Belajar dengan Bisnis dan Bisnis dengan Belajar
Merintis Bisnis
Apapun pekerjaan Anda, alangkah baiknya jika Anda juga merintis bisnis. Anda dapat menjadikannya sebagai penghasilan primer ataupun alternatif penghasilan. Bisnis dapat menjadi alternatif penghasilan jika tiba-tiba Anda mendapatkan masalah pada pekerjaan pokok, atau bisnis dapat menambah penghasilan nan tidak mencukupi buat memenuhi seluruh kebutuhan hayati Anda. Tidak ada teori nan dapat dikatakan paling tepat dalam berbisnis. Ada nan mengikuti satu teori, tetapi malah gagal. Ada nan tak menggunakan teori apapun, juga gagal.
Bisnis itu harus dijalankan dan nantinya akan menemukan sendiri jalan nan paling pas buat dirinya. Ketika masa perjuangan itu dilalui dengan baik, biasanya keberhasilan akan terasa sangat nikmat. Tidak sedikit nan mengatakan bahwa ia memulai bisnis dari sangat bawah. Ia menjadi seorang tukang cuci piring di sebuah restoran, hingga akhirnya memberanikan diri membuka restoran sendiri. Selanjutnya, restoran itu semakin dikenal dan semakin hari terus bertambah omzetnya.
Jumlah karyawan pun semakin banyak. Sebaliknya, ada nan hanya membuka warung tenda dan belum juga ada perubahan. Semua ini ialah proses nan tidak dapat terhindarkan. Nasib masing-masing orang itu memang berbeda. Kurang adil jug akalau mengatakan bahwa ada orang nan kurang bekerja keras atau ada orang nan tak kerja dengan cerdas. Siapa nan mau membanting tulang terlalu keras tetapi hasilnya tak maksimal.
Kalaupun ada nan dapat mengatakan bekerja cerdas, itu artinya ia mendapatkan kemampuan lebih dalam mengolah otaknya sehingga menemukan cara nan jitu buat mendapatkan laba nan maksimal. Kecerdasan itu diciptakan dengan kapasitas nan berbeda-beda. Itulah mengapa manusia dapat saling membantu. Melihat bisnis ini seharusnya dengan hati dan buakn dengan mata. Ketika bisnis dijalankan dengan hati, maka bisnis ini akan menjadi jalan amal nan melimpah.
Orang nan menjalankan bisnis dengan hati, tak akan menyakiti orang lain atau tak akan berusaha mematikan bisnis orang lain. Persaingan tetap menjadi suatu persaingan sebab bisnis tanpa persaingan, bukanlah bisnis. Persaingan ini guna membuat dan melakukan nan terbaik bagi konsumen agar mereka mendapatkan nan terbaik juga dari apa nan telah mereka keluarkan. Dengan demikian, konsumen bahagia dan akhirnya akan terus berhubungan dengan bisnis nan dikelola dengan hati tersebut.
Bisnis dengan hati akan dirasakan dengan baik oleh para konsumen. Mereka tahu bahwa kepentingan mereka diperhatikan. Ketika pencerahan bahwa kepentingan mereka diperhatikan, mereka akan berusaha buat tetap menjadi konsumen nan setia. Bentuk perhatian ini juga dapat tercermin dari produk nan dihasilkan. Produk tersebut ialah produk nan banyak dibutuhkan oleh konsumen. Penemuan nan terus digali akan membuat orang berpikir bahwa bisnis dengan hati ini tak akan ada matinya.
Rintislah bisnis dengan bidang nan dicintai. Jangan membuat bisnis nan tak disukai. Biarkan orang membayar apa nan disukainya dan pebisnis melakukan bisnis tanpa rasa lelah sebab ia merasa seperti sedang melakukan tamasya saja. Ia senang dengan bisnisnya dan tak merasa bosan berada dalam lingkungan orang-orang nan diajaknya berbisnis. Inilah salah satu kunci nan harus diingat agar bisnis tetap berjalan dengan baik.
Bisnis Itu Ladang belajar
Alangkah baiknya jika Anda mempersepsikan bisnis dengan sebenar-benarnya. Persepsi Anda terhadap bisnis nan sedang Anda jalani akan berlanjut pada obsesi, dan akan mempengaruhi daya tahan Anda saat menjalani bisnis tersebut. Selain itu, dari persepsi dan obsesi nan benar, Anda akan bisa merumuskan ide-ide cemerlang bagi kelangsungan bisnis Anda tersebut.
Salah satu tokoh pebisnis pernah menyarankan, saat kita menjalani bisnis, niatkanlah bisnis sebagai wahana pembelajaran, bukan sebagai wahana mencari uang. Jika tujuan bisnis kita ialah uang, hanya ada dua kemungkinan nan akan menghampiri kita. Pertama, kita akan mendapatkan uang dalam jumlah nan besar, atau kita akan kecewa berat sebab tak mendapatkan apa-apa. Berbeda kalau bisnis dianggap sebagai loka belajar. Yang niscaya didapatkan ialah ilmu. Dengan ilmu itu semua hal akan terlihat sebagai sesuatu nan biasa saja.
