Kangen
Siapa nan tidak kenal W.S. Rendra. Nama penyair nan telah memiliki banyak antologi puisi ini sangat harum, tidak hanya di tanah air, tetapi juga di global sastra dunia. Sebenarnya, bagaimana sosok W.S. Rendra tersebut, lalu antologi puisi apa saja nan dimilikinya? Berikut ialah penjelasannya.
Willibrordus Surendra atau nan lebih dikenal dengan W.S. Rendra dilahirkan di Surakarta pada tanggal 7 November 1935. Dia ialah penyair perode 1953-1961 dalam sejarah sastra Indonesia. Beberapa kritikus menyebut W.S. Rendra sebagai penyair terbesar setelah Chairil Anwar.
Sajak-sajak Rendra pada hakikatnya ialah sajak-sajak balada. Sajak balada ialah sajak-sajak dengan menggambarkan sebuah kisah di dalamnya, bukan sekadar kumpulan frasa-frasa singkat nan hadir dalam setiap bait. Namun, lebih pada frasa-frasa panjang nan selalu berkesinambungan dengan bait-bait berikutnya.
Puisi-puisi balada W.S. Rendra di antaranya, Balada Sumilah, Nyanyian Angsa, Balada terbunuhnya Atmo Karpo, dan masih banyak lagi.
Puisi-puisi tersebut termuat dalam beberapa antologi puisi. Antologi puisi-puisi Rendra di antaranya, Potret Pembangunan dalam Puisi (1996, Pustaka Jaya), Empat Kumpulan Sajak (2003, Pustaka Jaya), Balada Orang-orang Tercinta, Bleus buat Bonnie , dan Sajak-Sajak Sepatu Tua .
Jika didasarkan atas terciptanya sajak-sajaknya, Antologi puisi atau kumpulan sajak Rendra bisa diklasifikasikan menjadi tiga periode, yakni sebagai berikut.
- Antologi puisi Periode Solo -Yogya nan bisa dinyatakan sebagai periode romatik, yaitu kumpulan sajak Balada Orang-Orang Tercinta, Empat Kumpulan Sajak , dan Sajak-Sajak Sepatu Tua.
- Antologi puisi Periode New York nan bisa dinyatakan periode pemberontakan moral, yaitu Blues buat Bonnie
- Antologi puisi Periode Jakarta nan dinyatakan periode pamphlet ekonomi, yaitu Potret Pembangunan dalam Puisi
Antologi puisinya nan pertama ialah Balada Orang-Orang nan Tercinta, kata orang-orang nan tercinta dalam buku ini ialah orang-orang nan tersisih, seperti perampok, pembunuh, pelacur, perempuan kesepian, ibu nan rindu anaknya, dan lain sebagainya.
Antologi puisi nan berjudul Potret Pembangunan dalam Puisi banyak mengundang kontroversi dalam global kepenyairan Indonesia. Kontroversi itu dilandasi oleh pemikiran nan kurang tepat tentang sastra sebagai karya nan bersifat imajinatif. Apa nan dikemukakan penyair lewat puisinya ialah global sekunder, global rekaan, global imajinatif.
Kenyataan nan dibentangkan penyair ialah fenomena sekunder bukan fenomena primer. Maksudnya bukan fenomena dalam realitas, tapi fenomena dalam global imanasi sebagai cerminan dari global realitas.
Antologi puisi Rendra banyak menyuarakan kritik terhadap global pendidikan di negeri kita. Dalam Antologi puisi ini Rendra cukup keras mengeritik terhadap global pendidikan di Indonesia nan buruk mutunya.
Kritik global pendidikan bisa kita hidup dalam Sajak Sebatang Lisong, Sajak Seonggok Jagung, Sajak Anak Muda, Sajak Rendezvous Mahasiswa, Sajak SLA, Sajak Potret Keluarga, dan Sajak Ibunda
Ini ialah Sajak Sebatang Lisong yang sarat dengan kritik terhadap global pendidikan
Sajak sebatang Lisong
menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya
mendengar 130 juta rakyat
dan di langit
dua tiga cukung mengangkang
berak di atas kepala mereka
matahari terbit
fajar tiba
dan saya melihat delapan juta kanak - kanak
tanpa pendidikan
aku bertanya
tetapi pertanyaan - pertanyaanku
membentur meja kekuasaan nan macet
dan papantulis - papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan
delapan juta kanak - kanak
menghadapi satu jalan panjang
tanpa pilihan
tanpa pepohonan
tanpa dangau persinggahan
tanpa ada bayangan ujungnya
..........................
