Hidup Ini ialah Kegiatan Pemugaran dan Kerusakan
Gelanggang Sempit dan Sasana Lapang
Dalam sasana kehidupan inilah kita mencoba buat menjaga eksistensi diri kita dan mengembangkan pola kehidupan menjadi lebih baik. Berbagai kegiatan hayati nan kita lakukan dibatasi oleh waktu dari detik, menit, jam, hingga seabad waktu ialah panjang waktu nan kita miliki buat menghadapi kehidupan. Khalil Gibran dengan segala kesulitan hayati nan dialaminya berusaha membagi kisah kehidupan sehingga orang nan membaca kisahnya dalam bentuk puisi akan mengerti betapa tekanan hayati itu ialah kembang kehidupan nan sesungguhnya.
Bunga kehidupan ini dapat tumbuh dengan fertile dalam hati dengan sasana nan damai. Ketika sasana itu tak diisi dengan tanah dan pupuk nan menyuburkan, sering kali kembang itu tumbuh seperti kembang bangkai nan besar namun berbau tak sedap. Itulah pertanda bahwa kembang kehidupan menjadi racun nan akan berbuah depresi dan frustasi. Rasa nan tidak tertahankan lagi itu akan menjadi candu nan merusak. Fisik pun menjadi tak karuan dan dipenuhi oleh ilalang penyakit nan menyesakan dada.
Banyak bukti ketika sasana kehidupan ini dihadapi dengan hati nan sempit, ia akan menjadi sasana nan sempit juga. Global terlihat begitu kecil dan tak memberikan kegunaan apa-apa sehingga merasa lebih baik wafat saja. Sebaliknya apabila merasa bahwa global ini ialah sasana nan luas nan dapat memberikan makna nan hakiki atas sebuah penciptaan terhadap diri sendiri, maka global ini akan menjadi ladang sebagai alat bercocok tanam demi meningkatkan keimanan.
Keindahan global ini tidak terkirakan. Cobalah buat tak memikirkan apa nan sedang dirasakan. Cobalah buat merasakan apa nan sedang terjadi pada diri orang lain. Yang terjadi ialah hati menjadi lapang sebab sukses meletakkan masalah sendiri di luar gelanggang. Saat masalah berada di luar gelanggang, maka akan terlihat bahwa masalah itu kecil sekali dan tak akan dapat merusak diri dan tak akan dapat membuat hati menjadi ciut. Masalah itu ialah sahabat nan akan selalu hadir.
Tiada kehidupan apabila tak ada masalah. Oleh sebab itu tidak perlu takut menghadapi masalah. Kalau takut dengan masalah dan malah hanya tinggal di rumah tak melangkah dan tak menghadapi apa-apa, itulah masalah nan sesungguhnya. Pikiran akan sempit dan akan hanya melihat ke diri sendiri nan tak mempunyai wawasan apa-apa. Lalu apa kegunaan hidup. Bukankah setiap anggota tubuh nan tercipta dengan bentuk nan berbeda itu apa gunanya.
Keluarlah dan lihatlah kehidupan nan sesungguhnya. Perhatikanlah orang-orang nan mampu melihat global didalam genggamannya. Mereka tak melihat bahwa global ini sangat jauh dan sangat sempit. Mereka tahu bahwa masalah nan di global nan luas itu tak ada apa-apanya. Masalah itu bagaikan setitik garam di lautan nan luas. Jadi, apapun masalah nan dihadapi anggap saja sebagai pemanis dan aksesoris dalam hidup. Tanpa adanya aksesoris, hayati ini tak indah.
Tersenyumlah dan merasalah senang dengan apapun nan ada. Jangan cemburu dengan kehidupan orang lain. Bila orang lain dapat merasa senang dan dapat merasa bahagia dengan apapun nan ada pada dirinya, mengapa kita tak bisa. Bila bernapas masih sangat mudah dan masih tenang, jantung pun berdegup dengan normalnya, lalu jangan katakana kalau Tuhan tidak memberikan kasih-Nya. Bersama dengan ruh keilahian itu artinya merasa bahwa hayati ini selalu ada buat berbuat sesuatu.
Merasa sedihlah kalau tak dapat melakukan apa-apa buat orang lain. Harusnya jangan terlalu memikirkan diri sendiri. Jika terlalu memikirkan diri sendiri, nan terjadi ialah melihat betapa menyedihkannya diri sendiri sehingga merasa menjadi orang nan paling menderita. Agar tak merasa demikian, keluarlah dan jelajahilah global yang luas ini. Pergilah ke tempat-tempat nan banyak dikunjungi orang atau nan malah tak banyak dikunjungi orang. Perhatikanlah gaya dan car orang lain hidup.