Bila tak mempunyai ilmu, maka suatu bisnis akan terasa sangat berat. Kalau tahu ilmu, mau berhubungan dengan pihak bank, mudah saja. Mau berhubungan dengan oarng-orang nan sekiranya dapat memberikan modal, biasa saja. Pemasaran juga biasa saja. Coba kalau tak mempunyai ilmu, semua hambatan dianggap berat dan malah akan menghadang. Padahal jalan nan telah dilalui itu sebenarnya cukup lapang. Buktinya banyak orang nan berbisnis dibidang itu. Inilah mengapa bisnis ini ialah ladang pembelajaran.
Bila mengalami kebangkrutan, hal ini pun suatu pembelajaran. Kalau bisnis tak dilakukan dengan sungguh-sungguh atau kalau hanya sekedar mencari kesibukan, bisnis ini menjadi sesuatu nan kurang menyenangkan. Mau coba-coba dalam bisnis boleh, tetapi tak boleh keterusan. Sine qua non konsep nan konkret apa nan akan dijadikan bisnis. Riset pasar dilakukan, pengamatan dan pembelajaran tentang akuntansi dan perpajakan juga terus dilakukan.
Tanpa mengetahui banyak hal nan berkaitan dengan bisnis, dapat jadi malah bersentuhan dengan hukum. Bagaimana kalau memang harus bersentuhan dengan hukum atas dasar ketidaktahuan. Hanya Tuhan nan mau memaafkan tanpa memberikan sanksi kepada orang nan tak tahu. Manusia ternyata sangat sombong. Melakukan sesuatu nan melanggar hukum tetap akan dihukum walaupun telah mengatakan bahwa tak tahu sama sekali tentang hal tersebut.
Jadi nan perlu kita camkan dalam diri kita, bahwa bisnis ialah wahana pembelajaran. Belajar tentang bagaimana berhubungan dengan banyak orang, bagaimana membujuk, bagaimana memperluas jaringan, bagaimana meningkatkan mutu, bagaimana memperlakukan karyawan dengan baik, dan bagaimana tetap bertahan dalam kegundahan bisnis nan terkadang mengganggu pikiran. Inilah bisnis dan bisnis ini tak boleh dianggap seperti racun.
Belajar dengan Bisnis dan Bisnis dengan Belajar
Saat kita menjalani masa-masa awal dalam global bisnis, tentu banyak kegagalan dan kesalahan nan kita hadapi. Segala kegagalan dan kesalahan itu akan menjadi pembelajaran nan berarti bagi kelanjutan bisnis kita. Hal itu terjadi jika kita memang meniatkan bisnis buat pembelajaran. Atau memahami bisnis ialah wahana pembelajaran.
Jikalau dalam waktu seketika kita mendapatkan laba nan melimpah, itu harus dijadikan bahan pembelajaran buat meningkatkan prospek penghasilan. Oleh sebab bisnis sebagai wahana pembelajaran, semua dinamika Anda selama menjalani bisnis tersebut akan Anda jadikan sebagai bahan pembelajaran buat terus memperbaiki diri Anda dan bisnis Anda.
Menjadikan bisnis sebagai wahana belajar juga sebagai salah satu antisipasi agar pada saat gagal, Anda tak langsung segera mundur. Justru hal itu akan semakin memacu Anda buat terus fight dan terus belajar. Bisnis sebagai wahana belajar juga akan membuat Anda menjalankan bisnis tak dengan kepala kosong. Semuanya dijalankan dengan penuh perhitungan.
Hanya saja sekarang pertanyaannya, “Kepada siapa Anda akan belajar bisnis?” Dapatkan Pembelajaran dari AsianBrain.com. Apabila Anda serius buat menggeluti global bisnis, tak ada salahnya bagi Anda buat belajar di AsianBrain. Jadikan bisnis sebagai pembelajaran. Dan saat menjalani bisnis di AsianBrain, Andalah nan menentukan, apakah bisnis ini sebagai tambahan penghasilan ataukah sebagai penghasilan pokok.
Dalam menjalankan bisnis, Anda harus mengetahui betul medannya, sehingga Anda dapat memetakan langkah-langkah nan akan Anda tempuh. Dengan demikian, Anda juga dapat merancang dengan lebih logis lagi tentang laba nan ingin Anda capai dari aktivitas bisnis Anda. Di sinilah Anda dapat belajar pada AsianBrain. Pembelajaran semacam itu memang dapat Anda dapatkan di AsianBrain. Saat ini juga, aku tantang Anda, jika memang sungguh-sungguh ingin mempelajari global bisnis, segeralah bergabung dengan AsianBrain.
Oleh sebab bisnis ialah pembelajaran, tidak ada salahnya Anda belajar bisnis dari AsianBrain. Dapatkan pembelajaran bisnis dari AsianBrain demi kesuksesan masa depan Anda!