Karakter Merupakan Unsur Penting
Apakah Anda pernah menemukan suatu kata perasaan sedih dalam sebuah karya fiksi? Ada hal krusial nan harus kita perhatikan ketika membuat sebuah tulisan fiksi . Entah itu cerpen atau novel. Hal krusial itu ialah karakter tokoh, plot atau alur, seting atau latar, tema dan gaya. Dari kelima unsur itu karakter dianggap unsur nan paling penting.
Karakter Merupakan Unsur Penting
Karakter tokoh harus digambarkan secara kuat. Karakter nan tak kuat akan membuat cerita kurang menarik. Sebagai tolak ukur kesuksesan menggambarkan karakter ialah pembaca bisa mempunyai interaksi emosional dengan tokoh tersebut.
Untuk membuat karakter tokoh cerita nan kuat, maka buatlah karakter nan benar-benar ada di global nyata. Selain itu, usahakan mempunyai sifat nan unik. Jangan sekalipun membuat karakter tokoh nan pasaran.
Sebagai contoh, tokoh cerita wanita nan selalu menderita sepanjang hidupnya. Perasaannya sangat halus dan peka. Ia sangat sayang pada tumbuhan dan binatang. Bahkan nyamuk atau semut belum pernah satu pun nan dibunuhnya secara sengaja.
Tetapi perasaan halusnya tersebut menyebabkan orang lain berlaku semena-mena pada dirinya. Tetapi walaupun ia kelihatan tak terpengaruh, sebenarnya hatinya sedih sekali. Untuk melampiaskan kesedihannya, ia sering curhat pada buku hariannya, sahabat global mayanya dan juga kucing kesayangannya. Nah, bagaimana menuangkan rangkaian kata perasaan sedih tersebut dalam tulisan fiksi, berikut disajikan tipsnya.
Mengambarkan kejadian dengan tindakan simpati
Nah, bagaimana kita dapat menggambarkan atau mengungkap kata perasaan sedih nya tersebut. Tentu saja kita tak mengungkapkannya dengan kata-kata seperti, ‘dia sedih lagi’. Hal tersebut dirasa kurang menarik. Coba ungkapkan seperti ini:
Bucil tak pantas mendapatkan nasib seperti itu. Bukankah ia masih sangat kecil dan tak berdosa. Ia sudah ditinggalkan mamanya. Yang pergi meninggalkanya buat mencari makan. Bucil jatuh dari pohon juga bukan kehendaknya.
Kasihan sekali Bucilku. Kian hari ia kian kuyu. Cicitnya kehilangan semangat. Bahkan sekarang tidak mau lagi ketika kusuapi susu. Hmh…Aku menengadah ke atas, barangkali ada burung pipit nan sedang mencari anaknya. Lihat, tak ada kata ‘sedih’ dalam ungkapan itu. Tetapi kalimat-kalimat di atas mengungkapkan simpati nan dalam dan kesedihan nan terpendam.
Menciptakan seting suasana nan muram
Mengungkap rangkaian kata perasaan sedih pun dapat digambarkan dengan menciptakan suasana nan muram. Seperti berikut:
Halilintar menggelegar bersahutan. Orang-orang di jalan tak satu pun kelihatan. Entah berpuluh kali saya melihat ke arah jalan. Barangkali ada sesosok tubuh nan akan mendekatiku. Tetapi tiada. Tetap tidak ada, walau saya terpaku disini dua jam lamanya. Bahkan sampai curahan air hujan tinggal menitik satu demi satu. Akhirnya dari mataku pun ada nan ikut menitik, satu demi satu.
Dialog tokoh cerita
Dalam obrolan hendaknya juga menggambarkan karakter tokoh tersebut. Membuat obrolan jangan asal dibuat. Sine qua non nan membedakan karakternya. Misalnya orang nan sedang sedih akan berkata pelan, tersendat, halus, agak gugup, nada suara rendah dan lain sebagainya. Bedakan dengan obrolan orang nan dursila atau karakter lainnya. Sebagai berikut:
“Kok matamu bengkak, Wie?” Tanya Dini cemas. “Emh…ehm…ada sedikit kejadian jelek semalam,” jawab Dewi pelan.
Lewat pemberian nama
Dalam kehidupan konkret nama memang tak identik dengan konduite orang si empunya nama tersebut. Contohnya nan sedang hangat beritanya akhir-akhir ini ialah Ahmad Fathanah. Tetapi dalam global fiksi, nama dapat digunakan buat memberi kesan karakter seseorang. Melati, Putri, Siti ialah nama-nama nan dapat digunakan buat karakter baik.
