Tanggung Jawab Orang–Orang Berilmu
Dasar perintahmenuntut ilmu itu banyak sekali ayat atau hadis nan menganjurkan kita buat menuntut ilmu baik itu hadis maupun ayat-ayat Al-Quran, antara lain sebagai berikut.
- Nabi Muhammad SAW bersabda, nan artinya "menuntut ilmu ialah wajib bagi setiap laki-laki muslim, baik nan laki-laki maupun perempuan”. (HR. Ibn Abdulbari)
- Nabi Muhammad SAW bersabda, bahwa “barang siapa menginginkan soal-soal nan berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya, dan barang siapa nan ingin keselamatan dan kebahagiaan akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya, dan barang siapa nan menginginkan keduanya wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dan dalam riwayat lain, Nabi Muhammad SAW juga bersabda, “menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam” (HR Ibn Majah, Al-baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibn Adi, dari Anas bin Malik)
Begitu juga di ayat Al-Quran sangat banyak nan memerintahkan kita buat menuntut ilmu, yaitu sebagai berikut.
- Allah SWT berfirman, “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu nan menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah, dan Tuhanmulah nan paling pemurah, nan mengajarkan manusia dengan mediator baca, tulis, dan lain–lain. Dia mengajarkan kepada manusia apa nan tak diketahuinya” (QS. Al-‘Alaq: 1 – 5)
- Allah juga berfirman di lain surat, “Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang buat memperdalam pengetahuan mereka (menuntut ilmu) tentang agama dan buat memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu bisa menjaga dirinya”. (Q.S. At-Taubah: 122).
Dan masih banyak perintah lain buat menuntut ilmu, baik itu nan berbentuk hadis dan ayat–ayat Al–Quran.
Hukumnya Menuntut Ilmu
Dari beberapa hadis atau ayat di atas dapat kita petik bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap kaum muslim laki–laki maupun kaum muslim perempuan. Karena dari misi ayat dan hadis tersebut ialah menjadikan manusia pada golongan nan cerdas, sehingga memfungsikan betul terhadap kemampuan berpikir sebab nan membedakan manusia dengan binatang ialah kemampuan berpikir.
Dalam hal ini ada disparitas pendapat para ulama, ada nan mengatakan ini wajib bagi setiap orang (fardhu ‘ain) nan apabila orang itu tak menuntut ilmu, maka orang itu berdosa. Ada juga nan mengatakan bahwa hukum menuntut ilmu ini hanya wajib bagi perwakilan golongan atau kelompok masyarakat nan apabila sudah ada nan mewakili menuntut ilmu, maka nan lain tak berdosa.
Terlepas dari perdebatan para ulama di atas, pertanyaannya bagi kita, ilmu apa nan diwajibkan buat dipelajari? Dalam hadis di atas tak mengharuskan kita buat mencari ilmu segala ilmu, tapi memerintahkan buat mencari ilmu sinkron orientasinya. Apakah ilmu itu orientasinya ke akhirat atau hanya urusan–urusan di dunia, atau juga nan mau kedua-duanya (akhirat dan dunia).
Dan kalau maunya buat mencari segala ilmu juga tak ada masalah nan terpenting ialah memiliki akibat positif bagi orang lain, sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW, “Sebaik–baik manusia ialah nan bermanfaat bagi orang lain”.
Syarat Mencari Ilmu
Dalam mencari ilmu tentu kita harus memiliki strategi, taktik, dan beberapa syarat, sehingga kita dapat mendapatkan ilmu dengan produktif. Adapun syarat itu sebagai berikut, nan penulis ringkas, yaitu sebagai berikut.
1. Cerdas
Artinya, buat mencari ilmu harus memiliki kemampuan menangkap dan berfungsi dalam berpikir. Tentu dalam persaingan mencari ilmu, IQ sangat mendukung. Kalau tak sehat akalnya, tak cukup syarat buat mencari ilmu, seperti orang gila atau orang idiot dan lain-lain, nan fungsi akalnya tak berguna.
Dan perlu diketahui bahwa kecerdasan ini bukanlah sesuatu nan tak dapat meningkat, akal atau kecerdasan itu laksana pedang. Semakin sering diasah dan dipergunakan, maka pedang itu akan semakin mengilat dan tajam. Adapun bila pedang itu didiamkan, maka akan berkarat dan tumpul. Begitu pula akal kita, semakin sering dibuat buat berpikir dan mengkaji atau menanalisa, tentu akal akan semakin mudah mengerti (cerdas).
