Keberagaman Makna Berbeda-beda Tunggal Ika

Keberagaman Makna Berbeda-beda Tunggal Ika

Pernahkah Anda berpikir dari mana kata Bhineka berasal? Berbeda-beda Tunggal Ika , Slogan kudus negara kita, Indonesia. Berbeda-beda Tunggal Ika seolah-olah muncul dan hayati di tengah-tengah kehidupan bangsa Indonesia. Sebuah bangsa nan keberagamannya menjadi jiwa kehidupan berbangsa dan bernegara.



Cerita Masa Lalu Tentang Berbeda-beda Tunggal Ika

Kata Berbeda-beda sebenarnya lahir jauh sebelum bangsa ini merdeka. Dilihat dari katanya, Berbeda-beda Tunggal Ika, sudahlah barang tentu, tak berasal dari bahasa Indonesia atau bahasa Melayu sekalipun nan menjadi cikal bakal bahasa Indonesia. Kata Berbeda-beda Tunggal Ika diilhami oleh salah satu bait nan digubah oleh Mpu Tantular, seorang pandai atau pujangga nan hayati pada zaman Kerajaan Majapahit.

Istilah Bhineka Tunggal Ika bisa ditemui pada syairnya nan terkenal yakni “Kakawin Sutasoma”. Bila diartikan, istilah Berbeda-beda Tunggal Ika berarti ”Berbeda-beda namun satu jua”. Istilah Berbeda-beda Tunggal Ika sendiri merupakan cuplikan dari kisah Sutasoma nan menurut riwayat dan keyakinan pengikut Budha ialah Budha itu sendiri.

Dalam kisah Sutasuma nan melahirkan istilah Berbeda-beda Tunggal Ika tersebut, diceritakan bahwa Sutasoma dihadapkan pada situasi nan membuatnya harus berpikir jernih. Sutasoma harus berhadapan dengan seorang raksasa nan suka makan daging manusia. Alkisah menceritakan seorang Sutasoma rela berkorban demi membebaskan 100 raja nan ditawan buat dijadikan sang Raksasa.

Kisah ini ditulis dengan latif melalui sebuah syair nan memuat kata “Bhineka Tunggal Ika” di dalamnya. Kisah nan menceritakan tentang pengorbanan dan cinta kasih seorang raja buat menyelamatkan raja lainnya. Kisah nan menyemburatkan pelajaran dan hikmah di dalamnya.

Dalam salah satu kesempatan, Bung Karno (Proklamator Kemerdekaan Indonesia) begitu terpana dengan kisah nan menceritakan pengorbanan Sang Raja Sutasoma. Pengorbanan dan kemajemukan menjadi karakteristik khas bangsa Indonesia nan tak dapat ditawar-tawar. Oleh sebab itu, semangat pengorbanan demi sesuatu nan lebih besar harus selalu dipupuk dan disemai ke seluruh Nusantara. Berbeda-beda Tunggal Ika pun lahir.

Jiwa bhineka seperti dalam kata Berbeda-beda Tunggal Ika harus menjadi inti perjuangan setiap kegiatan berbangsa dan bernegara. Bukankah bangsa nan baik ialah bangsa nan mau mengambil pelajaran dan menghargai sejarah bangsanya sendiri? Dan Sudah barang tentu, sejarah Berbeda-beda Tunggal Ika ada dalam sejarah kebangsaan Indonesia. Karena sejatinya, sejarah Majapahit juga merupakan sejarah bangsa Indonesia.



Bhineka Tunggal Ika - Lambang dan Slogan Indonesia

Bagi bangsa Indonesia, burung Garuda bukan hanya sekadar burung imajinasi nan mengudara. Burung Garuda dinisbatkan sebagai lambang negara. Sebagai sebuah lambang negara, konsekuensi logisnya ialah kewajiban buat setiap institusi di Negara Indonesia harus menggunakan lambang negara tersebut, Garuda Pancasila. Dalam lambang negara tersebut, kita dapat melihat jelas tulisan Berbeda-beda Tunggal Ika.

Namun, pernahkah Anda berpikir apa dan bagaimana proses terciptanya lambang negara nan di dalamnya ada slogan negara kita, Berbeda-beda Tunggal Ika? Sebagai sebuah bangsa besar, Indonesia tentunya harus memiliki bukti diri diri.

Indonesia ialah sebuah negara nan kuat dan besar. Garuda Pancasila dianggap mewakili dan menjadi citra utuh masyarakat Indonesia. Bila dilihat secara detil, terdapat tiga bagian krusial dari lambang negara kita tersebut yakni gambar burung garuda, sebuah perisai pancasila, dan pita bertuliskan Berbeda-beda Tunggal Ika.

Beragam ras, entik, suku, dan agama tumbuh dan hayati di bumi Indonesia. Untuk mengikat itu semua, tentunya diperlukan pengikat yakni dasar negara dan falsafah atau slogan negara. Pada Garuda Pancasila, kelima sila nan menjadi dasar negara “dijaga” dalam sebuah perisai. Kaki Garuda mencengkram pita nan bertuliskan Berbeda-beda Tunggal Ika.

