Tindakan nan Merusak Kejujuran
Kejujuran merupakan bagian dari sifat positif manusia. Kejujuran ialah bagian dari harga diri nan harus dijaga sebab bernilai tinggi. Kehilangan uang dapat dicari lagi, tapi kehilangan kejujuran di mana harus dicari?
Jujur itu mahal harganya, orang merusak kejujuran sangsinya akan berat dan berlangsung lama.Kejujuran diikat dengan hati nurani manusia, dan keduanya itu merupakan anugerah dari Allah Swt. Dua eleman ini saling keterkaitan.
Ketika ucapan tidak sinkron dengan kenyataan, hati menjadi risau sebab ucapan dirasa tidak jujur. Jujur memang indah, sikap jujur membuat hayati kita lebih tentram tanpa ada tekanan dari luar maupun dari batin kita sendiri. Coba bayangkan ketika kejujuran dinafikkan niscaya hayati kita tidak pernah tenang. Kebohongan pertama niscaya harus ditutup dengan kebohongan kedua dan seterusnya. Yang niscaya kebohongan itu sangat melelahkan dan membebani hati nurani, hayati tidak nyaman dan diselubungi rasa was-was.
Kejujuran dan Kepercayaan
Kejujuran merupakan pangkal dari kepercayaan, nan menilai Anda jujur ialah Allah, Sang Pencipta dan orang-orang di sekitar Anda. Sedangkan kepercayaan ialah efek positis dari sikap jujur. Orang nan mendelegasikan kepercayaan merupakan hasil dari penilaiannya terhadap sikap kita. Jadi sekali lagi kepercayaan ialah amanah nan harus dijaga erat.
Karena kepercayaan tidak timbul dari evaluasi sesaat pula. Orang lain bergaul terhadap kita digerakan dari rasa kepercayaan pula, pikiran postitif menimbulkan persepsi bahwa si A kelihatannya memegang prinsip kejujuran dan dapat dipercaya. Di lain contoh kejujuran juga bagian dari syarat kenaikan jabatan dalam sebuah sistem manajemen di perusahaan.
Pemimpin perusahaan hanya menunjuk karyawan nan berprestasi baik terutama nan memegang prinsip kejujuran. Pemimpin menaruh kepercayaan full kepada karyawannya buat menyelesaikan tugas kantornya. Kejujuran juga berlaku di sekolah dari TK sampai universitas, bahkan di sinilah kejujuran diajarkan sekaligus diuji taraf kekuatannya.
Di sekolah setiap ada menempuh ujian kenaikan kelas maupun ujian akhir peserta dilarang keras menyontek, sebab melanggar kebiasaan kejujuran. Setiap ada peserta ujian nan berbuat curang terkena tindakan sanksi dari sekolahan. Namun ujian nan paling berat justru ketika siswa lulus sekolah dan kembali dalam kehidupan bermasyarakat dan bekerja di perusahaan atau mengabdi menjadi Pegawai Negeri Sipil di situlah banyak godaan nan mengancam kebiasaan kejujuran.
Tak ada supervisi nan ketat dan hati nurani dipertaruhkan demi materi nan bukan haknya. Kalau iman kita tidak diikat kuat dari ibadah, bakalan kebobolan. Itulah mengapa di Indonesia banyak sekali kasus korupsi, bahkan menjadi negara nan paling korup nomer tiga di dunia. Sangat melalukan bukan?
Kejujuran nan selama masa sekolah dijunjung tinggi, ternyata hilang sebab godaan setan. Koruptor nan terbukti bersalah menggelapkan uang negara, alih-alih malu, malah menunjukan ekpresi tidak bersalah. Sungguh menjijikan. Mereka taksadar bahwa dia ialah contoh jelek bagi pelajaran kebiasaan kejujuran. Selama orang tidak jujur bakalah kehilangan harga diri didepan masyarakat dan Allah.
Masyarakat sudah tidak percaya lagi terhadap pejabat dan pelaku nan terbukti menyelewengkan kepercayaan. Untuk membangkitkan kepercayaan dari masyarakat sangat sulit, sebab nilai kejujuran sudah dirusak sendiri.
Kejujuran Adalah Harga Diri
Kejujuran ialah harga wafat nan harus dipegang sampai wafat pula. Jujur di global selamat di akhirat. Prinsipnya miskin materi tidak mengapa asalkan kita masih punya nilai kejujuran. Karena kejujuran ibarat pelampung penyelamat ketika manusia menghadapi pengadilan super adil yakni pada hari perhitungan kelak.
Norma jujur itulah salah satu saksi nan menyelamatkan dari sanksi Allah. Apa jadinya jika harga diri kita sendiri dirusak oleh sikap-sikap nan bertentangan dengan kebiasaan kejujuran? Yang niscaya akan mendapatkan sanksi dari negara, masyarakat maupun rasa bersalah terhadap Allah penciptanya. Memang sesal hanya terjadi di belakangan.
