Kumpulan Puisi Bertema Pendidikan
Pernah membaca kumpulan puisi bertema pendidikan ? Sebelum membahas kumpulan puisi bertema pendidikan, kita bahas dulu tentang puisi. Kata puisi secara etimologis dalam bahasa Yunani berasal dari poesis nan berarti 'penciptaan'. Dalam bahasa Inggris padanan kata puisi ialah poetry nan erat dengan – poen dan – poem . Coulter menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani nan berarti 'membuat' atau 'mencipta'.
Dalam bahasa Yunani sendiri kata poet berarti 'orang nan mencipta melalui imajinasinya', orang nan hampir menyerupai dewa atau nan sangat menyukai dewa-dewa. Dia ialah orang nan berpenglihatan tajam, orang kudus nan sekaligus merupakan filsuf negarawan, guru, atau orang nan bisa menebak kebenaran nan tersembunyi.
Batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata atau diksi, larik, bait , bunyi dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Kata ialah unsur primer terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata atau diksi nan tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur nan lain.
Kata-kata nan dipilih diformulasi menjadi sebuah larik. Baris atau larik mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa . Larik dapat berupa satu kata saja, dapat frase dapat pula seperti sebuah kalimat . Bait merupakan kumpulan larik nan tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna.
Bunyi dibentuk oleh rima dan irama . Rima atau persajakan ialah bunyi-bunyi nan ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Secara garis besar, unsur puisi dibagi dua, yaitu struktur batin dan struktur fisik.
Kumpulan Puisi Bertema Pendidikan
Sampai saat ini, barangkali berjuta puisi telah dituliskan, baik nan dipublikasikan di buku, koran atau internet bahkan puisi nan hanya menjadi catatan pribadi. Berbagai macam tema bahasan juga dapat diungkapkan melalui puisi mulai dari kehidupan pribadi, budaya, sains, politik, cinta baik terhadap lingkungan, alam atau sesama manusia. Serta ada juga tema tentang pendidikan nan biasanya ditulis oleh anak-anak sekolah.
Berikut ialah kumpulan puisi bertema pendidikan.
Apa Kabar Pendidikan Negeriku
Karya: Dian Hartati
Sampai kini saya tidak tahu
Apakah titel sarjana nan dibangga-banggakan ayahku dulu
Dapat menyambung lambungku, istriku dan anak-anakku
Tujuh Belas tahun sudah segudang uang di lumbung keringat ayah-ibuku
Kuhabiskan di meja pendidikan
Namun saya tetap tidak mampu memberi anak-anakku sesuap makan
Tujuh belas tahun sudah kuhabiskan waktuku di ruang gerah sekolah dan kuliah
Namun tidak memberiku otak brilian dan keterampilan nan sepadan
Aku hanya terampil menyontek garapan temanku
Aku hanya terampil membajak dan menjiplak karya negeri orang
Aku terampil mencuri ide-ide bukannya mencipta
Apa kabar pendidikan negeriku
Adakah kini kau sudah berbenah
Sehingga anak cucuku akan bisa merasai sekolah nan indah
Dan masa depan nan cerah?
Taman Ilmu
Karya Nur Wachid
Musim kemarau panas berkepanjangan
Musim penghujan hujan berdatangan
Itulah hebatnya dirimu
Panas hujan tetap untuk kau berdiri
Kau hanya tumpukan bata merah
Tulang mu hanya dari besi
Seindah dirimu namamu sama
Seburuk bentukmu tidak kurangi gunamu
Kaulah taman kehidupan
Tempat tertanam berjuta ilmu
Bunga merekah terlahir darimu
Hiruk pikuk pendidikan tertelan olehmu
Tanpamu semua tampak bodoh
Alangkah indahnya....
Jika dirimu berdiri dimana-mana
Tanpa ada beda di desa dan kota
Sayangnya kau bukan manusia
Kakimu tertanam di bumi
Tak bisa jalan kemana-mana
Pahlawan Pendidikan
Karya Zaneta NAJ
Jika global kami nan dulu kosong
Tak pernah kau isi
Mungkin hanya ada rona hampa, gelap
tak dapat apa-apa, tidak dapat kemana-mana
Tapi kini global kami penuh warna
Dengan goresan garis-garis, juga kata
Yang dulu hanya jadi mimpi
Kini mulai terlihat bukan lagi mimpi
Itu sebab kau nan mengajarkan
Tentang mana rona nan indah
Tentang garis nan harus dilukis
Juga tentang kata nan harus dibaca
Terimakasih guru dari hatiku
Untuk semua pejuang pendidikan
Dengan pendidikanlah kita dapat memperbaiki bangsa
Dengan pendidikanlah nasib kita dapat dirubah
Apa nan tidak mungkin kau jadikan mungkin
Hanya ucapan terakhir dari mulutku
Di hari pendidikan nasional ini
Gempitalah selalu jiwamu
Wahai pejuang pendidikan
Terima Kasih Guruku
Karya Anggita Nurul T
Guru....
Kaulah pembimbingku...
Kaulah pengajarku...
Kaulah pendidikku...
Guru...
Itulah julukanmu...
Yang tidak pernah bosan dalam...
Mengajar dan membimbingku...
Guru...
Kau bagaikan cahaya....
Yang menerangi jiwa dari segala gelap dunia...
Kau ialah setetes embun nan menyejukan hati...
Guru...
