Tanah Kapur
Indonesia sebagai Negara Kepulauan atau Archipelago memiliki daratan nan luas nan terbentang dari Sabang sampai Merauke. Berbagai macam relief atau kontur tercetak pada seluruh bagian wilayah Indonesia. Maka dari itu, ada berbagai jenis tanah nan terbentuk di daratannya. Berikut ini akan dibahas mengenai tanah, terutama tanah kapur.
Tentang Tanah
Tanah merupakan alat vital nan menjadi habitat berbagai macam organisme. Tak hanya segelintir makhluk hidup, tetapi puluhan bahkan ratusan makhluk hayati bergantung padanya.
Tanah membantu berbagai tumbuhan bernapas, makan, menghisap air, dan berbagai unsur hara nan membuatnya bertahan dari agresi penyakit. Intinya, tanah ialah media nan digunakan tumbuhan dan berbagai jenis mikroorganisme untuh hayati nan terbentuk dari pelapukan batuan.
Tanah ialah salah satu bagian bumi nan terdapat pada permukaan bumi dan terdiri dari massa padat, cair dan gas. Tanah tercipta tak dengan sendirinya, melainkan berasal dari hasil pelapukan bebatuan dan tumbuhan nan prosesnya memakan waktu berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus tahun.
Tanah nan tercipta ini akan membentuk tanah nan berlapis-lapis. Proses pembentukan susunan tanah ini sangat dipengaruhi oleh iklim, bentuk muka bumi, tumbuhan, berbagai organisme nan hayati di atasnya termasuk hewan, tumbuhan dan manusia serta waktu.
Secara umum, susunan tanah (dengan bahan induk mineral) terdiri atas 50% bahan padatan (45% berupa bahan mineral dan 5% berupa bahan organik), 25% air, dan 25% berupa udara.
Sementara itu, pada tanah organik, seperti gambut, bahan padatan pada tanah tersebut terdiri atas 5% bahan organik dan 45% bahan mineral. Bahan organik dalam tanah ini terdiri atas 10% mikroorganisme, 10% akar, dan sisanya humat. Walaupun jumlah tak banyak, fungsinya sangat penting.
Susunan tanah dan juga struktur tanah nan berongga-rongga menjadi loka bagi akar buat bernafas dan tumbuh. Selain itu, tanah pun menjadi habitat bermacam-macam mikroorganisme. Tanah juga dijadikan sebagai loka hayati bagi sebagian hewan darat. Tekstur susunan tanah bermacam-macam dan dapat dikelompokkan menjadi berikut ini.
- Tekstur kasar, misalnya pasir, pasir berlempung.
- Tekstur agak kasar, misalnya lempung berpasir dan lempung berpasir halus.
- Sedang, antara lain lempung berpasir sangat halus, lempung berdebu, dan debu.
- Tekstur halus, misalnya tanah liat berpasir, tanah liat berdebu.
Tekstur tanah ini juga dipengaruhi oleh kandungan air nan terdapat dalam tanah. Jika diuraikan proses pembentukan susunan tanah dimulai dari bebatuan nan mengalami pelapukan, baik pelapukan secara fisika maupun pelapukan secara kimiawi.
Pada saat pelapukan, bebatuan tersebut akan menjadi lunak dan berubah bentuknya sehingga bisa dikatakan sebagai bahan tanah. Bahan tanah ini akan mengalami proses pelapukan terus menerus dan berlangsung dalam waktu bertahun-tahun sampai akhirnya bahan tanah tersebut menjadi tanah.
Kalian tahu batu bara dan bagaimana terbentuknya? Ya. Batubara terbentuk dari tanah, tapi tak semua tanah bisa membentuk batubara. Batubara hanya bisa terbentuk dari tanah organik nan berwarna hitam, dan memiliki kandungan mineral nan sangat sedikit.
Meskipun begitu, tanah jenis ini tetap bisa ditanami sebab bentuk fisiknya nan gembur. Namun sayang, jangan berharap hasil tanaman nan kalian tanam di atas tanah organik akan optimal, hasil tanaman di huma ini justru jauh di bawah optimal.
Berbeda dengan tanah organik, tanah non-organik memiliki banyak sekali kandungan mineralnya. Mineral ini membentuk partikel penyusun tanah, yaitu pasir, lanau (debu), dan lempung. Komposisi ketiga partikel penyusun tanah ini nan kemudian memengaruhi rona tanah. Berikut ini ukuran pembentuk mineral di dalam tanah.
- Partikel pasir memiliki ukuran sekitar 200 mikrometer hingga 2.000 mikrometer.
- Partikel debu memiliki ukuran sekitar 2 mikrometer sampai kurang dari 200 mikrometer.
- Partikel lempung memiliki ukuran kurang dari 2 mikrometer.
Semakin halus ukuran partikel tanah tersebut, maka luas permukaan partikel per satuan bobot semakin besar. Partikel tanah dengan permukaan nan lebih luas memberi peluang lebih banyak terjadinya reaksi kimia. Partikel lempung per satuan bobot mempunyai luas permukaan lebih luas dari pada partikel tanah lainnya (debu dan pasir).
Reaksi-reaksi kimia nan berlangsung di permukaan tanah berupa lempung lebih banyak dibandingkan nan berlangsung di permukaan tanah berupa partikel debu dan pasir per satuan bobot nan sama.
