceruk spesifik Ibu kota. Alasannya ialah sebab Kompas merupakan surat kabar harian nasional nan harus proporsional ke daerah daerah lainnya. Walaupun, sebagian besar sekitar 65 persen pembaca harian Kompas ialah warga Jakarta dan sekitarnya.

Secara administratif didirikanlah Metrogema PT Media Nusantara (MMN) buat menindaklanjuti kebebasan pers itu, lantas Departemen penerangan memberikan SIUPP No 726/SK/MENPEN/SIUPP/1998 tanggal 19 November 1998 buat Warta Kota . Setelah itu pimpinan KKG mempekerjakan sejumlah orang buat secara perdana menjaga kelahiran surat kabar Berita Kota dan membuat visi, misi, dan pelukisan arah tujuan koran.

Di antara mereka ada Adiprasetyo Agung (Presiden Kompas Gramedia), Banu Astono, Trias Kuncahyono, Eko Warjono, Mohammad Subhan SD, dan Hendry Ch Bangun. Juga berdiri di belakang barisan itu editor Kompas dari Sulasdi Paulus, Bambang Putranto, Sigit Setiono, Tatang Suherman. Di tambah dengan awak rekrutan wartawan baru. Setelah 'siap tempur' maka, Berita Kota pertama kali diterbitkan pada 3 Mei 1999, pas ketika Indonesia tengah berada dalam keadaan politik nan rawan, yaitu saat-saat diadakannya kampanye.

Sesuai dengan tujuan awalnya, Berita Kota benar-benar dimaksudkan buat menjadi harian khas bagi warga Jakarta, dan sekitarnya. Koran kuning? Ya sedikitlah. Karena kuning tidaknya Warta Kota dan bersaing pula dengan harian lain nan lebih kuning, harian ini telah menjadi jembatan nan andal buat jadi medianya masyarakat kota membawa mereka dari kesan semrawut, ndeso, norak, dan doyan kriminalitas saja.