Model Lain
Pencapaian Belajar
Ada nan berpendapat bahwa tak perlu memberikan tes kepada anak-anak usia dini. Masa belajar mereka ialah masa bermain. Kalau tes nan dilakukan tak sinkron dengan usia mereka dan tak sinkron dengan apa nan telah diberikan, mungkin tak perlu ada tes. Tes ini sendiri telah terukur dan disesuaikan dengan kurikulum sehingga orang dapat melihat sampai dimana seorang anak telah mampu menguasai pelajaran nan telah diberikan kepadanya.
Kalau tak ada tes, pelajaran itu menjadi tak terukur. Yang tahu kemajuan anak akhirnya hanya orang-orang eksklusif saja. Sedangkan orang lain tak dapat melihat dan mengetahui bagaimana kemampuan sang anak sebenarnya. Kalau ada angka atau huruf nan dimaksudkan sebagai bagian dari hak anak buat diketahui tahapan kemajuannya, orang lain dapat memperkirakan apakah anak tersebut memang mempunyai kemampuan akademik atau tidak.
Memang tak dapat dipungkiri bahwa ketika ada angka sebagai wakil dari kecerdasan dan kemampuan anak mencerna pelajaran, lalu nan akan dilihat orang ialah kurikulumnya. Setelah itu tes nan digunakan. Kalau kurikulumnya tak mengena kepada pengembangan karakter anak dan pengembangan ilmu pengetahuan nan seharusnya ia miliki, maka orang akan mempertimbangkan buat tak melihat angka itu sebagai bentuk kecerdasan anak nan sesungguhnya.
Hal inilah nan akhirnya membuat banyak sekolah favorit mengadakan ujian masuk ke sekolah mereka secara mandiri. Isu bahwa guru dengan mudahnya mempermainkan dan mendongkrak nilai siswa telah membuat paras pendidikan Indonesia menjadi kurang bersahabat. Pihak perguruan tinggi pun ikut membuat tes masuk tersendiri. Kalau saja tes nan dilaksanakan di taraf SMA itu sudha diakui oleh semua pihak, maka angka nan tertera di bukti kelulusan seharusnya membuat anak tak perlu menjalani tes.
Tetapi banyaknya minat anak masuk ke perguruan tinggi membuat tes saringan ini harus dilakukan. Berbagai tes ini sebenarnya sudah menjadi bagian dari pembelajaran. Hayati ini sendiri ialah tes nan disediakan oleh Tuhan kepada umat-Nya. Hanya orang-orang nan terpilih nan akan mendapatkan hadiah terindah surga nan tidak pernah terbayangkan keindahannya itu.
Keberhasilan Pengajaran
Tes pengukuran prestasi belajar merupakan kegiatan pengukuran hasil belajar siswa. Hal ini dilakukan sebagai upaya buat mengetahui taraf keberhasilan guru menyelenggarakan proses pembelajaran. Dengan tes pengukuran prestasi belajar inilah, maka guru bisa mengevaluasi program pembelajaran nan sudah disusun dan selanjutnya menjadikan hal tersebut sebagai acuan buat proses penyelenggaraan selanjutnya.
Seperti kita ketahui, proses pembelajaran itu ialah kegiatan berkesinambungan. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan berlangsung dalam strata waktu dan kemampuan nan berbeda. Oleh sebab itulah, maka pada setiap strata kita harus mengetahui tingkat kemampuan siswa. Untuk halk tersebut, maka tes buat mengukur prestasi belajar merupakan cara efektif buat mengetahuinya. Guru pun terpacu membuat metode dan teknik belajar nan memungkinkan anak mampu meningkatkan prestasinya.
Beberapa guru bahkan mengadakan les tambahan agar anak dapat lebih memahami mata pelajaran nan diampuhnya. Terkadang malah anak diminta buat membayar lebih kepada sang guru. Terkesan guru memanfaatkan hal ini buat mendapatkan laba finansial. Padahal dari sekolah anak-anak itu telah membayar banyak demi meraih prestasi nan lebih tinggi. Harusnya sang guru memaksimalkan semua fasilitas dan waktu mengajar agar semua anak dapat mengerti pelajarannya.
Berdasarkan konsep dasar pembelajaran dan aspek primer nan diinginkan mengalami perubahan dalam proses pembelajaran, maka tes buat mengukur prestasi belajar bisa dikelompokkan pada 3 (tiga) kelompok dasar, yaitu:
Tes kemampuan Afektif
Tes kemampuan afektif merupakan jenis tes belajar nan diarahkan buat mengetahui taraf dominasi aspek afektif pada siswa. Aspek afektif ialah aspek nan berkaitan dengan sikap dan nilai-nilai positif nan dimiliki siswa. Dalam hal ini kita mencoba buat mengukur taraf perubahan sikap dan nilai-nilai positif nan dimiliki siswa dari sebelum belajar dan setelah selesai belajar.
