Pengumpulan Al-Qur'an pada Masa Khulafaur Rasyidin
Quran atau Al Qur'an merupakan kitab kudus agama Islam dan epilog wahyu Allah nan diperuntukkan bagi manusia. Al-Qur'an berasal dari bahasa Arab nan artinya ‘bacaan' atau ‘sesuatu nan dibaca berulang-ulang'. Penggunaan kata ini bisa kita lihat di salah satu surat Al-Qur'an, yaitu Surat Al-Qiyamah ayat 17 dan 18 nan artinya:
“ Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur'an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu ialah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti {amalkan} bacaannya .”
Kandungan Dari Quran Yang Kudus
Quran ialah petunjuk hayati bagi kaum muslimin. Dengan membaca dan mengamal isi dari al-Qur'an maka manusia tak akan tersesat ke jalan nan salah. Al Qur'an sebagian besar berisi tentang petunjuk dan embargo bagi manusia. Dengan mengikuti petunjuk itu maka manusia akan senantiasa dalam jalan nan lurus. Kebahagiaan bagi umat Islam ialah menggapai ridho dari Allah SWT. Akan tetapi dalam hayati di global tentu manusia akan dihadapkan dengan berbagai persoalan dan masalah. Dan setiap masalah nan muncul dalam kehidupan akan membuat manusia gelisah dan berkeluh kesah.
Setiap persoalan hayati nan diselesaikan dengan petunjuk al Qur'an akan mendatangkan pahala. Dan sebaliknya bila solusi nan diambil bertentangan dengan isi al Qur'an akan mengakibatkan dosa dan kesusahan bagi manusia. Hayati akan mudah bila sinkron dengan al Qur'an, namun manusia sering melupakan pesan Rosululloh tentang pentingnya memegang kitab kudus umat muslim ini.
Selain berisi tentang perintah dan larangan, Quran juga memuat tentang kabar gembira dan peringatan bagi manusia. Kabar gembira nan dimaksud ialah pahala atau imbalan nan akan diterima oleh manusia nan beriman dan beramal sholih. Sedangkan peringatan diartikan sebagai warta tentang siksa nan akan diperoleh seseorang bila dia tak beriman dan berbuat dosa di dunia. Pahala nan diterima oleh kaum muslimin tentunya akan mendapatkan hadiah terbaik dari Allah, yakni disediakannya surga abadi nan penuh dengan kenikmatan.
Al Qur'an menceritakan kepada kita bahwa di surga telah disediakan segala macam kebutuhan dan kesenangan manusia. Dengan warta pahala dan surga ini sudah sepatutnya sebagai orang Islam buat selalu berbuat baik di kehidupan dunia. Rajin beribadah dan memenuhi hak serta kewajiban dalam berislam. Memang kehidupan nan serba modern dan bebas saat ini membuat diri kita jauh dari nilai-nilai nan terkandung dalam Quran. Hingga sedikit demi sedikit manusia tak mengetahui mana nan haram dan mana nan halal. Ini mengakibatkan kehidupan menjadi ruwet bagi muslim nan tak dapat membedakan sesuatu nan haram dan halal.
Al Qur'an menginformasikan kepada kita tentang pedihnya siksaan bagi manusia nan ingkar kepada Allah dan bahagia berbuat dosa. Dosa ialah sanksi bagi seseorang nan menyalahi syariat Islam dalam perbuatannya. Baik itu berhubungan dengan tindakan, ucapan, tulisan atau buah pikiran seseorang nan bertentangan dengan isi dari Quran.
Semakin banyak cacatan amal jelek seseorang maka bertambah pedih siksaan nan akan diperolehnya di neraka. Dengan berbagai macam warta tentang kondisi neraka sudah seharusnya bisa membuat hati kita buat takut pada sesuatu nan haram. Misalnya berbuat zina, mencuri, merampok, korupsi, berkata bohong, dan memfitnah ialah beberapa hal nan diharamkan dalam Islam.
Namun fakta di berbagai belahan global menunjukkan hal nan paradoksal dengan apa nan seharusnya kaum muslimin lakukan. Sebut saja Indonesia nan penduduknya mayoritas beragama Islam, tetapi dari taraf kejahatan dan kriminal menunjukkan angka kasus nan cukup tinggi. Ini bisa disimpulkan bahwa kaum muslimin di Indonesia jauh dari ajaran Quran.
Saling menasehati dalam kebaikan dan kebenaran mungkin itulah nan bisa kita sumbangkan terhadap pemugaran generasi kita dan akan datang. Bukan malah saling menyalahkan tanpa adanya sikap membangun dan mendukung ke arah nan lebih baik. Indonesia membutuhkan peran aktif dari berbagai kalangan buat perubahan secepatnya. Baik dari kalangan umaro' atau penguasa, ulama, ustadz, pengusaha, mahasiswa sampai kalangan masyarakat awam harus berbenah diri.