Siti Prihatini, misalnya dapat mewakili karakter wanita baik namun selalu dipenuhi cobaan dalam hidupnya. Tapi hal itu tak mutlak. Kita dapat saja memberi nama Bram pada tokoh nan mirip banci. Walau pada kenyataannya nama Bram biasanya digunakan buat orang nan tampan dan berbadan tinggi besar.
Namanya Siti Prihatini. Entah mengapa ibunya memberinya nama demikian. Sehingga dia sering beranggapan jika kehidupannya selama ini penuh duka ialah diakibatkan oleh namanya itu.
Deskripsi perasaan
Mengungkap kata perasaan sedih pun dapat dengan mendiskripsikan perasaan tokoh cerita. Bahkan hal ini merupakan cara nan paling mudah sehingga banyak sekali novelis pemula menggunakannya.
Widuri ialah wanita nan sangat tegar. Statusnya nan lama sendiri sering menjadi cemoohan orang. Tetapi walaupun sedikit tak enak hati, ia selalu membalas setiap hinaan itu dengan senyuman.
Pendapat tokoh lain
Tokoh lain dalam novel dapat mengungkap kata perasaan sedihnya si tokoh cerita utama. Biasanya lewat obrolan bersama tokoh lainnya.
“Di, saya melihat dengan mataku sendiri ketika sahabatku itu ditampar mamanya. Badannya seperti hendak jatuh. Tapi tidak sedikitpun ia melawan. Ia hanya menangis sambil memegang pipinya. Sementara mamanya terus mencacinya tanpa peduli pada perasaan anaknya. Kemudian ia berjingkat pergi. Dan saya segera memburu buat memeluknya"
Reaksi atas peristiwa nan terjadi
Ini dapat langsung diletakkan pada paragrah awal sebuah bab sebab dapat membuat pembaca penasaran.
Aku merasa kehilangan kendali diri. Kejadian itu tanpa saya duga sama sekali. Segera saya berlari dan mendapati dia sesungukan memegangi pipinya. Aku melihat warna merah kebiruan di sana. “Wid,” saya langsung memeluknya hangat.
Sebenarnya banyak cara nan dapat kita gunakan buat mengungkapkan rangkaian kata perasaan sedih seorang tokoh cerita. Hl nan sudah dijelaskan baru beberapa bagian saja. Kita dapat menggalinya sendiri lebih dalam. Tetapi ada hal-hal lain nan perlu diingat tentang karakter tokoh cerita.
Jangan membuat adegan si tokoh cerita nan selalu sedih dan sabar, tiba-tiba dalam suatu kejadian berubah karakternya. Hal itu fatal sebab dapat merubah kesan dan tak masuk akal. Walaupun fiksi, nalar harus tetap berjalan. Hindari kesan nan membosankan dalam menggambarkan tokoh secara gamblang. Entah itu karakternya, kehidupannya dan lainnya. Contohnya seperti ini:
Sebenarnya Vabie hayati berlebih. Tapi kebahagiaan tidak pernah singgah padanya. Mamanya sangat keras padanya. Ia baru dapat pergi sekolah setelah semua pekerjaan di rumah selesai. Padahal apalah arti uang ratusan ribu buat menggaji seorang pembantu. Tapi mamanya tak mau melakukannya.
Entah dengan alasan apa. Dengan begitu, Vabie sering kesiangan ke sekolah. Vabie tidak mengerti, tapi ia susah mencari jawaban. Akhirnya hari-hari nan dilewatinya penuh kesedihan, airmata dan penyesalan.
Penulis novel senior biasanya menggambarkan karakter tokoh atau kehidupannya tak dengan cara seperti itu. Tetapi melalui cara-cara lain seperti nan dijelaskan di atas tadi.
Tetapi apapun kekurangan novel kita dalam menggambarkan karakter tokoh cerita, kita harus tetap semangat. Proses belajar itu dengan berlatih. Menulis dan menulis terus akan membuat kita semakin mahir. Mendapat kritik dan masukan dapat menambah wawasan. Jangan lupa membaca banyak novel berbagai penulis. Hal itu dapat memperkaya pengetahuan agar dapat dipraktikan. Tentu, bukan buat meniru gaya novelis kenamaan. Tetapi sekedar wahana buat menemukan gaya kepenulisan kita sendiri.
Carilah satu novel nan karakter tokohnya kuat. Misalnya Bahtera kertas karya Dewi Dee Lestari. Banyak orang menilai karakter tokoh primer dalam ceritanya cukup kuat. Lihatlah bagaimana penulis memainkan karakter tokohnya. Entah dalam suasana sedih maupun gembira. Semua terlihat diperhitungkan dengan matang. Akhir kata, selamat menulis novel. Tetap semangat sebab banyak penerbit menanti Anda.