Gigi - Musik Lokal dalam Film Lokal
Ditengah gempuran musik-musik dari luar negeri, musik lokal ternyata masih tetap mendapatkan loka dihati masyarakat Indonesia. Terbukti dengan majunya industri musik Indonesia belakangan ini.
Kreatifitas derta kualitas dari musik lokal nan tak kalah canggih dari musik-musik dari musisi mancanegara menjadi alasan mengapa musik lokal masih dan tetap diperhitungkan hingga kini. Hal primer dari seorang musisi ialah nilai rasa dalam meramu sebuah lagu, dan jika nilai rasa nan dimiliki musisi tersebut masih bagus, maka musik nan diciptakannya pun juga akan bagus.
Beragam jenis musik lokal Indonesia kini tersaji di pasar. Masyarakat Indonesia bebas memilih, genre musik mana nan mereka sukai. Berbicara mengenai pengaruh, musik lokal sedikit banyak memang mendapatkan pengaruh dari musik internasional. Musik-musik nan dibawa oleh para musisi internasional secara tak langsung ikut menginfluence para musisi lokal buat berkarya.
Musik juga berkembang, layaknya kreatifitas. Sinkron berkembangnya zaman, musik lokal banyak sekali mengalami perubahan. Perubahan dalam artian genre musik lokal nan sudah ada semakin dikembangkan dan melahirkan aliran-aliran musik baru. Semua itu berkembang sinkron dengan perkembangan zaman dan permintaan pasar.
Selera pasar berubah dan tergantung pada perubahan jaman. Di tahun 80-an kita mungkin akan sangat dekat dengan musik-musik dari Slank. Di era sebelumnya musik-musik lokal Indonesia mungkin akan akrab dengan nama-nama seperti Fariz Rm, Vina Panduwinata, God Bless, The Rollies dan lain-lainnya.
Di tahun 90-an musik Indonesia dihadirkan oleh band-band pop rock, sebut saja Dewa 19, Kla Project serta band asal Bandung, Gigi. Kepiawaian mereka memainkan musik rock sangat khas. Hal itulah nan membuat Gigi sebagai band dan musisi nan selalu konsisten dalam mengalirkan karya mereka di musik lokal Indonesia.
Gigi - Produser Musik Lokal Handal
Sebutan produser musik lokal memang ditujukan bagi mereka nan menghasilkan musik-musik lokal. Penghasil musik lokal tentu saja mereka para musisi Indonesia. Dari sekian banyak musisi lokal, Gigi merupakan salah satu nan paling handal.
Sebagai pelaku musik lokal, Gigi cukup banyak menelurkan album. Album mereka juga selalu mendapatkan sambutan nan cukup baik dari masyarakat Indonesia. Musik lokal nan mereka olah pun menjadi sebuah karya nan cukup baik.
Perjalanan Gigi sebagai Produser Musik Lokal
Anggota Gigi pada awalnya ialah Baron dan Dewa Budjana nan bermain gitar. Thomas nan bermain bass, Ronald pada drum serta Arman Maulana sebagai vokalis. Kehadiran Gigi pada awalnya dianggap sebagai band nan mampu menyajikan musik dengan kualitas sangat tinggi. Kelima anggota band ini secara individual memiliki kemampuan menciptakan musik lokal dengan handal.
Baron dengan rocknya. Dewa Budjana dengan musik jazznya, Ronald nan nge-funk dan permainan bass Thomas nan menakjubkan, ditambah vokal Arman nan stabil dan enerjik. Begitu terbentuk pada 1994, mereka langsung meluncurkan album nan diberi judul Angan. Sebuah musik lokal nan diramu dengan berbagai kemampuan tinggi.
Dalam memejukan musik lokal, Gigi mendapat cukup banyak kendala dan rintangan. Lagu-lagu nan mereka ciptakan tak semuanya mendapatkan sambutan nan cukup baik. Lagu hits mereka pada saat itu ialah Angan dan Kuingin . Tapi album pertama mereka kurang berhasil di pasaran.
Di tahun 1995, produser musik lokal ini mengeluarkan album nan diberi judul Dunia . Album ini cukup sukses. Gigi dinobatkan buat mendapatkan penghargaan sebagai kelompok musik terbaik. Tapi pada tahun nan sama, mulai muncul keretakan. Sang gitaris Baron memilih keluar dari Gigi tahun 1996. Setelah itu, giliran Ronald nan tak betah dan Thomas nan mengalami masalah obat-obatan.