Sejarah Al-Quran
Quran diturunkan bertahap kepada Muhammad saw. agar tak menyulitkan manusia dalam melaksanakan hukumnya. Contohnya embargo buat minum khamr atau nan kita sebut dengan minuman keras baru turun sewaktu Nabi telah hijrah ke Madinah. Tentu ada maksud nan sangat agung dari turunnya perintah itu di periode Madinah. Al Qur'an tak turun dengan langsung berupa satu kitab penuh, bayangkan jika hal tersebut terjadi maka manusia di masa Nabi akan kesulitan dan kepayahan dalam mempelajari dan mempraktekkan isinya.
Kehadiran Al-Qur'an telah memberi dorongan besar buat mempelajari sejarah dengan adil, objektif, dan tak memihak. Tradisi sains Islam mengambil inspirasi total dari kitab kudus ini sehingga umat Muslim bisa membuat sistematika penulisan sejarah nan mendekati landasan almanak astronomis.
Al-Qur'an diturunkan secara bertahap, yaitu selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Para ulama membagi masa diturunkannya ke dalam periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah terjadi selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah dan semua surat nan turun saat itu termasuk surat Makkiyyah. Tanda sebuah surat nan turun di Makkah ialah surat-suratnya cenderung berayat nan pendek, sedangkan buat surat nan turun di Madinah berayat nan panjang.
Surat nan turun di periode Makkah kebanyakan memuat tentang masalah keimanan atau biasa kita sebut dengan aqidah. Untuk surat-surat nan turun di periode Madinah banyak nan memuat masalah hukum muamalah (hukum nan mengatur tentang hubungan manusia dalam masyarakat).
Periode Madinah dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung sepuluh tahun dan surat nan diturunkan saat itu disebut surat Madaniyah. Pencatatan atau penulisan Al-Qur'an telah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad dan transformasinya selesai dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin Affan.
Pengumpulan Al-Qur'an pada Masa Rasulullah
Pada masa Rasulullah masih hidup, ada beberapa sahabat nan ditugaskan menuliskan Al-Qur-an, yaitu Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi talib, Muawiyah bin Abu Sufyan, dan Ubay bin Kaab. Namun, sahabat lainnya juga sering menuliskan wahyu tersebut walaupun tak diperintahkan.
Pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, dan potongan tulang belulang, ialah media penulisan wahyu nan dipakai zaman itu. Banyak pula sahabat rasul nan langsung menghafal ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.
Pengumpulan Al-Qur'an pada Masa Khulafaur Rasyidin
Pada masa ini pemerintahan Abu Bakar, terjadi beberapa kali peperangan nan menyebabkan tewasnya penghafal Al-Qur'an dalam jumlah cukup banyak. Melihat keadaan ini, Umar bin Khattab sangat risi dan menyuruh Abu Bakar buat mengumpulkan semua tulisan Quran nan tersebar di antara para sahabat.
Zaid bin Tsabit ialah orang nan ditunjuk oleh Abu Bakar menjadi koordinator aplikasi tugas ini. Setelah tugas ini selesai dan Al-Qur'an sudah disusun rapi dalam satu mushaf, hasilnya diberikan kepada Abu Bakar. Mushaf ini kemudian disimpan beliau sampai wafat.
Sepeninggal Abu Bakar, mushaf ini berpindah ke tangan Umar sebagai khalifah penerusnya. Lalu, berpindah lagi kepada Hafsah, anak kandung Umar nan merupakan istri Rasulullah.
Pemerintahan Utsman bin Affan
Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, ditemukan keragaman dalam cara pembacaan ayat kudus ini. Hal ini disebabkan adanya disparitas lahjah (dialek) antarsuku dengan daerah nan berbeda-beda. Akhirnya, muncullah kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil keputusan buat membuat sebuah mushaf baku (menyalin kembali mushaf nan dipegang Hafsah) nan ditulis dengan metode penulisan baku.
Baku ini dikenal dengan istilah cara penulisan ( rasam ) Utsmani dan digunakan sampai sekarang. Standarisasi ini menyebabkan dimusnahkannya semua mushaf nan berbeda dengan baku nan dihasilkan. Dengan cara ini, Utsman sukses mencegah terjadinya disparitas di antara umat Islam di masa depan dalam hal penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.
Sekarang kita bisa merasakan kemudahan dalam membaca dan mempelajari Quran sebab berbentuk satu kitab. Tidak seperti masa para sahabat sebelum pengumpulan mushaf Al Qur'an. Sepatutnya kita bisa belajar dengan sungguh-sungguh tentang isi atau muatan dari kitab kudus umat Islam ini. Membaca Al Qur'an dengan baik dan sinkron anggaran membacanya akan diberi pahala dari sisi Allah SWT. Dengan kembali kepada ajaran Quran maka hayati kita akan senang di global maupun di akhirat kelak.