Solusi Untuk Yang Tidak Bisa Muqim
Kemahiran menulis Bahasa Arab bukanlah hal nan sederhana. Kalimat “kemahiran menulis Bahasa Arab” mengandung 3 komponen kemahiran sekaligus! Yakni mahir menulis dengan tulisan Arab (khat), mahir menggunakan bahasa Arab (baik Arab fushah maupun amiyah) dan memiliki kemampuan menulis (yang biasanya dibekali dengan berpikir secara sistematis dan mampu menuangkannya dengan baik dalam untaian kata-kata).
Namun Anda tidak perlu cemas, tidak perlu jauh – jauh bertandang hingga ke negeri 1001 malam itu hanya buat belajar dan meningkatkan kemahiran dalam menulis bahasa Arab Anda. Alasannya yaitu sebab di Indonesia sendiri pun sudah ribuan wadah buat meningkatkan kemahiran dalam menulis bahasa Arab. Wadah nan dimaksud mulai dari pondok pesantren hingga universitas pun ada nan memfasilitasinya.
Tidak ada salahnya para pembaca mengetahui tambahan wawasan mengenai hal ini. Segala tambahan tersebut tentunya akan bisa dimanfaatkan pada suatu saat nanti. Para pembaca akan diajak mengetahui terlebih dulu mengenai bagaimana metode nan digunakan oleh pondok pesantren Al-Ishlah dalam hal ini. Selain itu, bagaimana juga cara nan terbaik bagi mereka nan tak bisa melakukannya dengan bermukim di pondok pesantren.
Bahasa Arab merupakan bahasa nan wajib dikuasai oleh setiap muslimin di dunia, Imam Syafiie mengatakan bahwa bahasa Arab harus dikuasai oleh seorang nan beriman. Oleh karena itu, selama berabad-abad silam bahasa Arab menjadi bahasa resmi negara khilafah nan membentang mulai dari Maroko hingga Asia Tenggara. Di kala itu semua orang pandai menggunakan bahasa Arab karena diajarkan di bangku sekolah dasar hingga pendidikan tinggi.
Bahasa arab tak bisa dipisahkan dari keberadaan Islam, ingatkah sewaktu sholat kita menggunakan kalimat dalam bahasa Arab. Ataupun ibadah lainnya nan bersifat taukifi semisal ibadah haji dimana doa dan loka dimana melakukan ibadah haji bertuliskan dengan bahasa Arab. Oleh sebab itu, kita seharusnya semakin semangat mengkaji dan belajar Islam sekaligus bahasa Arab.
Mengintip Metode Pondok Pesantren Al-Ishlah
Meningkatkan kemahiran bahasa Arab di masing – masing wadah ini tentunya tidak selalu sama. Katakanlah pondok pesantren, tak semua pondok pesantren mengajarkan bahasa Arab dengan cara tradisional. Maksudnya cara tradisional yakni dengan manual book berupa kitab kuning. Sudah tak sedikit pondok pesantren nan mengajarkan anak didiknya dengan fasilitas laboratorium bahasa, contohnya Pondok Pesantren Al-Ishlah.
Pondok pesantren nan terletak di Jl. Raya Jember 17-18 Bondowoso – Jawa Timur ini berdiri sejak 1970. Kini pondok pesantren ini memiliki luas huma 10 hektar. Dalam pondok pesantren ini senantiasa membiasakan santriwan/santriwatinya setiap hari berkomunikasi dengan bahasa Arab dan bahasa Inggris (dengan porsi pergantian penggunaan bahasa tersebut masing-masing 1 minggu).
Setiap minggunya selalu ada praktikum bahasa Arab di laboratorium bahasa. Disana mereka diajarkan mendengar dengan cermat, menerjemahkan, menulis, mengarang cerita, dan lain-lain nan menggunakan bahasa Arab. Dengan begitu kemahiran menulis bahasa Arab mereka akan terasah dan tajam dengan sendirinya. Oleh sebab itu, metodenya ialah memahami ilmunya serta dipraktekkan secara bertahap. Jadi, bukan hanya sebatas ilmu nan diketahui sehingga santri tak bisa mempraktekkannya.
Setiap harinya selepas sholat shubuh berjama’ah, santriwan/santriwati Pondok Pesantren Al-Ishlah dilatih dikenalkan dengan kosa kata baru sinkron dengan jenjang pendidikannya. Setiap bulannya diadakan ujian dalam lembaga ba’da shubuh tersebut buat mereview kosa kata. Selain itu, pelajaran menyusun kalimat dengan sahih nan telah diberikan juga disampaikan oleh para pengajarnya.
