Solusi
Di tengah era modern seperti sekarang ini, budaya merupakan sebuah hal nan sangat langka. Tidak banyak orang nan mau melestarikan kebudayaan, khususnya kebudayaan daerah dengan alasan takut terlihat kuno. Akibatnya, kekayaan budaya daerah menjadi sulit dijumpai di tengah masyarakat. Salah satunya ialah pidato bahasa Jawa krama .
Pidato bahasa Jawa Krama sendiri kini hanya dapat dijumpai pada acara eksklusif saja. seperti pada saat upacara pernikahan nan menggunakan adat Jawa. Atau juga pada beberapa kegiatan kebudayaan misalnya pada acara di kraton atau upacara adat Jawa lainnya.
Pada upacara pernikahan pun, tak semua acara nan dilangsungkan menggunakan pidato bahasa Jawa Krama sebagai pengantarnya. Biasanya, penggunaan bahasa ini hanya dilakukan pada bagian tertentu, seperti pada saat kedua pengantin mengadakan acara temu pengantin atau juga pada saat keduanya hendak berjalan menuju kursi pelaminan.
Di luar kedua acara tersebut, penggunaan bahasa Jawa krama digunakan juga buat menyampaikan makna atas simbolisasi upacara pernikahan. Seperti pada saat kedua pengantin melaksanakan prosesi sungkeman kepada kedua orang tua pengantin. Di sini, pembawa acara akan menyampaikan seluruh makna dari prosesi nan sedang dilakukan oleh kedua mempelai tersebut.
Dari kondisi nan ada tersebut menjadikan pidato bahasa jawa krama menjadi identik dengan upacara adat Jawa. Padahal, dalam prakteknya bahasa Jawa krama bukan hanya dapat digunakan pada ritual upacara pernikahan semata. Lebih jauh, bahasa tersebut merupakan salah satu jenis bahasa pengantar buat menjalin komunikasi antara dua pihak nan saling menghormati.
Hal ini sebab bahasa Jawa krama tersebut terdiri dari beberapa strata bahasa nan menunjukkan pembedaan status antara pihak nan berkomunikasi. Di mana pada ajaran bahasa daerah ini, setiap kalimat nan disampaikan akan dapat menunjukkan dengan siapa seseorang berbicara.
Seperti misalnya, seorang anak nan akan berbicara dengan orang tuanya, tentu akan berbeda tata bahasanya jika seseorang bicara dengan versus bicara nan sederajat. Seperti kata "dahar" ialah sebuah ucapan nan berarti makan nan disampaikan kepada orang nan dianggap lebih tua. Baik tua secara usia, maupun dari status sosialnya. Sementara jika orang nan lebih tua hendak menyampaikan makna nan sama, disampaikan dengan kata "maem". Inilah nan menunjukkan bahwa bahasa Jawa memiliki keunikan sendiri.
Fenomena
Di sisi lain, perkembangan kebudayaan global nan demikian pesat didukung dengan perkembangan teknologi menjadi salah satu hal penyebab pergeseran budaya. Salah satu hal nan termasuk dalam kategori pergeseran budaya di masyarakat Jawa ialah mulai hilangnya penggunaan bahasa Jawa krama sebagai media komunikasi. Baik komunikasi dengan orang nan sebaya maupun dengan mereka nan lebih tua atau lebih dihormati.
Ada beberapa hal nan dapat dijadikan contoh. Diantaranya ialah begitu sulitnya menemukan seorang anak nan menjadikan bahasa krama sebagai bahasa pengantar berkomunikasi dengan orang tuanya. Pada saat ini lebih banyak ditemui sebuah keluarga dari masayarakat Jawa nan memilih mengguanakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Atau juga, lebih ekstrem lagi mereka menggunakan bahasa Jawa ngoko atau bahasa Jawa kasar sebagai bahasa sehari-hari di keluarga mereka.
Hal ini berdampak pada hilangnya kemampuan seorang anak dan keluarga dalam memahami bahasa Jawa krama nan pada jaman dahulu dianggap sebagia salah satu tolok ukur sifat dan kepribadian seseorang. Mereka nan mampu menggunakan bahasa Jawa krama dengan baik, dianggap sebagai orang nan memiliki sikap sopan dan tata krama nan baik dalam hubungannya dengan orang lain. Sebaliknya, seseorang nan tak mampu berbahasa krama dalam komunikasinya, akan cenderung dianggap sebagai orang nan kurang memiliki adab baik dalam bergaul. Selain itu, orang nan demikian ini, akan dikucilkan dari pergaulan sebab dianggap tak dapat menghormati orang lain, khususnya mereka nan lebih tua atau tokoh masyarakat.
