Ritual Adat Warga Sekitar Gunung Gamalama
Kira-kira, dari manakah seniman Dorce Gamalama mendapat inspirasi buat nama akhirnya (Gamalama)? Mungkin, dari Gunung Gamalama di Pulau Ternate. Karena ternyata seniman serba dapat itu pernah mendaki gunung berketinggian 1.715 m dpl (di atas permukaan laut).
Gunung Gamalama merupakan gunung barah nan masih aktif. Satu dari lima gunung barah di Maluku Utara. Tercatat terakhir kali meletus pada 1 Agustus 2003. Sebelumnya, gunung nan memiliki daiameter 11 km ini sejak 1538 telah meletus lebih dari 70 kali.
Enam di antaranya, yakni pada 1771-1772 menyebabkan bala alam dahsyat. Bala itu memakan korban kurang lebih 30 orang. Kemudian, pada 1775 letusan gunung kembali menelan korban sekitar 1.300 orang tewas dampak gelombang badai. Adapun letusan tahun 1962 mengkibatkan sekitar lima orang tewas.
Kondisi ini membuat sebagian masyarakat sekitar gunung percaya bahwa Gunung Gamalama memiliki nilai keramat. Banyak cerita beredar dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi tentang kesakralan gunung ini.
Beberapa loka dipercaya sebagai gerbang menuju “dunia lain”, kuburan-kuburan keramat, mata air Abdas nan bisa menyembuhkan berbagai penyakit, hingga peringatan bagi para pendaki nan ingin menaiki gunung agar berjumlah genap, serta perempuan nan sedang menstruasi dilarang buat naik gunung. Banyak lagi mitos beredar dan dipercaya kebenarannya oleh masyarakat setempat. Mitos-mitos tersebut semakin memperkuat kekeramatan dari Gunung Gamalama.
Adapun bagi masyarakat Ternate, ada sebuah ritual mengelilingi Gunung Gamalama. Ritual ini bernama Kololi Kie, diadakan sekali dalam setahun pada bulan April. Mereka mengelilingi gunung sembari memanjatkan doa memohon kesejahteraan dan keselamatan. Upacara ini juga merupakan penghormatan terhadap para leluhur mereka.
Kecantikan Gunung Gamalama nan Tersembunyi
Meskipun begitu, jika Anda menjejakkan kaki di gunung ini, semua “keangkeran” Gunung Gamalama seakan sirna. Terhapus oleh kecantikan pemandangan gunung nan tiada banding. Biasa dipanggil dengan sebutan Puncak Ternate, Gunung Gamalama memang merupakan "puncak keindahan" dari gunung-gunung nan ada di Ternate.
Tidak mengherankan apabila Gunung Gamalama termasuk prioritas bagi para pendaki nan memburu estetika alam di puncak gunung. Dengan sebagian tubuh gunung ditutupi oleh hutan Montane, hutan Ericaceous, serta hamparan kebun pada dan cengkih, dijamin akan membius mata Anda.
Sesampainya di puncak gunung, Anda bisa melihat lanskap Pulau Ternate nan elok. Pulau-pulau seperti Pulau Tidore, Pulau Maitara, dan Pulau Halmahera, juga terlihat jelas dari puncak gunung berlatarkan bahari biru nan mengelilinginya.
Puncak Palsu di Gunung Gamalama
Mendaki Gunung Gamalama bisa dimulai dari Desa Mayo, Desa Malikurubu, dan Desa Akehuda. Jalur pendakian nan termudah ialah melalui Desa Mayo. Ada tiga pos di sini dan sering digunakan sebagai loka beristirahat sementara oleh para pendaki.
Menuju pos pertama dari Desa Mayo, Anda akan melalui hamparan kebun cengkih dan pala. Kondisi jalan nisbi mudah didaki dengan kemiringan 15-45 derajat. Hanya butuh waktu sekitar 1,5 jam buat sampai ke pos pertama (pondok) nan berada di dalam hutan bambu.
Pos kedua, kondisi pendakian mulai turun naik melewati pungung gunung dan tertutup oleh rimbunan pepohonan. Tapi tak akan memakan waktu lama, hanya sekitar 1 jam. Lalu, dari pos kedua ke pos ketiga, Anda akan menemukan jalan bercabang tiga. Jalan menanjak ke kanan menuju puncak, sedangkan nan lainnya menuju perkampungan dan mata air Abras. Masyarakat setempat mengkeramatkan mata air ini layaknya air zam-zam di tanah kudus Mekah.