Tes belajar pada aspek afektif ini terkait dengan moral, tingkah laku, kesehatan, dan berbagai nilai positif nan dimiliki sebagai bagian bangsa nan beradab. Seperti kita ketahui, setiap anak mempunyai kondisi awal nan berbeda karena lingkungan hayati mereka nan berbeda.
Untuk saat sekarang ini, mungkin bisa kita katakan bahwa anak-anak nan hayati dalam lingkungan keluarga nan teratur jauh lebih baik sikap hidupnya dibandingkan mereka nan berasal dari lingkungan hayati nan tak teratur. Dan, pendidikan dan pembelajaran bertugas buat melakukan perubahan secara positif terhadap kondisi ini.
Pada umumnya, ketika siswa mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran, taraf kemampuannya dalam aspek afektif belum begitu maksimal. Bahkan, beberapa dari mereka sangat parah pola kehidupannya. Tetapi dengan mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran, maka kondisi tersebut bisa diubah. Dan, buat mengetahui hasil proses pendidikan dan pembelajaran, maka diberlakukan tes belajar.
Tes pengukuran prestasi belajar siswa dalam aspek afektif bisa kita ketahui selama proses pendidikan dan pembelajaran berlangsung. Aspek afektif itu inheren dalam diri dan pola hayati siswa sehingga tes prestasi belajarnya kita lakukan selama proses berlangsung.
Tes kemampuan kognitif
Tes kemampuan kognitif merupakan jenis tes belajar nan terkait dengan pengetahuan hasil belajar. Selama proses belajar nan diikuti, siswa mendapatkan berbagai macam pengetahuan nan sangat berguna bagi kehidupan. Pengetahuan inilah nan diharapkan bisa menjadi bekal menghadapi kehidupan nan lebih baik. Dan, buat mengetahui taraf keberhasilan siswa dalam belajar, maka kita melakukan tes belajar.
Untuk mengetahui hasil tes belajar siswa dalam aspek kognitif ini, maka bisa melihat dari hasil saat siswa mengikuti berbagai ujian atau tes nan diselenggarakan sekolah dan guru dalam waktu tertentu. Ujian atau tes prestasi belajar ini merupakan program integral dalam kurikulum sekolah.
Oleh karena, maka kita mengenal ada tes belajar harian, tengah semester, semester, dan tes prestasi belajar siswa nasional. Macam-macam tes prestasi ini merupakan upaya buat mengetahui taraf perubahan nan terjadi pada siswa, terutama pada aspek kognitif. Artinya, kita mencoba buat mengetahui seberapa besar perubahan pengetahuan siswa antara sebelum mengikuti proses pembelajaran dan sesudah mengikuti proses pembelajaran.
Umumnya tes belajar aspek kognitif inilah nan menjadi patokan buat kelanjutan pendidikan siswa. Oleh sebab itulah, maka dalam proses pendidikan dan pembelajaran, aspek ini digarap secara intensif oleh sekolah dan guru. misalnya, mata pelajaran matematika, bahasa inggris, dan bahasa Indonesia merupakan aspek kognitif oleh sebagian besar guru dan sekolah sebagai penentu keberhasilan siswa. Hal ini sebab ujian nasional sangat mensyaratkan mata pelajaran tersebut mendapatkan nilai baik, lulus.
Tes kemampuan psikomotor
Tes kemampuan psikomotor ialah terkait dengan keterampilan nan didapatkan siswa dari proses pendidikan dan pembelajarannya. Dengan mengetahui taraf kemampuan ini, maka kita bisa menentukan taraf kemampuan siswa buat bekerja, melakukan kegiatan kerja. Oleh sebab itulah, maka tes belajarnya berupa kegiatan keterampilan.
Dalam konteks ini, guru atau sekolah mengadakan tes belajar siswa dengan penilaian praktek. Siswa harus melakukan kegiatan praktek terkait dengan kemampuan nan harus dimiliki siswa. Secara spesifik siswa dievaluasi taraf kemampuan skillnya dalam menangani suatu pekerjaan. Jika mereka bisa melakukan satu atau beberapa jenis keterampilan, tentunya tes prestasi belajar mereka berhasil.
Model Lain
Begitulah tes prestasi belajar nan kita lakukan buat mengevaluasi hasil proses pendidikan dan pembelajaran. Lantas mengapa global pendidikan masih dianggap tak profesional? Kurikulum nan ada di Indonesia ini dianggap kurang matang dan belum memenuhi baku demi mendapatkan anak-anak nan cerdas berkarakter dan penuh daya juang tinggi meraih prestasi lebih.
Anak-anak masih banyak nan ke sekolah hanya buat mendapatkan nilai. Masih sporadis ditemukan anak-anak nan ke sekolah buat mencari ilmu. Sedangkan nilai itu akan mengiringi ilmu nan telah didapatkan. Pihak sekolah pun terkadang menjadi bingung ketika angka menjadi seperti dewa. Sine qua non oemikiran lain nan membuat tes benar-benar mengukur kemampuan anak.