menghisap udara
yang disemprot deodorant
aku melihat sarjana - sarjana menganggur
berpeluh di jalan raya
aku melihat wanita bunting
antri uang pensiunan
dan di langit
para teknokrat berkata :
bahwa bangsa kita ialah malas
bahwa bangsa mesti dibangun
mesti di up-grade
disesuaikan dengan teknologi nan diimpor
gunung - gunung menjulang
langit pesta rona di dalam senjakala
dan saya melihat
protes - protes nan terpendam
terhimpit di bawah tilam
aku bertanya
tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair - penyair salon
yang bersajak tentang anggur dan rembulan
sementara ketidak adilan terjadi disampingnya
dan delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan
termangu - mangu di kaki dewi kesenian
bunga - kembang bangsa tahun depan
berkunang - kunang pandang matanya
di bawah iklan berlampu neon
berjuta - juta asa ibu dan bapak
menjadi gemalau suara nan kacau
menjadi karang di bawah muka samodra
.................................
kita mesti berhenti membeli rumus - rumus asing
diktat - diktat hanya boleh memberi metode
tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan
kita mesti keluar ke jalan raya
keluar ke desa - desa
mencatat sendiri semua gejala
dan menghayati persoalan nan nyata
inilah sajakku
pamplet masa darurat
apakah artinya kesenian
bila terpisah dari derita lingkungan
apakah artinya berpikir
bila terpisah dari masalah kehidupan
RENDRA
(ITB bandung - 19 agustus 1978)
***
Sajak Rendezvous Mahasiswa
Matahari terbit pagi ini
mencium bau kencing orok di kaki langit
melihat kali coklat menjalar ke lautan
dan mendengar dengung di dalam hutan
lalu kini ia dua penggalah tingginya
dan ia menjadi saksi kita berkumpul disini
memeriksa keadaan
kita bertanya :
kenapa maksud baik tak selalu berguna
kenapa maksud baik dan maksud baik dapat berlaga
orang berkata : "kami ada maksud baik"
dan kita bertanya : "maksud baik buat siapa?"
ya !
ada nan jaya, ada nan terhina
ada nan bersenjata, ada nan terluka
ada nan duduk, ada nan diduduki
ada nan berlimpah, ada nan terkuras
dan kita di loka ini bertanya :
"maksud baik saudara buat siapa ?
saudara berdiri di pihak nan mana?"
kenapa maksud baik dilakukan
tetapi makin banyak petani kehilangan tanahnya
tanah - tanah di gunung telah dimiliki orang - orang kota
perkebunan nan luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja
alat - alat kemajuan nan diimpor
tidak cocok buat petani nan sempit tanahnya
tentu, kita bertanya :
"lantas maksud baik saudara buat siapa?"
sekarang matahari semakin tinggi
lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala
dan di dalam udara nan panas kita juga bertanya:
kita ini dididik buat memihak nan mana?
ilmu - ilmu diajarkan disini
akan menjadi alat pembebasan
ataukah alat penindasan ?
sebentar lagi matahari akan tenggelam
malam akan tiba
cicak - cicak berbunyi di tembok
dan rembulan berlayar
tetapi pertanyaan kita tak akan mereda
akan hayati di dalam mimpi
akan tumbuh di kebon belakang
dan esok hari
matahari akan terbit kembali
sementara hari baru menjelma
pertanyaan - pertanyaan kita menjadi hutan
atau masuk ke sungai
menjadi ombak di samodra
di bawah matahari ini kita bertanya :
ada nan menangis, ada nan mendera
ada nan habis, ada nan mengikis
dan maksud baik kita
berdiri di pihak nan mana !
RENDRA
(Jakarta, 1 desember 1977)
Sajak-sajak Rendra di atas menunjukan bahwa global pendidikan kita tak punya tujuan.
Sedangkan dua sajak berikut diambil dari antologi puisi terbaru Rendra Empat Kumpulan Sajak. Simak.
Kangen
Kau tidak akan mengerti bagaimana kesepianku
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
kau tidak akan mengerti segala lukaku
kerna luka telah sembunyikan pisaunya.
Membayangkan wajahmu ialah siksa.
Kesepian ialah ketakutan dalam kelumpuhan.
Engkau telah menjadi racun bagi darahku.
Apabila saya dalam kangen dan sepi
itulah berarti
aku tungku tanpa api.
***
Kenangan dan Kesepian
Rumah tua
dan pagar batu.
Langit di desa
sawah dan bambu.
Berkenalan dengan sepi
pada kejemuan disandarkan dirinya.
Jalanan berdebu tidak berhati
lewat nasib menatapnya.
Cinta nan datang
burung tidak tergenggam.
Batang baja waktu lengang
dari belakang menikam.
Rumah tua
dan pagar batu.
Kenangan lama
dan sepi nan syahdu
Nah, itulah W.S. Rendra dengan karya-karya terbesarnya nan telah dibuat antologi puisinya. Adakah antologi puisi karya Rendra nan Anda miliki?