Namun sebisa mungkin janganlah merusak harga diri dengan kebohongan dan tindakan nan melawan kebiasaan kejujuran di mana saja Anda berada. Sekali Anda berbohong di depan masyarakat luas, hilanglah harga diri Anda selamanya.
Tindakan nan Merusak Kejujuran
Berikut ini merupakan contoh-contoh perbuatan nan melanggar kebiasaan kejujuran, nilai-nilai moral dan agama. Contoh-contoh itu ialah tindakan nan harus dihindari siapa saja nan mengaku dirinya beragama dan bermasyarakat.
- Mencuri. Mencuri atau mengambil barang nan bukan hak kita, merupakan tindakan melanggar kebiasaan kejujuran. Pemilik barang nan absah niscaya merasa terpukul sebab kehilangan barang kesayangannya. Mungkin barang nan berharga memiliki nilai sejarah tersendiri bagi pemiliknya. Manusia biasa pun dapat tergoda ingin mencuri ketika ada kesempatan dan kelemahan iman.
- Bohong. Bohong ialah salah satu perusak nilai kejujuran. Bohong dapat saja terjadi sebab faktor lingkungan nan mempengaruhi anak buat berbohong. Kebohongan nan dipelihara monoton dapat merusak karakter manusia, si pembohong bahkan dapat menjadi psikopat. Sekali berbohong dia akan berbohong kedua kali buat menutup kebohonganya nan pertama. Dan terus berbohong buat menutupi omongan kosongannya. Bohong ialah lingkaran setan nan niscaya sulit di hentikan.
- Manipulasi. Manipulasi merupakan kegiatan buat merekayasa fakta nan sebenarnya. Apapun alasannya, tindakan manipulasi sangat bertolak belakang dengan kebiasaan kejujuran dan agama. Contoh manipulasi ialah mark up proyek pembangungan, mark up pengadaan barang. Jadi nilai barang digenjot naik melebih nilai beli aslinya. Agar ada selisih harga, jadi ketika dana cair, selisihnya harganya dipakai buat kepentingan pribadi. Manipulasi menjadi racun pembangunan di Indonesia, mental oknum seperti ini hanya mementingkan urusan pribadinya tanpa memikirkan kepentingan pembangunan bangsa.
- Korupsi. Salah satu tindakan illegal nan menerjang tataran kebiasaan kejujuran antara lain korupsi. Istilah melayu nya rasuah. Korupsi atau rasuah ialah penyakit akut nan sedang menggrogoti Indonesia. Korupsi ibarat penyakit kanker nan menyebar keseluruh institusi di Indonesia. Wuih berat juga kelihatnya. Mengelola dana milik masyarakat Indonesia ialah amanah nan luar biasa berat. Namun jika amanah itu dikelola dengan sahih insyallah itu ialah ibadah nan dijanjikan pahala nan luar biasa besar oleh Allah Swt. Tapi sayangnya sebagian oknum pemerintah pada gelap mata ketika diberi mandat mengurus hal nan berkaitan dengan dana besar, mereka tergoda mencuri barang nan bukan haknya.
- Ingkar janji. Janji ialah hutang dan nan namanya hutang itu harus dibayar. Demikian juga dengan janji ya harus di tepati. Karena setiap janji nan dikeluarkan dari mulut, didengar oleh Allah dan disaksikan oleh malaikat. Orang nan sering ingkar janji disebut juga pembohong, memang gampang mengumbar janji, tapi ketika menepati janji bukanlah perkara mudah, inilah nan sering terjadi pada setiap kampanye pemimpin daerah, dan kampanye legislatif saat pemilu. Penyakit ingkar janji masih menjadi masalah besar dari pemimpin di Indonesia.
Akibat Tidak Memiliki Sifat Kejujuran
Berikut ini merupakan akibat jelek dari tindakan merusak kebiasaan kejujuran. Yang jelas akibatnya merugikan diri sendiri dan merusakan nama baik keluarga dan komunitas.
- Hilang kepercayaan. Salah satunya ialah hilangnya kepercayaan dari masyarakat atau orang-rang di sekelilingnya. Kalau sudah terbukti dusta atau mencuri, niscaya tindakan dan ucapan tersangka bakalan dicurigai maupun diacuhkan sama sekali.
- Susah naik pangkat. Demikian juga risiko nan bakal dihadapi oleh pegawai nan terbukti melakukan kebohongan dan pelanggaran anggaran di kantor partikelir maupun pemerintah, bakalan kesulitan naik pangkat dan jabatan.
- Dosa. Dosa ialah sanksi dari Tuhan kepada manusia nan melanggar embargo dan perintahnya. Berbohong merupakan tindakan nan berdosa besar sebab melanggar kebiasaan agama. Dosis dosa berbeda dapat besar atau kecil tergantung pada tindakan.
Demikianlah sekelumit tentang kejujuran nan harus dijaga sampai mati. Bahwa kejujuran ialah mata uang nan berlaku di manapun.