Hal ini menunjukkan bahwa partikel lempung merupokan komponen susunan tanah paling aktif terhadap reaksi kimia sehingga berkontribusi menentukan sifat kimia tanah dan juga mempengaruhi kesuburan tanah.
Tanah atau lapisan kerak bumi ini dapat dibedakan menjadi, lapisan tanah atas, lapisan tanah bawah, dan lapisan batuan induk. Ketiga lapisan ini membentuk susunan tanah nan jika diuraikan akan sebagai berikut.
- Lapisan atas ialah lapisan nan berasal dari batu-batuan dan residu makhluk hayati nan telah wafat dan mengalami pelapukan. Tanah nan paling fertile dan dapat dimanfaatkan sebagai huma pertanian oleh manusia ialah di bagian lapisan atas ini.
- Lapisan tengah berasal dari bebatuan nan pada proses pelapukannya mengalami abrasi oleh air, sehingga bahan lapisan itu mengendap. Karena kandungan airnya banyak, maka tanah di lapisan tengah ini sangat liat, sehingga lebih dikenal sebagai tanah liat. Tanah liat dapat berwarna merah atau dapat pula berwarna putih.
- Lapisan bawah ialah lapisan tanah nan terdiri dari bongkahan-bongkahan batu dan bebatuan nan telah melapuk disela-selanya. Sehingga pada lapisan bawah ini ada dua jenis bahan pembentuk, yaitu bebatuan nan belum melapuk dan bebatuan nan sudah mengalami pelapukan.
- Lapisan batuan induk tersusun dari bebatuan padat dan berada dalam lapisan terdalam bumi.
Selain itu, tanah bisa dibagi menjadi beberapa jenis sinkron dengan unsur hara nan ada di dalam tanah tersebut. Berikut ini ialah beberapa jenis tanah.
1. Tanah Vulkanik
Tanah nan terbentuk dampak pelapukan materi letusan gunung berapi. Tanah ini mengandung unsur hara nan tinggi, sehingga tergolong tanah subur. Banyak terdapat di sekitar lereng gunung berapi. Tanah vulkanik bisa dikatakan hadiah dari letusan gunung berapi.
2. Tanah Humus
Tanah ini banyak terdapat di hutan hujan tropis nan lebat. Tanah ini terbentuk dampak pelapukan daun dan batang pohon. Ini ialah jenis tanah nan benar-benar subur.
3. Tanah Alluvial
Tanah nan terbentuk dari endapan lumpur sungai di dataran nan rendah ini cocok sekali digunakan sebagai huma pertanian. Sifat tanahnya cenderung subur. Lumpur sungai nan mengendap di dataran rendah akan membentuk tanah endapan.
4. Tanah Pasir
Tanah nan terbentuk dari batuan beku dan batuan sedimen nan bertekstur kasar dan berkerikil ini tergolong tanah nan bersifat kurang baik bagi pertanian. Tanah berpasir identik dengan kegersangan sehingga tak cocok dijadikan loka bercocok tanam.
5. Tanah Podzolit
Sama seperti tanah endapan, tanah ini berada di sekitar daerah pegunungan dengan curah hujan nan tinggi dan umumnya bersuhu rendah ini tergolong tanah nan subur.
6. Tanah Laterit
Tanah ini pada awalnya tergolong tanah nan fertile dan kaya unsur hara. Namun, sebab curah hujan nan tinggi, unsur haranya terbawa oleh air dan perlahan menghilang. Tanah ini banyak terdapat di Lampung dan Kalimantan Barat.
7. Tanah Gambut
Nama lainnya ialah tanah organosol. Di sekitar rawa Sumatera, Kalimantan, dan Papua bisa ditemukan tanah nan kurang fertile ini. Tanah ini terbentuk dari proses pelapukan tumbuhan rawa.
Tanah Kapur
Banyak terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara, dan Maluku. Sifat tanahnya tak fertile sebab terbentuk dari pelapukan batuan kapur. Dikenal juga dengan nama tanah mediteran.
Dari sekian banyak jenis tanah di Indonesia, tanah kapurlah nan paling tak mungkin dijadikan huma pertanian. Padahal, produk pertanian bangsa kita ialah komoditi nan paling dapat menunjang kelangsungan hayati masyarakat Indonesia secara luas. Tanah kapur tak memiliki unsur hara sama sekali.
Walaupun begitu, tanah kapur dapat dijadikan alternatif lain. Salah satunya sebagai bahan bangunan. Sifat kapur nan keras bisa dipakai sebagai pondasi bangunan. Selain itu, juga dapat dibuat barang kerajinan seperti keramik. Adonan semen juga menggunakan campuran bahan kapur buat mengokohkannya.
Ternyata tanah kapur juga masih dapat berperan dalam pertanian kita. Sifat basanya nan tinggi bisa menurunkan kadar keasaman tanah hingga netral. Tanah dengan kadar asam nan tinggi tak baik buat ditanami.
Namun, Anda juga perlu berhati-hati dalam penggunaan kapur sebagai penetral tanah pertanian. Kadar kapur nan hiperbola dapat menjadi racun, sehingga tanah kehilangan unsur haranya. Semoga informasi mengenai tanah dan tanah kapur tersebut bermanfaat dan memambah wawasan.