Tapi Gigi masih sempat meluncurkan album baru nan diberi judul 3/4 . Meskipun ditinggal anggotanya, album tersebut tetap diluncurkan, mengingat semua pengerjaan musik mereka telah selesai pada saat itu. Meskipun hanya tinggal Armand dan Budjana, pada 1997 mereka kembali meluncurkan album. Mereka dibantu oleh personel baru nan direkrut yaitu Opet nan bermain bass dan Budhi nan bermain drum.
Pada 1998, Gigi meluncurkan album Kilas Balik . Hits mereka pada saat itu ialah Terbang , Kurindukan , Dimanakah Kau Berada Kini . Album mereka laris di pasaran dan berbagai penghargaan pun didapatkan. Pada 1999 grup musik lokal ini pun mengadakan konser besar ditandai dengan peluncuran album terbaru mereka nan diberi judul Baik.
Pada konser tersebut, Thomas kembali mengisi poisi bass nan sebelumnya diisi oleh Opet. Lagu nan menjadi hits di album keenam ini ialah Hinakah. Album ini pada bulan pertamanya terjual 60.000 kopi. Sejak saat itu pula formasi lama Gigi kembali hadir dengan Armand, sebagai vokalis, Budjana sebagai gitaris, Thomas pada bass dan satu personil baru nan dipertahankan yaitu Budhi.
Selang dua tahun kemudian album terbaru Gigi, Untuk Semua Umur dirilis, dengan hits single Jomblo dan Diva . Pada 2002 Gigi meluncurkan album The Best mereka nan merupakan kompilasi dari lagu-lagu hits mereka. Kumpulan majemuk ramuan musik lokal nan diciptakan dengan sepenuh hati.
Di album ini ada dua lagu baru yaitu Andai dan Jalan di Bulan . Pada album tersebut Gigi mendapatkan penghargaan platinum dari label mereka, sebab album tersebut telah terjual diatas 300.000 kopi. Pada 2003, album berikutnya diberi judul Salam Kedelapan . Lagu-lagu di album ini terasa labih lembut. Sebut saja lagu Jatuh Padamu , Perihal Cinta , dan agak sedikit nge-rock di lagu Ku Cari nan Ku Mau .
Di tahun 2006, album barunya berjudul Next Chapter . Di album ini perbedaan makna rock kembali mulai muncul secara perlahan-lahan dengan hits mereka saat itu ialah Kepastian nan Kutunggu . Gigi juga menampilkan lirik-lirik nan bertemakan sosial. Pada 2007, album Peace, Love and Respect menjadi sebuah perubahan nan membawa Gigi kembali seperti Gigi di awal kemunculannya di musik lokal Indonesia.
Gigi bermain dengan nada-nada nan variatif dan agak terkesan "aneh." Hal tersebut tersaji di lagu Nakal , sedangkan lagu 11 Januari mengalir dengan nada nan lebih ringan. Berikutnya, album Self Titled dari Gigi, dengan hits Ya, ya, ya , serta lagu My Facebook .
Di album Self Titled ini, Gigi sudah total kembali pada awal mereka terbentuk. Karakter Gigi sebagai salah satu band rock pun muncul. Gigi punya karakter sendiri. Sampai-sampai ada nan mengatakan bahwa musik nan dimainkan Gigi "sulit" dimainkan oleh orang lain.
Tapi itulah keunikan Gigi. Selain itu, ketika tampil dalam setiap konsernya, Gigi selalu menunjukkan performa nan seratus persen dan tak pernah tanggung-tanggun. Hal itulah nan membuat Gigi terus dewasa dan matang dalam menciptakan karya-karyanya bagi musik lokal Indonesia.
Gigi - Musik Lokal dalam Film Lokal
Pada 2004, Gigi dipercaya menggarap soundtrack buat sebuah film. Tapi sayangnya pada kesempatan itu Budhi memutuskan keluar dari Gigi. Penggantinya Hendy nan menjadi drumer Omelette. Hendy pada saat itu hanya bertugas menyelesaikan materi-materi lagu saat di studio.
Album buat soundtrack film ini jauh lebih lembut dari album Salam Kedelapan . Materi lagunya berasal dari beberapa lagu lama Gigi nan didaur ulang, sedangkan lagu baru nan diciptakan ialah Bisa Saja dan Cinta Terakhir .
Sebuah film garapan Riri Riza kembali memercayakan Gigi buat membuat soundtrack sebuah film. Kali ini film Sang Pemimpi menjadi garapan group musik lokal ini. Perpaduan antara musik lokal dengan film lokal semakin menunjukkan kualitas dari industri hiburan di Indonesia nan semakin baik.