Tarian Zapin - Tarian Hati

Tarian Zapin - Tarian Hati

Tarian Zapin ? Sebagian dari Anda mungkin cukup asing dengan nama tarian satu nan lain bukan? Mengingat, rasanya memang belum terlalu banyak acara atau pertunjukkan nan menampilkan tarian Zapin di Indonesia.

Indonesia memang negara dengan sejuta budaya. Memiliki aneka budaya nan salah-salah dapat belum terkuak semuanya. Sebagai negara nan memiliki rumpun Melayu, kebudayaan Indonesia nyatanya mendapat pengaruh nan cukup besar dari kebudayaan lain nan juga masih satu rumpun. Tarian Zapin ini ialah salah satu buktinya.

Mengenal tarian Zapin, sama saja mendekatkan kita kepada salah satu kebudayaan Melayu. Tidak ada nan salah dengan hal ini, mengingat tarian Zapin memang salah satu "produk" dari kebudayaan Melayu. Satu hal nan identik dengan kebudayaan Melayu ialah gerakan nan serba lambat, dan suara nan mendayu-dayu. Anda sepakat? Jika tidak, maaf.

Pada kenyataannya, sebagian besar bentuk dari kebudayaan Melayu memang seperti itu. Lihat saja lagu-lagu khas Melayu, sebagian besar mendayu-dayu. Melambangkan estetika nan dibalut dengan kesenduan. Anda tahu lagu Laksmana Raja di Laut ? Ya, kurang lebih seperti itulah citra lagu Melayu kebanyakan.

Pada 2003, lagu ini menjadi tenar dan melambungkan penyanyinya, Iyeth Bustami. Diiringi rentak zapin Melayu berwarna dangdut, memikat siapa pun pendengarnya. Perbedaan makna dari tarian Zapin sedikit banyak terasa dalam lagu Iyeth Bustami.

Ya. Lagu nan kental dengan irama Zapin, tarian khas dari pesisir Melayu, memang memikat. Meskipun lagunya dikreasikan dengan gendang dan suling dangdut, tak memudarkan harmoni khas dari tarian Zapin.

Tepakan marwas (gendang kecil) dan petikan gambus serta lantunan syair-syair Melayu nan sarat petuah, ialah hal-hal nan identik, layak dan lumrah terdapat di setiap gerakan tarian Zapin.

Bagaimana, sudah terbayangkan betapa kentalnya perbedaan makna Melayu dalam tarian Zapin ini? Bahwa rentak kendang nan bertalu, menggambarkan gerakan dari tarian Zapin nan juga niscaya khas. Setelah membayangkan gerakannya, Anda juga niscaya cukup dapat mengira-ngira baju homogen apa nan digunakan ketika melakukan tarian ini. Tentu saja, sebuah baju khas Melayu.



Dari Hadramaut Tarian Zapin Berasal

Tarian Zapin ialah seni nan dibawa oleh para pedagang dan pelancong dari Hadramaut, Yaman (Arab Selatan) pada abad ke-13 Masehi. Sembari berdagang dan menyebarkan Islam di pesisir Nusantara, mereka turut serta membawa Zapin.

Wajar, ketika seorang berada di daerah nan baru, entah buat menetap atau singgah, bukti diri orisinil tetap tak dapat ditinggalkan. Begitupun dengan para pedagang dari Arab tersebut. Sembari berdagang, kebutuhan mereka terhadap seni pun harus tetap terpenuhi, tarian Zapin kemudian dianggap sebagai salah satu budaya nan dapat memenuhi hasrat mereka.

Berawal dari Norma para pedagang tersebut, tarian Zapin perlahan mulai menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia. "Aroma" tarian Zapin pun dirasakan satu selera oleh masyarakat Indonesia, sehingga sangat mudah diterima oleh masyarakat Indonesia.

Pada abad ke-16 Masehi, tarian zapin semakin berkembang pesat. Menyebar seiring dengan makin meluasnya Islam di pesisir timur dan barat Sumatera (Medan, Jambi, Palembang, Lampung), Semenanjung Malaya (Johor, Singapura), kepulauan Riau, pesisir Kalimantan dan Brunei Darussalam, Pesisir Jawa (Surabaya, Pasuruan, Situbondo, Banyuwangi, Madura), hingga ke kawasan timur Indonesia (Ambon, Nusa Tenggara), dan Filipina.

Tarian Zapin menjadi sebuah tarian nan akhirnya menyebar hingga ke berbagai pelosok nusantara, bahkan termasuk ke negara tetangga. Iramanya nan dianggap satu dengan berbagai kebudayaan orisinil nan ada di Indonesia menjadi kekuatan tersendiri.

