Pesut Mahakam
Jumlah hewan langka saat ini semakin bertambah. Diperlukan suatu penanganan spesifik dari badan/lembaga nan menangani permasalahan hewan langka dan habitatnya buat mencegah kepunahan hewan-hewan langka tersebut. Berikut disajikan beberapa jenis dari hewan langka dan habitatnya.
Panda Merah
Satwa nan satu ini tergolong ke dalam kelas mamalia. Panda merah atau Ailurus fulgens merupakan karnivora atau karnivora. Ciri-cirinya ialah memiliki bulu nan tebal berwarna kecoklat-coklatan. Panda merah banyak ditemukan di wilayah Asia Tengah, seperti di Cina, India, Bhutan, Pegunungan Himalaya, Nepal, Myanmar, dan Laos.
Berdasarkan data nan diperoleh dari badan/lembaga nan menangani hewan langka dan habitatnya, populasi panda merah saat ini semakin berkurang dan terancam punah. Hal ini dikarenakan perbuatan manusia nan sering memburu satwa ini buat diambil bulunya.
Trenggiling
Trenggiling banyak ditemukan di Asia Tenggara, seperti Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Hewan ini memiliki sisik besar nan tersusun rapi seperti perisai. Sisik-sisik ini juga berfungsi sebagai pelindung dari ancaman nan datang. Biasanya ketika diganggu, hewan nan satu ini akan menggulungkan dirinya sehingga mirip seperti bola.
Trenggiling merupakan hewan pemakan serangga, seperti rayap dan semut. Hewan ini sering menjadi incaran manusia, sebab harga jual dagingnya nan tinggi di pasaran baik lokal maupun internasional.
Selain dagingnya nan mahal, kulit trenggiling juga bisa digunakan sebagai bahan pembuat kosmetik, sebagai obat kuat, serta sebagai bahan buat pembuatan narkoba (shabu-shabu).
Pesut Mahakam
Mungkin tidak banyak nan mengenal satwa nan satu ini. Pasalnya sejak tahun 2007, hewan ini menempati urutan paling tinggi nan terancam punah yaitu hanya tinggal sekitar lima puluh ekor saja di perairan Tanah Air.
Pesut mahakam merupakan jenis lumba-lumba nan hayati di air tawar. Hewan ini hanya terdapat di Sungai Irrawady, Sungai Mekong, dan Sungai Mahakam (Indonesia). Keberadaan populasi Pesut Mahakam semakin berkurang.
Beberapa faktor penyebabnya ialah sebab habitatnya nan terganggu, terbatasnya sumber makanan seperti udang dan ikan, serta lalu lintas sungai Mahakam nan ramai juga turut menyebabkan satwa nan satu ini terancam punah.
Tapir Sumatera
Tapir Sumatera ini ialah hewan penyendiri. Hewan ini selalu menjelajah jalur nan besar sebagai daerah kekuasaannya. Hewan dari Sumatera ini bisanya mencari makanan berupa umbi dan rumput-rumputan.
Selain itu, hewan ini bergerak sangat pelan tetapi juga bila merasa terancam dengan binatang lain hewan ini juga dapat berlari cepat meskipun badannya besar. Hewan ini dapat membela dirinya dengan giginya nan tajam dan rahang kuat bila menggigit.
Karena habitatnya hampir punah dan telah hilang sebagian besarnya, maka habitatnya tersebut menjadi perkebunan di Sumatera. Hewan iniadalah jenis hewan herbifora. Hewan ini pemakan rerumputan dan dedaunan di hutan.
Ciri khas dari binatang ini hidungnya panjang nan sedikit mirip belalai gajah. Setiap berjalan niscaya batang hidungnya selalu ada di tanah. Hewan khas Sumatera ini tubuhnya berwarna hitam dan putih. Bagian depat tubuhnya berwarna hitam, sedangkan bagian badan belakangnya berwarna putih. Mungkin kalau saja dilihat secara nyata, hewan ini sangat unik.
Selain itu, jemari kaki hewan ini pun mempunyai karakteristik khas. Pada kaki depan terdapat empat jari dan kaki belakangnya tiga jari. Telapak kakinya juga hampir mirip dengan kaki badak sumatera.
Jejak kaki dewasa panjangnya kira-kira 220 mm dan lebarnya 240 mm dan kaki belakangnya hampir 127-220 mm dengan panjang sekitar 113-180 mm. Dengan kaki depan nan lebih pendek dan badannya nan besar, hewan ini dapat berlari cepat dan dapat berenang dengan cukup lama.
Belakangan ini, populasinya sangat berkurang. Binatang ini terancam punah sebab adanya penebangan-penebangan hutan oleh manusia sehingga hutan gundul mengakibatkan banjir. Habitat-habitat binatang nan ada di hutan pun banyak nan mati.
Populasi hewan nan biasa disebut dengan tenuk ini pun dapat berkurang sebab ulah penebangan hutan nan tak bertanggung jawab sehingga banyak populasi hewan di Indonesia nan punah.
Maka dari itu, kita harus menjaga kelestarian hutan tersebut agar hutan terlihat asri dengan binatang-binatang nan ada di hutan tersebut, dan pertumbuhan binatang nan ada disekitar hutan pun bertambah banyak.