Pita tersebut berwarna putih nan dapat menggambarkan kesucian dan kebersihan bangsa Indonesia buat hayati dalam keberagaman sebagaimana disebutkan pada kalimat Bhineka Tunggal Ika . Selain itu, pencegkraman pita tersebut oleh kaki Garuda, menggambarkan tekad nan kuat buat senantiasa memegang teguh slogan negara dan hayati dalam keberagaman, bangsa Indonesia.



Keberagaman Makna Berbeda-beda Tunggal Ika

Keberagaman (Pluralitas) makna nan terkandung dalam istilah Berbeda-beda Tunggal Ika sungguh begitu dalam. Para pendahulu dan pendiri negara ini tentunya sudah mengenal betul setiap potensi dan ciri bangsa Indonesia. Dengan beragamnya bangsa nan hayati di nusantara, bukan hal mudah tentunya mempersatukan dan meyakinkan bahwa mereka hayati di bawah naungan bendera nan sama, Indonesia.

Terbentang luas dari Sabang sampai Merauke dan Mianggas sampai Pulau Rote, Indonesia dengan segala potensinya bisa menjadi negara besar dan kuat seperti asa para founding father negara kita nan tercermin dari lambang negara, Garuda Pancasila. Bhineka tapi satu, Berbeda-beda Tunggal Ika.

Keberagaman ialah sebuah keniscayaan. Keniscayaan nan tak dapat ditawar. Berbeda-beda atau bhineka tak menjadi soal terutama bila setiap komponen bangsa menyadari bahwa mereka memang berbeda. Tidak hanya dalam lingkup bernegara, dalam lingkup keluarga saja disparitas kerap kali bukan menjadi barang langka. Sebuah keniscayaan bila disparitas menghasilkan paduan nan saling menguatkan. Menjadi sebuah Tunggal Ika, dan akhirnya mem-Bhineka Tunggal Ika.

Perhatikanlah sebuah gedung atau jembatan atau benteng nan dibuat oleh manusia. Apakah mereka berasal dari satu bahan bangunan nan sama? Tentunya tidak! Mereka berbeda-beda, bersatu, diaduk, saling menguatkan sehingga tercipta bangunan nan sempurna dan memperindah pandangan mata. Pesan moral nan ada pada kata Berbeda-beda Tunggal Ika jauh lebih paripurna bila masing-masing dari kita mau terjun dan menghayati bahwa sejatinya dalam diri manusia pun menerima sebuah perbedaan.

Bayangkan, apa jadinya bila dalam sebuah negara, masing-masing manusia nan hayati saling bersinergi, tak lagi ada kata si Sunda, Jawa, Sumatera, atau Papua. Sebuah simfoni kehidupan akan tercipta dan terdengar merdu di telinga. Itulah makna dari Berbeda-beda Tunggal Ika nan paling mudah dipahami.

Bila masing-masing manusia di Indonesia mulai sadar bahwa mereka berbeda, maka terciptalah sebuah komunitas nan sadar dan secara sukarela mengatakan bahwa mereka berbeda, dan katakan bahwa mereka butuh dan perlu orang lain buat bekerja. Dimulai dari diri sendiri, bertransformasi ke dalam sebuah keluarga dan pada akhirnya tergabung dalam sebuah komunitas nan lebih besar sampai pada level negara. Berbeda-beda Tunggal Ika pun akan tercapai.

Kata persatuan bukan lagi menjadi barang langka bila kata Berbeda-beda Tunggal Ika dipegang dan dikendalikan secara sempurna. Sebuah persatuan nan tak dapat ditawar apalagi pada posisi bangsa-bangsa nan hayati di negara sangat beragam, peristiwa disintegrasi bangsa tak akan muncul ke permukaan. Sejatinya bila bangsa ini mau dan konfiden bahwa mereka saling manunggal dan mempunyai keyakinan bahwa mereka hayati di tengah keberagaman.

Makna pluraritas (Bhineka Tunggal Ika) sesungguhnya berasal dari kisah kesucian dan pengorbanan Sang Raja Sutasoma di hadapan raksasa nan hendak memakan raja lainnya.



Bhineka Tunggal Ika - Persatuan Indonesia

Telah dibahas sebelumnya, cikal bakal persatuan sejatinya ialah pencerahan bahwa sebuah bangsa hayati di tengah keberagaman. Keragaman nan menyatukan. Itulah frase nan mungkin dapat dijadikan nukilan latif sebuah persatuan. Pada istilah “Bhineka Tunggal Ika”, sebenarnya mengungkapkan persatuan itu sendiri. Bhineka namun tetap satu jua, sebuah frase nan tersusun latif nan harus terus dijaga sampai kapanpun.

Pada perangkat negara nan lain, inti dari Bhineka Tunggal Ika Indonesia sebenarnya juga ada. Perhatikan sila ke-3 pancasila, “Persatuan Indonesia”. Menyadari bahwa Indonesia terdiri dari bangsa-bangsa nan beragam, tentu para founding father negara Indonesia menginginkan keberagaman itu tak dijadikan alasan buat bersatu. Justru keberagaman tersebut bisa dijadikan potensi buat kemajuan bangsa dan negara.