Mengapa Mobil Rumah?

Mobil rumah banyak terlihat melalui film-film dari barat. Jenis mobil ini menggabungkan fungsi kendaraan sebagai alat transportasi dan sebagai loka tinggal. Jenis mobil ini biasa disebut sebagai karavan.

Model mobil rumah ini menggabungkan dua jenis angkutan . Yang pertama ialah mobil nan berfungsi sebagai tenaga penarik kendaraan. Biasanya, nan dipilih ialah mobil berjenis van atau truck mini nan memiliki kapasitas mesin besar.

Bagian belakang dari mobil rumah ini ialah homogen van tanpa mesin. Sehingga buat melajukannya, benar-benar mengandalkan mobil penariknya. Dan dalam van tanpa mesin inilah, tata letak sebuah rumah diatur di dalamnya. Tentu dengan modifikasi nan menyesuaikan luas ruangan.

Di dalamnya terdapat beberapa loka tidur nan dapat dilipat saat tak digunakan. Perlengkapan dapur model knock down . Sehingga ketika mobil melaju perlengkapan ini dapat dilipat, seperti loka mencuci dan piranti memasak. Saat mobil rumah ini tengah melaju di jalanan, seluruh bagian di dalam mobil bagian belakang, akan difungsikan sebagai ruang santai keluarga.

Sementara saat malam hari, ruangan tersebut disulap sebagai ruang tidur. Sementara ketika mobil dalam keadaan berhenti, biasanya semua aktivitas akan dilakukan di luar ruangan mobil. Kecuali, cuaca dalam kondisi tak bersahabat barulah semua aktivitas berpindah ke dalam van belakang ini. Baik saat mobil rumah ini sedang melaju atau berhenti.

Bagi bangsa Indonesia, keberadaan mobil rumah barangkali masih dianggap hal aneh. Sebab hal ini bukan sebagai budaya bangsa Asia. Namun bagi bangsa Eropa, tinggal di dalam mobil rumah bukan sebuah hal asing. Sebab ada beberapa alasan nan menjadi latar belakang seseorang memilih hayati di mobil rumah. Di antaranya ialah :

1. Adanya budaya hayati ala kaum Gypsi nan selalu berpindah-pindah loka atau berkelana.
2. Jumlah keluarga Eropa nan biasanya tak memiliki banyak anak
3. Adanya fasilitas belajar secara mobile melalui pemanfaatan internet
4. Kondisi jalan nan luas nan memungkinkan dilewati oleh jenis mobil ini
5. Sudah terintegrasinya sistem administrasi kependudukan di Eropa. Bandingkan dengan Indonesia nan masih mengandalkan pencatatan manual dalam administrasi kependudukannya.