Musik Cina - Sensor Musik di Cina
Tahukah Anda rentetan sejarah perkembangan musik Cina ? Selama ribuan tahun, budaya Cina didominasi oleh ajaran dari seorang pakar filosofi bernama Confucius. Conficius menempatkan musik sebagai sebuah kasta nan tinggi. Menurutnya, musik ialah aktualisasi diri ketenangan batin, sebuah passion nan membangkitkan semangat, dan musik bukan sekadar alat pemuas kesenangan.
Suku antik di Cina percaya bahwa musik bukan sebuah alat kesenangan, melainkan memiliki imbas memurnikan, membersihkan pikiran seseorang. Hal ini diwujudkan pada sebuah genre atau aktualisasi diri musik Qin, yaitu sebuah pertunjukan sandiwara lewat nyanyian-nyanyian dengan tutur dan mobilitas halus nan diiringi petikan sebuah gitar panjang (bentuknya seperti kecapi).
Saat ini, musik Qin masih populer di kalangan kelompok-kelompok kecil musisi. Salah seorang sejarawan genre Qin pernah berkata, "Walaupun seorang pemain Qin sedang menggelar pertunjukannya di sebuah galeri atau gedung pertunjukan, pikirannya sedang bersama hutan-hutan dan genre sungai."Orang-orang tradisional di Cina juga percaya bahwa bunyi-bunyian mempengaruhi harmoni alam semesta.
Kepercayaan itu melahirkan suatu tugas krusial bagi setiap kaisar baru nan memerintah di setiap dinasti buat mencari tahu dan membuat sebuah "standar nada" spesifik nan khas. Sebagai hasil standardisasi musik filosofis ini, sampai sekarang, musik di Cina nan ditujukan buat kesenangan, terutama penampilnya, dipandang sebelah mata dan dikategorikan sebagai penyandang status sosial nan paling rendah.
Pengaruh Musik Cina pada Musik di Indonesia
Datangnya bangsa Cina ke Indonesia pada 671 Masehi ternyata membawa banyak pengaruh besar terhadap budaya di Indonesia, temasuk musik di Indonesia. Salah satu budaya musik Indonesia nan merupakan gabungan atau pembauran dari budaya Cina ialah orkes gambang kromong.
Awalnya, orkes gambang kromong hanya digemari dan dinikmati oleh komunitas peranakan Cina pada abad kedelapan belas. Seiring berjalannya waktu, orkes gambang kromong nan merupakan campuran dari budaya Cina ini akhirnya secara perlahan-lahan disukai dan dinikmati juga oleh orang orisinil Indonesia sebab adanya proses pergaulan antara golongan pribumi dan golongan peranakan Cina.
Unsur-unsur budaya Cina terlihat secara fisik pada alat musik gesek seperti tehyan, sukong, dan kongahyan. Sementara itu, alat musik dengan unsur budaya Indonesia tampak pada kromong, gambang, gong, krecek, dan gendang.
Perpaduan unsur musik Cina dan musik Indonesia pun terlihat pada kumpulan lagu-lagunya. Lagu-lagu nan masih terlihat orisinil dan belum mendapat pengaruh dari musik Cina ialah Jali-jali, Lenggang-lenggang Kangkung, Surilang , dan lain sebagainya. Sementara itu, lagu-lagu nan sangat kental dengan unsur musik Cina, baik itu judul lagu, alur melodi ataupun liriknya, di antaranya ialah Phe Pantaw, Kong Jilok, Sipatmo , dan lain sebagainya.
Tak hanya itu, penyebutan buat tangga nada juga sebenarnya berasal dari bahasa Cina, yakni ceh atau tse, kong, ho atau oh, syang atau hsyang, uh lio atau liu, dan suh. Jadi, simpulannya ialah kemunculan serta eksistensi bangsa Cina atau Tionghoa di negara Indonesia telah banyak membawa pengaruh bagi kebudayaan Indonesia, khususnya dalam hal ini ialah pengaruh musik.
Musik Cina Pada masa ini Akhirnya Mengudara
Tayangan musik Cina pada masa ini pada akhrinya sudah mulai boleh mengudara atau diperdengarkan setelah beberapa waktu dilarang dan harus berjuang melawan forum sensor. Unsur-unsur nan berpengaruh seperti digelarnya musik live nan terus berlangsung, intenet, juga pihak pemerintah nan sangat antusias mendanai pasar nan sedang berkembang mengakibatkan musik indie di Cina mulai eksis.
Dalam global musik, kehadiran band indie Cina memang datang sedikit terlambat dan umumnya mereka tak pernah merasakan masa-masa keemasan dari kaset, rekaman piringan hitam, compact disc , dan juga mendapat kerugian besar karena negara Cina lebih memilih buat menayangkan musik jenis pop.
