Kerajaan-kerajaan Islam di Aceh
Telah dimafhumi bersama bahwa dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia, agama baru ini dibawa oleh para pedagang nan berasal dari Gujarat, Hadramaut dan Mesir. Para pedagang nan juga juru dakwah ini datang melalui pelabuhan-pelabuhan, sehingga Kerajaan Islam di Indonesia letaknya dipastikan tak akan jauh dari pantai atau samudera.
Pada awal perkembangannya sebab dibawa oleh para pedagang sambil berniaga, agama Islam mulai diperkenalkan kepada sesama pedagang nan ada di tanah air, para nelayan dan petani. Berangsur-angsur agama Islam mulai masuk ke kalangan istana. Masuknya agama Islam ke kalangan istana ini ada nan langsung kepada raja, kerabat raja, ada pula nan melalui persaudaraan terlebih dahulu, melalui ikatan perkawinan.
Hampir selama perkembangannya, agama Islam dapat masuk dan diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia hampir tanpa gejolak. Namun demikian beberapa kejadian konflik tetap ada. Setelah berdirinya Kerajaan Islam pertama di tanah air, perkembangan Islam terlihat makin pesat. Hal ini disebabkan peran para petinggi kerajaan dalam mempengaruhi rakyat lebih gampang dibanding ketika rakyat nan harus mempengaruhi para petinggi kerajaan.
Sampai dengan masa dimana Portugis dan Belanda mulai masuk ke nusantara, Kerajaan Islam menjadi tembok pertama dalam menghalau penjajah. Peran para ulama dari Kerajaan Islam saat itu juga angat krusial dalam menanamkan keyakinan tentang perang dan membela negara. Tidak mengherankan dapat para ulama kemudian menjadi inspirasi para pemuda dan masyarakat generik dalam menghalau penjajah.
Kerajaan Islam Pertama
Kerajaan Islam di Indonesia mulai berkembang sejak abad ke 13. Hal ini ditandai dengan beradirinya Kerajaan Samudera Pasai nan dianggap sebagai salah satu kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini berdiri di kawasan Pasai, Aceh di pesisir pantai Sumatera. Dari pesisir Aceh ini kemudian berangsur-angsur pengaruhnya mulai dirasakan ke wilayah lain seperti Padang, Palembang, bahkan sampai ke negara tetangga nan terletak di Malaka.
Pendiri kerajaan Samudera Pasai ialah Marah Silu nan bergelar Sultan Malikus Shaleh. Sultan ini juga sekaligus menjadi raja pertama di Samudera Pasai. Sayangnya, tak banyak sejarah nan dapat digali dari kerajaan ini. Sebab, berbeda dengan jaman kerajaan Hindu-Buddha nan banyak meninggalkan prasasti, Samudera Pasai sebagai kerajaan Islam tak mengenal budaya prasasti sebab dianggap sebagai sebuah kepercayaan berbau animisme. Dengan demikian menelusuri kebesaran Samudera Pasai lebih banyak berdasarkan cerita rakyat atau kisah dari mulut ke mulut.
Setelah Samudera Pasai, bermunculan beberapa kerajaan Islam lain di tanah air. Di antaranya ialah Kerajaan Aceh nan merupakan kelanjutan dari Samudera Pasai. Kerajaan Aceh berdiri di daerah Aceh, dan hingga kini peninggalannya masih dapat ditemui di kawasan Banda Aceh.
Di tanah Jawa sendiri dikenal salah satu kerajaan Islam terbesar. Kerajaan tersebut berada di kawasan Jawa Tengah, yaitu Kerajaan Demak. Kerajaan Islam ini didirikan oleh Raden Patah. Peninggalan budaya nan ada sejak kerajaan tersebut berdiri salah satunya ialah Masjid Agung Demak nan didirikan oleh Sunan Kalijogo.
Keunikan masjid tersebut ialah tiang penyangganya menggunakan potongan-potongan kayu nan disusun sedemikian rupa sehingga menjadi tiang penyangga. Sementara di Jawa Barat berdiri Kesultanan Cirebon nan didirikan oleh putra dari Sri Baduga Maharaja - Raja Pajajaran. Dari keturunan ini pula kelak lahir Sunan Gunung Jati, salah seorang tokoh dari wali songo.
Setelah Kesultanan Cirebon berdiri, di daerah Jawa Barat lainnya yaitu di Sumedang sekarang, berdiri Kerajaan Sumedang Larang. Kerajaan Sumedang Larang menjadi kerajaan Islam terutama setelah tampuk kepemimpinan dipegang oleh Prabu Geusan Ulun nan melanjutkan kiprah ayahnya, Pangeran Santri.