Adapula ekstrakurikuler Muhadloroh. Apakah maksudnya? Ekstrakurikuler itu yakni latihan berpidato dalam 3 bahasa 1 minggu 3 kali. Disinilah santriwan/santriwati ditantang buat meningkatkan kemahiran menulis bahasa Arab-nya. Bahkan tidak hanya menulis nan meningkat kemahirannya, melainkan kemampuan public speaking, perbaiki performance di depan umum, mengendalikan emosi dan masih banyak lagi.
Itulah citra dimana para santriwan/santriwati sangat diharapkan meraih sasaran nan ditetapkan oleh wadah belajarnya. Meski terkesan berat, tapi sebenarnya kondisi santriwan/santriwatinya sangat bahagia belajar seperti itu. Alasannya yaitu sebab metode pedagogi dan belajarnya sudah terbentuk hingga menjadi suatu kebiasaan. Belajar bahasa hendaknya dimulai dari memahami serta mempraktekkannya dengan didasari latihan nan cukup.
Semoga citra belajar bahasa Arab di pondok pesantren ini bisa memunculkan motivasi bagi kita nan tak berada dalam pondok pesantren. Jangan beranggapan bahwa siswa nan tak belajar di dalam pondok pesantren akan menemui banyak kesulitan belajar bahasa Arab terutama buat mahir menuliskannya. Semua tergantung pada metode belajar serta penerapan nan sinkron sasaran pembelajaran.
Solusi Untuk Yang Tidak Bisa Muqim
Bagi Anda nan tidak sempat berdiam diri di pondok pesantren, jangan berkecil hati. Mengapa? Karena pondok pesantren pun ada nan tak mengharuskan santrinya buat muqim (menetap) di kawasan pesantren. Contohnya Ma’had Ukhuwah Islamiyah Surabaya nan sudah memiliki peraturan itu. Disana Anda akan mendapat kurikulum nan hampir sama dengan di pesantren, yakni Fiqh, Aqidah, Akhlaq, Tafsir, Bahasa Arab, dan sebagainya.
Dikatakan “hampir” sebab kurikulum pondok pesantren seperti ini menyesuaikan dengan anak didiknya nan miliki keterbatasan waktu, baik dalam kesehariannya maupun lama masa studinya. Adapun normalnya pondok pesantren dapat mencapai kemahiran menulis bahasa Arab plus lancar bicara di depan generik ditambah mampu mengartikan segala macam kitab (tak terkecuali kitab tafsir dalam berbagai versi) ialah 6 (enam) tahun.
Itu memang estimasi waktu normalnya. Namun hal paling krusial ialah maksimal di dalam belajarnya. Jangan hanya mengetahui sasaran teraihnya kemampuan tapi tak pernah berupaya melaksanakannya secara baik. Belajar bahasa Arab termasuk bagaimana menuliskannya termasuk pelajaran nan banyak disukai masyarakat dunia. Apakah buktinya? Berikut ini buktinya.
Keberadaan Islam ialah rahmat bagi seluruh alam. Jadi, bukan hanya umat muslim nan merasakan rahmatnya agama mulia ini, tapi juga umat di luar Islam. Oleh sebab itu wajar saja jika ada pernyataan uniknya, tidak hanya muslim nan tertarik pelajari bahasa Arab, tapi orang non-Islam pun banyak nan mempelajarinya. Tentunya dengan motivasi nan majemuk pula orang non-Islam mempelajarinya.
Namun demikian, hal ini sudah menunjukkan bahwa bahasa Arab termasuk bahasa nan mendunia seperti ulasan sebelumnya. Lalu, jika mereka nan non-Islam saja bersungguh-sungguh pelajari bahasa nan digunakan Al-Qur’an, mengapa kita tak mencobanya?! Itulah hal nan seharusnya menjadi penilaian besar bagi diri sendiri utamanya ketika memegang erat keimanan kita pada agama Islam ini.
Jangan sampai umat Islam jauh dari keislamannya hanya sebab masalah bahasa Arab. Semua mudah dipelajari jika kita mau berupaya maksimal. Bisa dilakukan maksimal di dalam pondok pesantren ataupun di luarnya. Karena itu, dimana pun loka mengkajinya serta memahaminya, semua tak ada batasan. Asalkan mampu mempraktekkannya secara maksimal sehingga bisa mengevaluasi kemampuan.
Saat ini juga banyak bermunculan banyak loka kursus bahasa, terlebih lagi bahasa Arab. Silakan memanfaatkan forum tersebut jika memang tak berada pada metode pendidikan di dalam pondok pesantren. Selamat belajar dan jangan berhenti meski ada hambatan. Ingatlah bahwa orang nan rajin menuntut ilmu termasuk di dalamnya bahasa Arab, tentu akan mendapatkan pahala nan luar biasa tak terhitung banyaknya dari Pencipta alam semesta ini.