Mereka nan berada di bawah garis kemiskinan itu terkadang mempunyai sikap dan tingkah laku nan cukup bijaksana. Buktinya ialah mereka dapat bertahan dengan segala medan kehidupan nan ditimpakan kepadanya. Lalu kalau sudah seperti ini nikmat Tuhan nan mana nan dapat didustakan.
Puisi Tentang Hidup
Kita tak bisa mengabaikan peran puisi tersebut, karena dari puisi inilah maka kita bisa mengambil banyak inti sari buat kehidupan kita. Kahlil Gibran memang pemerhati kehidupan nan berkemampuan tinggi. Dengan kemampuannya menyerap intisari kehidupan dan mengungkapkannya dalam bentuk puisi. Ini merupakan sebuah kemampuan nan tak semua orang memilikinya. Dan, dalam jeda waktu nan ada, maka dalam kehidupan bisa terjadi berbagai kegiatan hayati nan bahagia ataupun nan sedih.
Dalam kehidupan ini, kita memang terkurung dalam jaring-jaring waktu nan begitu saja membatasi setiap langkah kehidupan kita. Tetapi dalam puisi Kahlil Gibran tentang kehidupan, diungkapkan bahwa satu jam buat mengejar estetika hayati dan cinta sama harganya dengan seabad penuh kemuliaan hidup. Tetapi pada nan sama, kebenaran tertidur pada lengan lengan gelisah dari berbagai mimpi buruk. Artinya ialah bahwa makna hayati ini tak dapat dilihat seberapa lama seseorang diberi napas oleh Tuhan.
Makna hayati itu sangat bergantung pada cara orang memberikan arti dalam hidupnya. Ketika ia mengisi hidupnya dengan hal nan sia-sia, artinya lama waktunya berada di global ini tak ada artinya. Ia hanya bermain-main dengan waktu dan tak menyadari bahwa betapa waktu dapat membunuhnya dengan cara nan sangat halus dan sangat perlahan. Tidak mampu memanfaatkan waktu artinya tak mampu memahami nikmat hidup.
Banyak cara buat dapat menikmati waktu dan memanfaatkannya. Lihatlah sekeliling. Adakah nan sakit? Bila ada, siapapun ia, kunjungilah. Berikan kesempatan pada diri sendiri buat menjadi setetes embun bagi orang lain. Kalau ada nan merasa kehilangan, hadirkan diri dengan memberikan hadiah nan dapat menghibur. Biarkan diri menjadi bahu nan selalu siap dipakai buat bersandar abgi nan limbung ketika merasa sangat sedih.
Jangan merasa lemah dan tak mampu menjadi sesuatu nan berharga bagi orang lain. Percayalah bahwa tak harus menjadi kaya buat dapat memberi dengan ikhlas. Tidak harus menjadi sangat besar buat dapat menolong orang lain.
Hidup Ini ialah Kegiatan Pemugaran dan Kerusakan
Kehidupan nan terus berjalan bagaikan genre sungai ataupun mata air nan keluar dari kaki kaki gunung. Pada awalnya nampak begitu bening dan indah. Tetapi dalam perjalanannya menuju ke laut, genre air di sungai telah mengalami berbagai perlakuan dan kondisi sehingga air bening itu telah berubah menjadi air keruh dan bercampur dengan berbagai sampah kehidupan.
Dalam puisi kehidupan karya Kahlil Gibran kita bisa memahami bahwa buat menciptakan sesuatu jauh lebih cepat daripada merusaknya. Sesuatu nan telah mengalami kerusakan dengan cepat kita perbaiki dalam waktu nan singkat. Kerusakan nan telah terjadi dalam waktu nan lama, jika kita memang ingin memperbaikinya, maka sebenarnya kita bisa dengan mudah dan cepat memperbaikinya. Semua tergantung pada niatan kita dalam melakukan sesuatu buat kehidupan kita.
Untuk bisa menciptakan kondisi nan lebih baik, maka setidaknya kita harus mempunyai pemahaman nan cukup atas kehidupan kita. Pemahaman nan kita maksudkan dalam hal ini ialah satu kondisi dimana kita tak berlaku sesuka hati kepada kehidupan. Dengan cara seperti ini, maka kerusakan dan pemugaran seluruh atau sebagian aspek kehidupan merupakan sesuatu nan seimbang. Bahkan jika memungkinkan, maka tak perlu ada kerusakan. Kita lakukan saja pemugaran agar kehidupan lebih aman bagi masyarakat.
Kehidupan ini memang sebagaimana gelanggang, dimana segala kegiatan dilaksanakan dengan berbagai hasil nan didapatkan. Kegiatan-kegiatan nan diselenggarakan di sasana ini merupakan sebuah konsekuensi logis dari kedudukan manusia dan semua makhluk sebagai isi dunia. Oleh sebab itulah, maka mempelajari puisi Khalil Gibran tentang kehidupan merupakan langkah konkrit buat menemukan citra konkrit kehidupan nan kita harapkan.