Kau ialah pahlawan nan tak mengharap balasan...
Dari segala nan kau lakukan...
Kau lakukan dengan rasa ikhlas....
Guru...
Tanpamu saya akan hancur...
Tanpamu saya akan sengsara...
Tanpamu saya akan sesat...
Guru...
Tanpamu saya tak dapat menulis...
Tanpamu saya tak dapat membaca...
Tanpamu saya tak dapat berhitung...
Guru...
Terima kasih ku ucapkan kepadamu...
Atas segala jasa-jasa nan kau berikan...
Selama saya belajar di sekolah ini...
Majulah Terus Siswa Indonesia
Karya Zaneta NAJ
Dengar, dengarlah isis tulisan ini
Hanya kepadamu asa ku sandangkan
Hanya kepadamu cita-cita dipertaruhkan
Tak ada sesuatu nan tidak mungkin bagimu
Bangkitlah melawan arus nan terus mendera
Kuasailah dirimu dengan sikap optimis
Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya
Lawanlah bebatuan terjal nan mengusik di jalanan
Ingat. Engkau ialah harapan, engkau ialah masa depan
Masa depan ada di tanganmu
Harapan terpendam ada di pundakmu
Nasib bangsa engkau nan menentukan
Pahlawan Tanpa Lencana
Karya Saifuddin Usman
Pagi nan latif deruan angin menerpa wajah
Dingin menyelimuti langkah penuh keikhlasan
Renungan hanya buat sebuah kejayaan
Berfikir hanya buat sebuah keberhasilan
Tiada lafaz seindah tutur katamu
Tiada penawar seindah senyumanmu
Tiada hari tanpa sebuah bakti
Menabur benih kasih tanpa rasa lelah
Hari demi hari begitu cepat berlalu
Tiada rasa jenuh terpancar di wajahmu
Semangat mu terus berkobar
Memberikan afeksi tiada rasa jemu
Jika engkau akan melangkah pergi
Ku tau langkahmu penuh pengorbanan
Jika dirimu telah tiada dirimu kan selalu di kenang
Kau ialah pahlawan tanpa lencana
Ayo membaca
Karya Abdul Jalil
Sesobek kertas telah diberikan
Seuntai tulisan juga berada di dalamnya
Duhai nak nan malang
Kenapa engkau diam saja?
Kenapa kertas itu hanya kau simpan?
Sungguh banyak asa terpendam
Ilmu maha luas telah tertuliskan
Namun sayang kau malas membaca
Dunia begitu luas ilmu pun begitu terbentang
Sungguh global telah berkata,
Kau ingin tahu isiku?
Kau ingin mengeri apa tentang global ini?
Malang beribu malang kau malas membaca
Duhai anak nan malang
Bangkitlah sekarang
Wawasan luas telah menantimu
Lawanlah jiawa kotormu itu
Tuk mencapai impianmu
Sajak Rendezvous Mahasiswa
Karya WS Rendra
Matahari terbit pagi ini
Mencium bau kencing orok di kaki langit,
Melihat kali coklat menjalar ke lautan,
Dan mendengar dengung lebah di dalam hutan
Lalu kini ia dua penggalah tingginya.
Dan ia menjadi saksi kita berkumpul di sini memeriksa keadaan
Kita bertanya:
Kenapa maksud baik tak selalu berguna.
Kenapa maksud baik dan maksud baik dapat berlaga.
Orang berkata “Kami ada maksud baik”
Dan kita bertanya “Maksud baik buat siapa?”
WS Rendra Muda
Ya! Ada nan jaya, ada nan terhina
Ada nan bersenjata, ada nan terluka.
Ada nan duduk, ada nan diduduki.
Ada nan berlimpah, ada nan terkuras.
Dan kita di loka ini bertanya:
“Maksud baik buat saudara buat siapa?
Saudara berdiri di pihak nan mana?”
Kenapa maksud baik dilakukan
Tetapi makin banyak petani nan kehilangan tananya
Tanah-tanah di gunung telah dimiliki orang-orang kota.
Perkebunan nan luas
Hanya menguntungkan segolongan kecil saja.
Alat-alat kemajuan nan diimpor
Tidak cocok buat petani nan sempit tanahnya.
Tentu kita bertanya: “lantas maksud baik saudara buat siapa?”
Sekarang matahari, semakin tinggi.
Lalu akan bertahta juga diatas puncak kepala.
Dan di dalam udara nan panas kita juga bertanya:
Kita ini dididik buat memihak nan mana?
Ilmu-ilmu nan diajarkan di sini
Akan menjadi alat pembebasan,
Ataukah alat penindasan?
Sebentar lagi matahari akan tenggelam.
Amalam akan tiba. Cicak-cicak berbunyi di tembok.
Dan rembulan akan berlayar.
Tetapi pertanyaan kita tak akan mereda.
Akan hayati di dalam bermimpi.
Akan tumbuh di kebon belakang.
Dan esok matahari akan terbit kembali.
Sementara hari baru menjelma.
Pertanyaan-pertanyaan kita menjadi hutan.
Atau masuk ke sungai menjadi ombak di samodra.
Dibawah matahari kita bertanya:
Ada nan menangis, ada nan mendera.
Ada nan habis, ada nan mengikis.
Dan maksud baik kita berdiri di pihak nan mana!
Itulah kumpulan puisi bertema pendidikan. Semoga bermanfaat!