Namun sebab perselisihan dengan Kesultanan Cirebon pada masa Prabu Geusan Ulun ini, terjadi gonjang-ganjing nan menyebabkan ibukota kerajaan harus dipindahkan. Dengan kejadian ini peran Kerajaan Sumedang Larang dalam menyebarkan agama menjadi terpecah.
Peran Kerajaan Islam
Dalam perkembangannya, kerajaan Islam ini memiliki peran nan sangat besar dalam proses penyebaran agama Islam di tanah air. Beberapa peran dari kerajaan Islam nan dianggap krusial tersebut di antaranya ialah :
- Mengenalkan ajaran Islam kepada penduduk di kerajaan tersebut. Hal ini sangat berpengaruh, sebab dalam sistem kerajaan, agama pilihan seorang raja niscaya akan dianut oleh rakyatnya. Dengan demikian penyebaran agama Islam meningkat pesat setelah agama Islam dianut oleh raja dan keluarga istana. Masyarakat juga semakin bergairah buat mengamalkan agamanya sebab tidak perlu merasa takut dicap sabagai pengganggu ketertiban hanya sebab berbeda keyakinan dengan raja. Peran kerajaan Islam juga semakin besar dalam memajukan agama baru ini, terutama setelah terjalin persaudaraan dengan kerajaan lain - baik nan telah menganut Islam atau belum - melalui ikatan pernikahan. Cara ini termasuk brilian, ibarat pepatah sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampau. Dengan terjadinya ikatan perkawinan antara dua kerajaan, akan menambah kekuatan secara politik, ekonomi, dan tentu saja akan semakin besar pula pengaruhnya buat memajukan agama Islam ini.
- Memudahkan transaksi perdagangan dengan para pedagang dari kawasan Timur Tengah. Pada saat itu, para pedagang dari Gujarat kerap berkelana hingga daerah nan jauh buat berdagang. Dan dengan adanya kerajaan Islam, maka ada kecenderungan budaya dari kedua belah pihak sehingga lebih memudahkan dalam menjalin hubungan. Pada saat itulah transaksi perdagangan dan pertukaran barang-barang buat kebutuhan sehari-hari ini semakin meningkat. Selain itu terjadi pula akulturasi budaya nan berlangsung secara perlahan tanpa gejolak. Islam telah memberi rona pada kehidupan sehari-hari masyarakat saat itu.
- Mengubah budaya upeti nan banyak digunakan di jaman kerajaan sebelumnya. Sehingga hal ini memberikan kemudahan pada rakyat sebab tak lagi mendapatkan beban membayar upeti kepada penguasa secara berlebihan. Kalaupun kerajaan memerlukan penggalangan dana, maka nilainya menjadi berbeda sebab dalam Islam menyumbang kepada pihak lain merupakan tindakan nan mulia, dan hanya Allah SWT nan akan membalas dengan cara nan tidak pernah diketahui bahkan tidak pernah dibayangkan oleh orang nan memberi sodaqoh tersebut. Upaya memakmurkan rakyat menjadi tujuan kerajaan nan lebih mudah diwujudkan. Tentu saja berbeda dengan sistem kerajaan sebelumnya dimana rakyat menjadi pengabdi kepada kerajaan dan kerajaan tak secara otomatis mencari upaya buat mensejahterakan rakyatnya.
- Menciptakan tata kehidupan baru nan lebih sinkron dengan apa nan ada pada ajaran Islam. Islam sebagai agama baru dengan mudah diterima sebab tata nilai dan sistem di dalamnya terasa lebih adil. Masing-masing individu memiliki kesempatan nan sama buat menempati derajat nan tinggi di mata Tuhan, tanpa membedakan latar belakang budaya, suku dan keturunan. Sesuatu nan tidak pernah terbayangkan akan dapat diwujudkan dalam kondisi dan sistem kerajaan sebelumnya. Demikian pula dalam tata pergaulan sehari-hari, interaksi antar individu menjadi lebih baik, sopan santun dianggap sebagai akhlak mulia, sehingga setiap individu memiliki keinginan buat meraihnya. Dalam bidang keamanan, kerajaan Islam memiliki kewajiban buat menciptakan kedamaian kepada seluruh rakyat, sehingga dalam melakukan kegiatan sehari-hari tak akan terganggu dengan ancaman keselamatan.
Kerajaan-kerajaan Islam di Aceh
Peninggalan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia bisa kita lihat dari bangunan dan masjid-masjid. Selain itu agama nan paling banyak di anut oleh orang Indonesia ialah agama Islam. Hal tersebut tentu menggambarkan betapa Islam bisa diterima dengan baik oleh nenek moyang kita.