Sekitar 1 jam kemudian, Anda akan sampai ke pos ketiga nan sering disebut sebagai Puncak Palsu. Di sini, terdapat 7 kuburan loka ziarah warga setempat. Tidak jelas siapa nan dikuburkan di loka ini. Menuju puncak sebenarnya tidak lama lagi, sekitar 1 jam. Hanya, medan terjal dengan batuan lahar nan masih panas, labil, sambil sesekali mengeluarkan uap belerang, menjadikan Anda harus ekstra hati-hati.
Kondisi nisbi sama juga terdapat di puncak gunung. Kerasnya hempasan angin dan uap belerang nan berbahaya bagi pernapasan, membuat Anda tidak dapat berlama-lama menikmati pesona estetika puncak Gunung Gamalama.
Ritual Adat Warga Sekitar Gunung Gamalama
Di akhir tahun 2011, warga adat nan berstatus sebagai juru kunci Gunung Barah Gamalama di Kelurahan Dufa-Dufa, Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate, mengadakan ritual adat bernama Vere Kie . Ritual ini digelar sebab para waktu itu gunung tersebut sering mengeluarkan asap putih nan tebal.
Pemangku adat di sana menyebutkan bahwa ritual nan dinamai Vere Kie ini ialah ritual adat Kesultanan Ternate. Tujuannya ialah buat meminta keselamatan kepada Tuhan agar Gunung Barah Gamalama tak menyebabkan bala buat masyarakat sekitar.
Ritual Vere Kie ini digelar di atas puncak Gunung Barah Gamalama dengan membaca doa gunung. Ritual ini ialah ritual spesifik nan dilakukan buat Gunung Barah Gamalama dan hanya digelar ketika gunung ini terus menyemburkan asap tebal.
Keyakinan warga di sana setelah diadakannya ritual Vere Kie ini ialah tak akan keluar lagi asap tebal di gunung itu. Jenis sesajian dalam ritual ini hanya berupa telur rebus dan nasi kuning. Tidak ada sesajian nan memberatkan dalam ritual Vere Kie ini sebab nan terpenting ialah panjatan doa kepada Tuhan.
Aktivitas Vulkanik di Gunung Gamalama
Gunung nan bernama Gamalama di Ternate, Malut (Maluku Utara) memperlihatkan aktivitas vulkanik nan meningkat, tetapi stasusnya masih belum berubah dan masih berstatus waspada level II.
Persitiwa nan terjadi pada bulan Mei 2012 ini cukup membuat warga sekitar khawatir. Hal ini dipertegas dengan pernyataan dari Kepala Pos Pengamatan Gunung Barah Gamalama nan mengatakan bahwa aktivitas Gunung Barah Gamalama ini sudah berlangsung selama beberapa hari dan diiringi juga gempa embusan. Gempa ini sempat juga diiringi dengan keluarnya abu tipis nan bergerak ke arah selatan Ternate sehingga masyarakat sekitar menganggap gunung barah itu meletus lagi.
Pada hari Rabu atau tepatnya tanggal 16 Mei 2012, belum terlihat adanya abu vulkanik sebab memang secara kasat mata masih terhalang oleh kabut. Walaupun begitu, pos pengamatan masih tetap melakukan pemantauan terhadap aktivitas gunung barah tersebut.
Petugas pemantau sejauh ini masih terus melakukan pemantauan aktivitas Gunung Barah Gamalama dan setiap adanya perkembangan, petugas akan dengan segera menginformasikannya kepada masyarakat lewat pemerintah terkait. Namun, hingga saat itu, gunung barah ini belum meletus.
Berdasarkan data sesimograf nan diperoleh, gunung ini telah mengalami sekitar 23 kali gempa embusan dan diiringi juga dengan gempa vulkanik. Namun, warga Kota Ternate disarankan buat selalu tenang dan tak terpancing oleh isu-isu menyesatkan seputar status Gunung Barah Gamalama. Sebaliknya, masyarakat sekitar diminta siap siaga, terutama masyarakat nan berada di daerah rawan.
Sempat terjadi kepanikan di antara masyarakat Ternate sebab adanya isu nan berkembang bahwa Gunung Barah Gamalama kembali meletus. Tapi sampai isu ini berkembang, tak ada warga nan mengungsi ke daerah lain.
Di sisi lain, buat mengantisipasi hal-hal nan tak diinginkan, para wisatawan pun buat sementara dilarang mendaki Gunung Barah Gamalama nan tingginya 1.700 meter dari permukaan laut, khususnya di radius 2,5 km dari bibir kawah. Gunung Gamalama meletus terakhir kalinya pada 2011, tepatnya di bulan Desember. Saat itu, letusan gunung ini menyebabkan warga sekitar terpaksa mengungsi dan Bandar udara Babullah nan terletak di sekitar kaki gunung terpaksa ditutup selama satu minggu.