Penyebab
Memudarnya dominasi bahasa Jawa krama di tengah kehidupan masyarakat akhir-akhir ini, tak terjadi begitu saja tanpa ada penyebabnya. Jika ditelaah lebih lanjut, ada beberapa hal nan dianggap menjadi penyebab semakin sedikitnya orang nan mampu berbahasa Jawa krama, termasuk di dalamnya dalam proses penyampaian pidato bahasa Jawa krama.
Beberapa hal nan menjadi penyebab tersebut diantaranya ialah :
- Adanya asumsi dari sebagian orang, bahwa bahasa Jawa krama ialah sebuah bahasa masyarakat kelas pinggir. Sehingga mereka nan ingin dianggap sebagai masayarakat modern lebih memilih menggunakan bahasa lain sebagai bahasa pengantar komunikasi mereka, khususnya dalam lingkungan keluarga. Bahasa nan kemudian banyak dipilih ialah bahasa Indonesia dan juga bahasa asing seperti bahasa Inggris.
- Semakin sedikitnya sumber nan dapat dijadikan acuan bagi seseorang buat dapat belajar bahasa Jawa krama secara baik dan benar. Sumber tersebut misalnya seperti buku pelajaran atau juga bacaan lain seperti majalah atau media massa nan menggunakan bahasa Jawa krama.
- Terbatasnya waktu pelajaran bahasa Jawa di sekolah nan menjadikan materi pelajaran kurang mampu digunakan secara optimal oleh guru. Akibatnya siswa hanya menerima materi secara dangkal tanpa mampu menguasai secara mendalam nan berdampak pada terbatasnya kemampuan nan dimiliki oleh siswa terkait dengan ketrampilan berbahasa Jawa krama tersebut.
- Kurangnya media nan dapat menjadi loka bagi seseorang buat mengaplikasikan kemampuan mereka dalam berbahasa Jawa krama. Selama ini, bahasa Jawa krama hanya diidentikkan dengan prosesi pernikahan adat Jawa saja. Sementara buat kegiatan resmi lain, lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dengan berbagai alasan.
Solusi
Sebagai salah satu kekayaan budaya nasional, bahasa Jawa krama harus tetap dilestarikan. Jangan sampai pada nantinya, generasi penerus tak lagi mengerti dan memahami bahasa Jawa krama dan menganggapnya sebagai bahasa asing.
Oleh sebab itu, harus dilakukan langkah konkret buat menyelamatkan kekayaan budaya nasional, khususnya dominasi bahasa Jawa krama ini. Sehingga pada nantinya, bangsa Indonesia tak perlu belajar ke negara asing hanya buat belajar suatu kebudayaan nan sebenarnya berasal dari Indonesia sendiri. Ada beberapa langkah konkret nan dapat dilakukan terkait dengan pelestarian budaya bahasa Jawa krama tersebut. Beberapa langkah konkrit tersebut diantaranya ialah :
- Menumbuhkan kecintaan terhadap bahasa Jawa krama dengan memulainya sejak di rumah. Biasakanlah menggunakan bahasa Jawa krama sebagai bahasa komunikasi antara setiap keluarga, sehingga menjadi sebuah bukti diri dan kebanggan tersendiri bagi mereka nan menggunakannya.
- Meningkatkan frekwensi jam belajar di sekolah nan mempelajari bahasa Jawa krama. Dengan demikian akan memupuk kemampuan siswa dalam berbahasa Jawa krama secara baik dan benar.
- Menciptakan media nan mampu menjadi sumber pengetahuan bagi mereka nan ingin belajar bahasa Jawa krama dengan baik. Di antaranya ialah membuat majalah spesifik berbahasa Jawa atau juga menyisipkan rubrik berbahasa Jawa pada surat kabar di hari tertentu. Dapat pula dengan menyediakan lembaga acara spesifik bahasa Jawa krama pada media elektronik. Atau pula memperbanyak kegiatan nan menggunakan bahasa Jawa krama sebagai bahasa pengantar, seperti pagelaran wayang atau ketoprak.