Ajaran Islam nan mengajarkan kecenderungan derajat, saling membantu antara si kaya dan si miskin, dan ajaran-ajaran lainnya ternyata mampu membuat banyak orang tertarik. Mereka mulai memeluk agama Islam sampai lahirlah beberapa kerajaan Islam di Indonesia. Kerajaan bernuansa Islam memberikan banyak pengaruh mulai dari pendidikan dan kebudayaan di Indonesia.
Kerajaan Islam - Perlak
Perlak merupakan salah satu daerah nan terletak di Aceh. Daerah ini terletak di pesisir timur Aceh. Lahirnya kerajaan Islam di Perlak bermula dari datangnya pedagang dari Gujarat pada tahun 173 Hijriyah atau 800 Masehi. Rombongan saudagar tersebut menyebarkan ajaran Islam. Ajaran Islam memang selalu disebarkan dengan cara cinta damai sehingga banyak orang nan mulai tertarik dan mau mengikuti dan masuk ke dalam agama ini.
Setelah beberapa puluh tahun, perkembangan Islam mulai terlihat dengan banyaknya keturunan agama Islam di daerah Perlak. Umat Islam Perlak akhirnya mampu mendirikan kerajaan islam di negeri Perlak. Kerajaan tersebut tepatnya didirikan pada bulan Muharram tahun 225 H atau 840 Masehi. Pemimpin kerajaan di Perlak ialah seorang Sultan. Sultan nan pertama dipilih merupakan keturuna Arab dan Perlak nan bernama Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah.
Kota Bandar Perlak kemudian diubah namanya menjadi Bandar Khalifah. Hal tersebut buat mengenang Nakhuda Khalifah, saudagar dari Gujarat nan pertama kali menyebarkan agama Islam di Perlak. Bandar Khalifah saat ini masih dapat kita kunjungi di Aceh. Sayang daerah tersebut sekarang menjadi dusun kecil nan kurang terkenal. Kerajaan Perlak berakhir pada tahun 1292 Masehi. Kerajaan ini berakhir sebab harus manunggal dengan kerajaan islam lainnya yaitu Kerajaan Samudera Pasai.
Perkembangan Islam di kerajaan ini tidak lepas dari adanya disparitas dalam menganut ajaran Islam. Adanya genre syiah dan sunni sempat menyebabkan permusuhan di dalam kerajaan. Permusuhan tersebut sampai-sampai menyebabkan perang saudara.
Hal tersebut seharusnya tak perlu terjadi. Genre dalam Islam memang sangat banyak namun inti dari Islam ialah Al Quran dan Hadist. Agama Islam merupakan agama nan cinta damai dan rahmat bagi seluruh alam.
Perbedaan genre syiah dan sunni sempat menyebabkan kerajaan ini memiliki dua daerah dengan dua sultan dengan alirannya masing-masing. Kerajaan Perlak akhirnya memiliki satu sultan lagi setelah salah satu dari sultan daerah tersebut meninggal dunia. Masa keemasan kerajaan ini ada pada saat kepemimpinan Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan berdaulat.
Saat masa-masa emas tersebut kerajaan ini mengalami kemajuan baik di bidang pendidikan Islam maupun ekspansi dakwah agama islam. Kerajaan Perlak dapat disebut sebagai kerajaan nan cukup maju. Hal tersebut bisa dilihat dengan adanya mata uang nan mereka miliki.
Berdasarkan peninggalan sejarah, kerajaan ini memiliki mata uang nan berasal dari emas, perak, dan tembaga atau kuningan. Kemajuan kerajaan ini juga bisa dilihat dari sumber daya alam nan dimiliki. Perlak merupakan penghasil kayu perlak. Jenis kayu ini sangat bagus jika digunakan buat bahan standar pembuatan kapal.
Kerajaan Islam - Samudera Pasai
Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam nan juga terletak di Aceh. Letaknya kurang lebih berada di kota Lhokseumawe. Kerajaan ini berdiri pada tahun 1267 oleh Marah Silu. Marah Silu memiliki gelar Sultan Malik as Saleh. Bukti adanya kerajaan ini bisa dilihat dalam kitab Rihlah ila I-Masyriq karya Abu Abdullah ibn Batuthah.
Kesultanan Samudera Pasai runtuh setelah mendapat agresi dari Portugis pada tahun 1521. Masa keemasan kerajaan islam ini terlihat dengan dijadikannya kerajaan sebagai pusat perdagangan krusial di daerah tersebut. pedagang-pedagang dari luar juga sering mengunjungi daerah tersebut.