Oleh karena itu, seni tari dan musik ini punya banyak nama. Sebutan tarian Zapin dijumpai di Sumatera Utara dan Riau, sebutan dana buat tarian Zapin di Jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebutan bedanne buat tarian Zapin di Lampung, zafin di Jawa, jepen di Kalimantan Timur, jepin di Kalimantan Barat, jippeng di Sulawesi, danna-danni di Nusa Tenggara, dan danna di Ambon.

Tarian Zapin memang memiliki nama-nama nan berbeda di setiap wilayah Indonesia. Lagi-lagi disebabkan sebab disparitas budaya itu sendiri. Meskipun demikian, tarian Zapin tetaplah tarian Zapin. Sebuah tarian nan berakar pada budaya Arab dan Melayu nan kental.

Dalam hal gerakan, tarian Zapin juga memiliki banyak ragam mobilitas tari meskipun mobilitas dasarnya sama. Ini jadi bukti bahwa tarian Zapin cepat berakulturasi (berbaur) dengan budaya lokal. Menyesuaikan dengan kebudayaan lokal. Mengingatkan kita semua akan pepatah nan berbunyi, di mana langit dijunjung, di situ bumi dipijak.

Tarian Zapin sendiri berarti mobilitas atau langkah kaki, berakar dari kata Arab, zafan . Ditarikan penari lelaki berbaju kurung atau cekak musang nan dililit kain sarung atau songket di pinggang. Gerakan tarinya cepat, dengan kaki seperti melayang-layang.

Penari biasanya sendirian dengan iringan musik dari kendang dan gambus besar nan disebut 'ud . Tarian Zapin dapat juga dilakukan berkelompok, ditingkahi syair-syair Arab sebagai pengiring. Tarian Zapin nan dilakukan berkelompok ini cenderung akan lebih seru buat dinikmati. Ketika bukan hanya satu atau dua orang nan menari, maka nan tercipta ialah keseruan.

Dalam perkembangannya, irama musik dan mobilitas diulang-ulang nan dimiliki oleh tarian Zapin ini cenderung monoton. gerakan nan cenderung terus-menerus tersebut kemudian mengalami perubahan. Mulai perubahan alat musik, Tarian Zapin Arab ini perlahan mulai disusupi rona Melayu.

Jika tarian Zapin Arab menggunakan 'ud yang bulat besar, tarian Zapin Melayu memakai gambus nan lebih pipih. Kendang ukuran ekstra pun dimungilkan jadi marwas (gendang kecil).

Hasilnya, irama dari tarian Zapin menjadi soft (lembut) terdengar. Rona nada turun-naik nan dihasilkan dari gambus berpadu apik dengan tempo rancak dari marwas. Cengkok Melayu mendayu-dayu selaras dengan bait-bait pantun atau syair nan dinyanyikan berulang-ulang.

Begitupun dengan penari dan seni mobilitas (koreografi) dari zapin. Sebelumnya, tarian Zapin hanya dibawakan penari laki-laki dan hanya dipertunjukkan bagi kalangan istana (kesultanan Islam di Nusantara).

Geraknya pun santun, dibawakan dengan badan agak membungkuk (penghormatan bagi keluarga raja). Gerakan tari nan lembut, langkah kaki dan mobilitas tangan rapat, tak boleh mengangkang, dan tangan tak diangkat tinggi-tinggi.

Sekarang, tarian zapin banyak mengalami perubahan. Tarian nan asalnya lebih cepat, dihaluskan. Gerakannya pun lebih variatif. Memadukan unsur lokal (gerak etnik) dengan perbedaan makna kekinian (modern).

Adapun penari mengenakan teluk belanga atau pakaian kurung nan dililit kain sarung di pinggang, khas pakaian Melayu. Tarian Zapin pun kini biasa ditarikan oleh laki-laki dan perempuan. Syair Arab nan digunakan diubah jadi bahasa Melayu.



Tarian Zapin - Tarian Hati

Tarian Zapin telah jadi ikon budaya Melayu. Sudah jadi hiburan rakyat. Tak hanya menguatkan bukti diri lokal, zapin mengandung filosofi kehidupan nan mendalam.

Irama zapin layaknya genre sungai atau gelombang (lembut dan berulang-ulang), menyiratkan seni nan penuh kehalusan dan kelembutan. Ibarat taman rasa, tarian Zapin bisa melatih seseorang buat peka terhadap kehidupan. Membangun kontemplasi serta kearifan nan bisa ditafakuri dari lirik syair-syairnya.

Untuk itu, tidak hiperbola apabila zapin bisa dikatakan sebagai tarian hati. Karena buat menari atau menikmati estetika tarian zapin, harus dari hati (kepekaan perasaan). Dengan cara seperti itu, pandangan hidup berzapin tidak akan pernah redup.