Namun, mulai dari musik rock hingga musik rapp dan dari musik hip hop hingga musik grunge, tayangan musik indie sudah mulai melebarkan sayap beberapa tahun terakhir, terutama saat maraknya penggunaan internet dan seringnya pertunjukan musik nan memberi kesempatan kepada mereka buat berkarya. Mereka cenderung menghindari televisi serta radio milik pemerintah Cina.
Musik Cina - Sensor Musik di Cina
Obsesi melakukan sensor terhadap segala hal nan dipandang mengancam keamanan negara atau subversif merupakan salah satu karakter khas dari masyarakat tertutup nan terlihat jelas di negara Cina, termasuk soal sensor musik.
Bila sensor ini ditujukan pada aktivis nan secara keras menolak ideologi Komunis di Cina, hal ini mungkin dapat saja dianggap wajar. Tapi jika sensor ini ditujukan pada lagu-lagu pop nan bagi sebagian orang dianggap sebagai hiburan dan tak mengandung unsur apa pun, tentu saja ini dianggap sebagai kebijakan nan berlebihan.
Namun, Cina tak menganggapnya sebagai sesuatu nan hiperbola sebab langkah sensor terhadap beberapa lagu luar negeri dianggap hal tepat buat menjaga keamanan Cina. Bahkan, lagu-lagu orisinil dari Cina pun tak luput dari sensor jika dianggap mengancam keamanan.
Tentang Alat Musik Cina
Melodi dan rona nada merupakan sebuah karakteristik ekspresif nan menonjol di Cina, terutama pada artikulasi nan tepat dan perubahan nada pada setiap alat musik. Sebagian besar musik Cina berdasarkan pada lima nada atau pentatonik, menanjak. Namun, tujuh nada atau heptatonik, menanjak, pun turut digunakan. Alat musik Cina sendiri dikelompokkan menurut bahan nan digunakan. Misalnya, logam, batu, kain sutra, bambu, labu, tanah liat, kulit binatang, dan kayu.
Dari semuanya, instrumen nan dibuat dari batu dan kayu sudah tak digunakan lagi. Instrumen-instrumen kuno, seperti sitar panjang, seruling, sheng. Ada pula instrumen nan menggunakan mulut dan instrumen perkusi, seperti kentungan, drum, dan gong. Untuk kecapi dan biola, bangsa Cina mengenalnya dari Asia Tengah.
Ketika pertunjukan dimulai, tak ada konduktor nan memimpin pentas seni di Cina pada zaman dahulu ataupun penggunaan partitur musik. Semua peserta pertunjukan menghafal musik dan dimainkan tanpa alat bantu apapun. Oleh sebab itu, kolaborasi tim harus benar-benar kompak. Alat-alat musik tradisional Cina biasanya bisa dimainkan secara bersama-sama atau grup maupun solo.
Macam-macam Alat Musik Cina
1. Alat Musik Gesek
- Gehu, yaitu alat musik gesek buat nada-nada rendah, persis seperti cello.
- Erhu, yaitu rebab Cina. Alat musik ini menggunakan kulit ular sebagai membran, dan menggunakan 2 senar, digesek dengan penggesek terbuat dari ekor kuda.
2. Alat Musik Petik
- Sanxian, yaitu alat musik petik nan terbuat dari kulit ular dan memiliki leher panjang, serta memiliki 3 senar.
- Guzheng, sebuah kecapi nan memiliki 16 sampai 26 senar.
- Ruan, yaitu alat musik petik berbentuk bulat dengan 4 senar.
- Konghou, ialah sebutan buat harpa Cina.
- Yangqin, sebuah alat musik nan memiliki banyak senar. Cara memainkannya ialah dipukul menggunakan stik bambu sebagai pemukulnya.
- Liuqin, sebuah alat musik petik nan kecil, bentuknya seperti buah pir dengan 4 senar.
- Pipa, yaitu Alat musik petik berbentuk buah pir dengan 4 atau 5 senar.
3. Alat Musik Pukul (Perkusi)
- Luo atau gong khas Cina.
- Paigu, yaitu sebuah gendang nan terdiri atas satu set, satu set tersebut memiliki 4 gendang atau lebih.
- Dagu, yaitu sebuah Tambur besar dari Cina.
- Muyu, yaitu sebuah kecrekan nan terbuat dari kayu.
4. Alat Musik Tiup
- Sheng, yaitu alat musik nan menggunakan bilah logam dan memiliki tabung-tabung bambu sebagai penghasil suara.
- Paixiao ialah alat musik seperti pipa nan tipis seperti pen.
- Xiao, nama lain buat suling.
- Dizi, yaitu suling nan menggunakan membran getar.
- Suona, nama lain dari terompet Cina.
Itulah jenis-jenis alat musik Cina.