2. Semangat
Artinya, orang nan mencari ilmu membutuhkan semangat juang tinggi, bersungguh–sungguh, tekun atau rajin, tanpa semangat itu tak akan sukses apa–apa. Dalam situasi pendidikan sekarang, banyak adik–adik kita masih kurang semangat dalam mencari ilmu, sering bolos, tawuran, dan lain-lain, nan ini sangat minim semangat juangnya buat mencari ilmu dengan serius.
3. Sabar
Artinya, harus sabar atau tabah dalam menghadapi cobaan dan ujian dalam mencari ilmu. Orang nan mencari ilmu berada di jalan Allah. Oleh sebab itu, syetan itu sangat membenci orang–orang nan cari ilmu, sehingga menggodanya dengan segala bentuk strategi. Godaan nan syetan kehendaki ialah bagaimana mencari ilmu itu tak sabar, sehingga gampang putus di tengah perjalanan dan terjerumus di jurang kebodohan.
4. Biaya
Artinya, orang nan mencari ilmu perlu biaya, seperti juga setiap manusia hayati nan membutuhkan biaya dan biaya ini bukan berarti uang, sehingga tanpa uang tak berjalan mencari ilmunya. Biaya ini ialah kebutuhan, seperti makan, minum, sandang, pangan, dan papan secukupnya. Terbukti bahwa bukanlah uang nan mengontrol berjalannya kita buat mencari ilmu. Ini dibuktikan oleh para ulama terdahulu, nan kehidupannya serba tak mencukupi dan mereka pintar, serta menjadi pemikir besar.
5. Bimbingan kyai/guru/professor
Artinya, orang nan belajar harus diajari orang lain, nan pengetahuannya lebih banyak, sehingga terarah proses belajarnya, apalagi belajar masalah keagamaan sine qua non petunjuk kyainya. Tanpa guru atau apalah itu nan mengajarkan, bisa–bisa tersesat, sehingga tak sinkron apa nan dia harapkan.
Kalau kita mencontoh proses pembelajaran nan dilakukan ulama–ulama terkemuka di setiap zamannya, dipastikan dia memiliki guru nan menjadi petunjuk dalam jalan pengetahuan itu, termasuk para nabi–nabi Allah memiliki guru nan mengarahkan ilmu–ilmunya sinkron jalurnya, meskipun nan menjadi guru bagi nabi–nabi Allah itu ialah Allah sendiri nan mendidik nabi–nabinya melalui malaikat Jibril.
6. Lama
Artinya, harus memiliki durasi waktu dan penuh target, sehingga keilmuannya semakin hari semakin berkembang dan dapat segera diaplikasikan bagi masyarakat luas.
7. Berteman
Artinya, bukalah pertemanan seluas–luasnya dengan siapa pun berteman. Tentu orang lain akan melihat orang itu dengan siapa bertemannya. Dengan para pemikirlah orang itu berteman, maka akan banyak mendapatkan ilmunya, dan kalau bergaul dengan maling atau kriminal. maka orang nan mencari ilmu itu akan terpengaruh dengan orang lain. Carilah teman nan memiliki pengaruh positif terhadap diri masing–masing.
Tanggung Jawab Orang–Orang Berilmu
Sesuai hadis dan ayat di atas nan mewajibkan kita menuntut ilmu, maka ketika kita sudah memiliki ilmu, memiliki kewajiban lain buat mengamalkan dan menyalurkan keilmuannya. Orang nan berilmu itu menjadi pewaris para nabi, sinkron sabda Nabi Muhammad SAW nan mengatakan bahwa "Ulama (orang–orang) berilmu ialah pewaris para nabi dan ini memiliki kewajiban menebarkan keilmuannya buat orang lain, baik dikampungnya maupun dinegara".
Jadi, orang nan berilmu memiliki tanggung jawab buat mencerdaskan orang lain, supaya masyarakat kita ini mencapai pada nilai–nilai kemanusiannya sebagai hewan/makhluk nan berpikir, sinkron hadis nabi di atas tentang kewajiban kita menuntut ilmu.
Di sisi lain, nabi bersabda “Sebaik–baiknya manusia ialah manusia nan bermanfaat bagi nan lainnya”. Hadis ini punya misi supaya orang nan menuntut ilmu dan nan memiliki ilmu melakukan suatu aktivitas nan memiliki akibat positif bagi rakyatnya, sehingga kita memiliki keluarga nan cerdas, masyarakat cerdas, pemimpin negara cerdas, dan negeri kita Indonesia ini menjadi negeri nan cerdas dan memiliki karakter.