Pedagang-pedagang nan datang berasal dari Cina, India, Siam, Arab, dan Persia. Barang primer nan diperdagangakan di Samudera pasai ialah lada. Perkembangan agama Islam juga terlihat berkembang dengan baik di kerajaan ini. Samudera Pasai merupakan pusat tamadun Islam di Asia tenggara pada masa-masa itu
Pada masa kerajaan Samudera Pasai berkembang ilmu tasawuf. Buku-buku tasawuf juga sempat diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu. Salah satu buku tersebut ialah Durru al-Manzun karya Maulana Abu Ishak.
Ilmu sastra juga mulai berkembang pada masa kerajaan Samudera Pasai ini. Bahasa Arab sangat mempengaruhi karya sastra pada zaman itu. Mereka memanfaatkan huruf Arab nan dibawa oleh agama Islam dalam bahasa Melayu. Hal itu kemudian disebut dengan bahasa Jawi dan huruf Arab Jawi.
Raja-raja nan pernah berkuasa di Kerajaan Samudera Pasai ialah :
- Sultan Malik Al-Saleh
- Sultan Muhammad Malikul Zahir
- Sultan Ahmad Laidkudzahi
- Sultan Zainal Abidin Malik al-Zahir
- Sultan Shalahuddin
Pada masa pemerintahan Sultan Malik al Saleh, Samudera Pasai menjadi negara nan berkembang dalam bidang maritim. Selain itu perkembangan juga terlihat pada bidang perdagangan dan angkatan perang. Pada pemerintahan Sultan Muhammad Malikul Zahir terjadi penggabungan dengan daerah kerajaan Perlak nan disatukan dengan Kerajaan Samudera Pasai.
Pemerintahan Sultan Ahmad, Samudera Pasai menjadi aktif menyiarkan ajaran Islam ke berbagai negara. Hal tersebut juga berkaitan dengan Sultan Ahmad nan sangat memegang teguh agama Islam nan dianutnya. Kemunduran kerajaan Samudera Pasai terjadi setelah munculnya Kerajaan Malaka. Samudera Pasai akhirnya diduduki oleh Portugis pada tahun 1522. Kerajaan Acehlah nan kemudian menggantikan kerajaan ini sebagai kerajaan maritim.
Kerajaan Islam - Kerajaan Aceh
Kerajaan Islam nan terakhir akan kita bahas ialah Kerajaan Aceh. Dilihat dari namanya tentu kita sudah tahu bahwa kerajaan ini terletak di Aceh, sama dengan 2 kerajaan sebelumnya nan telah kita bahas terlebih dahulu. Kerajaan Aceh lebih dikenal dengan Kesultanan Aceh. Bendera dari kesultanan ini berwarna merah dengan lambang bulan dan bintang serta pedang dibawahnya nan masing-masing berwana putih.
Ibu kota Kesultanan Aceh sama dengan ibukota DI Aceh saat ini yaitu Banda Aceh. Namun nama kota itu dahulu ialah Kutaraja. Pada awalnya kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Lamuri.
Kesultanan Aceh mulai berdiri pada tahun 1496 dengan pemimpinnya yaitu Sultan Ali Mughayat Syah. Kesultanan Aceh berdiri dengan menundukkan dan menyatukan beberapa daerah di sekitarnya.
Masa kejayaan dari Kesultanan Aceh ialah pada saat kepemimpinan dari Sultan Iskandar Muda.
Berkat kepemimpinannya Kesultanan Aceh bisa melawan bangsa Portugis. Kerajaan ini juga sempat memperluas pengaruhnya atas pulau-pulau lain seperti Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Selain pengaruh kekuasaan, Kesultanan Aceh juga mengembangkan agama Islam. Beberapa ulama lahir di kesultanan ini. Ulama-ulama dari Kesultanan Aceh antara lain yaitu Hamzah Fansuri, Syamsuddin al-Sumatrani, Nuruddin Al-Raniri, dan Syekh Abdul Rauf Singkili.
Setelah pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Kesultanan Aceh masih dapat meneruskan masa kejayaannya di bawah pimpinan Sultan Iskandar Thani Ala' al-Din Mughayat Syah. Setelah itu berturut-turut Kesultanan Aceh dipimpin oleh Ratu atau pemimpin perempuan. Pada masa itu Kesultanan Aceh sudah menampakkan masa-masa kemundurannya.
Hal tersebut terjadi sebab adanya konflik di Aceh. Kepemimpinan perempuan oleh ulama Wujudiyah dianggap tak tepat dan tak sinkron dengan ajaran Islam. Kerajaan Islam Aceh berakhir setelah datangnya penjajahan dari negeri Belanda.
Peperangan dengan Belanda telah dilakukan selama lebih dari 40 tahun. Namun akhirnya Kesultanan Aceh harus takluk dan bergabung dengan negara Hindia Timur Belanda. Setelah Indonesia merdeka, Aceh menyatakan bersedia bergabung menjadi bagian dari Republik Indonesia.