Suaka margasatwa ditunjuk sebagai kawasan krusial bagi perlindungantunik nan hampir punah tersebut. Bukan hanya binatang nan tenar saja nan dilindungi seperti gajah, badak dan harimau, tetapi tenuk juga salah satu binatang satwa nan dilindungi sebab kepunahannya.
Hewan ini berkembang hingga sepanjang 1,8 sampai 2,4 m dan 8 kaki, dengan tinggi 90 sampai 107 cm, dengan berat 250 sampai 320 kg, bahkan berat mereka bisa mencapai 500 kg. Tenuk betina sumatera ini biasanya lebih besar daripada jantan.
Seperti jenis lain, ekornya pendek gemuk serta belalai nan panjang dan lentur. Di tiap kaki depannya terdapat empat kuku dan di tiap kaki belakangnya ada tiga kuku. Indera penglihatan hewan ini agak buruk, namun indera pendengarannya dan penciuman tajam.
Harimau Sumatra
Dalam kelompok hewan dan tumbuhan langka, ada satu kucing raksasa nan dikenal sebagai hewan langka. Harimau Sumatra merupakan hewan nan dilindungi. Keberadaannya hanya ditemukan di Pulau Sumatra di Indonesia.
Sebagai satu dari enam subspesies harimau nan masih ada hingga saat ini, hewan langka ini menjadi satu dalam daftar merah spesies nan terancam punah oleh Forum Perlindungan Global IUCN. Tercatat bahwa populasinya nan diperkirakan masih berkisar antara 400-500 ekor kini semakin sedikit dan hayati di taman-taman nasional di Sumatra.
Ciri-ciri dari harimau Sumatra ini ialah warnanya nan paling gelap jika dibandingkan dengan semua subspesies harimau lainnya. Panjang harimau Sumatra jantan sekitar 92 inci dan berat 300 pound atau sekitar 140 kg. Tinggi harimau jantan ini mencapai 60 cm. Harimau betinanya memiliki tubuh lebih kecil dengan panjang 78 inci serta berat sekitar 91kg.
Ukurannya nan kecil membuat harimau ini sangat lincah ketika menjelajahi rimba. Bahkan, pada sela-sela kakinya terdapat selaput nan membuatnya mampu buat berenang serta memojokkan musuhnya hingga berada di ujung sungai.
Kelangkaan hewan ini diakibatkan oleh penebangan liar oleh manusia. Hewan ini bahkan menjadi hewan buruan nan paling dicari oleh pada pemburu gelap. Hingga hari ini, perdagangan gelap tubuh harimau Sumatra sangat memprihatinkan.
Pada Juli-Oktober 2008, Profauna Indonesia melakukan survei nan mendapat dukungan dari IFAW (International Fund for Animal Welfare). Mirisnya, dari 21 kota nan menjadi loka tujuan kunjungan, di 10 kota telah ditemukan adanya perdagangan bagian tubuh harimau sebanyak 48 %.
Harga buat setiap bagian tubuh harimau nan diperjualkan bervariasi dan sangat mahal. Harimau utuh dapat dijual seharga Rp5 juta/lembar hingga 25 juta/lembar. Taringnya saja dapat mencapai Rp400.000 hingga Rp1,1 juta.
Orangutan
Dalam pembahasan hewan langka dan habitatnya kali ini, salah satu hewan nan hampir punah di Indonesia ialah orangutan. Orangutan masih merupakan keluarga kera, tapi dengan lengan panjang serta memiliki bulu kemerahan atau cokelat. Biasanya, orangutan bisa ditemukan di hutan tropika Indonesia dan Malaysia, terutama di Pulau Sumatra dan Kalimantan.
Nama "orangutan" sendiri berasal dari bahasa Indonesia. Kata "orang" berarti 'manusia' dan "utan" berarti 'hutan'. Uniknya, orangutan mempunyai taraf kecenderungan DNA sebesar 96.4% dengan manusia. Hal inilah nan membuat orangutan sering dijadikan makhluk percobaan dalam global kedokteran atas nama kesehatan manusia.
Makhluk nan memiliki tinggi sepanjang 1.25-1.5 meter ini mempunyai tubuh nan besar dan gemuk. Lehernya besar dengan lengan panjang nan kuat, tapi kakinya pendek dan tak memiliki ekor, serta berjalan dengan tertunduk.
Saat ini, orangutan terancam punah sebab habitat mereka semakin sempit dampak ulah manusia. Daerah hutan hujan nan merupakan loka tinggal mereka menjadi huma kelapa sawit serta pertambangan. Kemudian, pepohonan ditebang buat diambil kayunya.
Bayangkan saja, kurang dari 20 tahun ini, orangutan telah kehilangan sebesar 80% wilayahnya. Naasnya, mereka sering dianggap hama oleh pemilik huma sehingga mereka sering diburu dan dilukai.
Yang lebih memprihatinkan ialah ketika para pemburu menemukan seekor orangutan betina bersama dengan anaknya, maka sang ibu akan dibunuh kemudian anaknya diambil dan dijual secara ilegal.
Itulah sebabnya banyak pecinta hewan dan lingkungan nan kemudian mendirikan pusat rehabilitasi buat merawat orangutan nan sakit, terluka, dan nan telah kehilangan induknya buat dikembalikan pada habitat aslinya.