Jejak Tapak Ridho Rhoma
Ridho Tak Perlu Goyang
Tidak semua penyanyi dangdut itu harus bergoyang. Terkadang malah suaranya sudah menggoyang sehingga penyanyinya tak harus goyang. Contohnya Fatin nan merupakan salah satu peserta ajang pencarian bakat, X Factor. Gadis usia 16 tahun ini begitu imut dan ia pun mengenakan jilbab. Suaranya nan khas nan begitu enak didengar, sebenarnya tidak harus banyak gaya apalagi bergoyang-goyang. Fatin itu hanya perlu lagu nan nyaman dan tepat, maka penggemarnya pun akan semakin bertambah.
Kalau ia bergoyang, penggemarnya malah tak dapat menikmati suaranya nan sebenarnya. Begitu juga dengan Ridho Rhoma. Suara nan sudah begitu menggoyang, tidak perlu membuat dirinya goyang. Ia tetap disuka walaupun tak goyang. Ridho memang mencoba buat bergoyang sedikit demi menyenangkan para penggemarnya nan tetap merasa bahwa kalau penyanyi dangdut tak bergoyang, sepertinya ada nan kurang.
Goyangan Ridho seolah malah merusak goyangan orang nan menikmati suaranya. Ia bernyanyi saja dan serahkan goyangan itu kepada penikmat suaranya atau orang lain nan lebih pakar dalam bergoyang. Lagu nan asyik dengan nada nan bagus, niscaya akan membuat banyak orang semakin tergila-gila. Lihatlah apa nan terjadi ketika Ridho Rhoma datang ke kota kecil Tanjung Enim, Muara Enim, Sumatera Selatan, ia disambut dengan antusiasme nan luar biasa.
Inilah suatu verifikasi kalau di daerah pun orang menginginkan seorang penyanyi nan pandai bernyanyi dan bukan hanya pamer tampang ataupun raga nan mulus. Masyarakat itu ingin menikmati penyanyi nan memang pandai bernyanyi. Buakn penyanyi nan menghibur lewat tarian nan tak terlalu menarik sebab memang nan menyanyi dan menari itu bukan orang nan mahir. Hanya sebab wajahnya tampan atau wajahnya cantik. Menikmati kecantikan dapat lewat gambar para model saja.
Ridho Rhoma berusaha juga menghibur dengan beberapa gerakan nan cukup mengundang kelucuan. Tubuhnya nan tambun dengan paras tampan khas keturunan Arab, membuatnya terlihat cukup imut. Penampilan fisik nan tak mengecewakan ini membuat ia semakin meroket. Persaingan memang banyak dan makin ketat, apalagi dengan tampilnya beberapa penyanyi dangdut koplo nan sangat berani dalam berpakaian.
Butuh Kualitas
Ada suatu pergeseran kebiasaan nan tak boleh dibiarkan berlanjut. Para wanita muda semakin berani mengenakan baju nan sangat minim dan sangat ketat. Mereka seolah berlomba ingin menunjukan betapa seksi dan indahnya paha mereka. Mereka mungkin lupa bahwa kecantikan diri itu seharusnya tak perlu dipertontonkan. Apa bedanya mereka dengan para pelacur nan menjual dirinya. Mereka pun menjual tubuhnya.
Mereka rela tubuhnya dilihat dan bahkan ada nan merabanya. Sangat disayangkan bahwa hal ini dapat menjadi begitu populer. Pergeseran ini telah berakibat banyak sekali hal nan tak menyenangkan. Warta perkosaan dan warta pelecehan itu semakin hari sepertinya semakin tak terkendali. Hal ini malah terjadi di mana-mana, di sepenjuru tanah air. Sine qua non satu gerakan buat menghalangi agar kebiasaan nan tak sahih ini tak harus terus bergerak mempengaruhi lebih banyak wanita.
Banyak penyanyi dangdut nan tak harus bergoyang. Suaranya sudah cukup menghibur. Iis Dahlia, Iyet B, cukup bagus. Mereka tidak harus menggoyang seperti para penyanyi dangdut koplo atau Agnes Monika nan benar-benar terobsesi menjadi seperti seniman luar negeri nan memamerkan tubuhnya. Padahal jualan seperti ini tak akan laku dikalangan orang-orang nan masih menjunjung tinggi kebiasaan kesopansantunan.
Ada baiknya orang mulai menyenangi penyanyi nan berkualitas. Penyanyi nan benar-benar dapat bernyanyi dan bukan sebab penampilan fisik atau sebab lagunya nan enak. Telinga orang Indonesia ini harus dibiasakan dengan hal-hal nan lebih baik dan lebih berbobot. Lupakan semua penyanyi nan hanya bernyanyi ditopang oleh mesin. Biarkan penyanyi dengan suara nan memang bagus nan mengorbit. Kalau penyanyi tak asalan ini berjaya, bangsa ini mungkin dapat mendapatkan nama harum dari suara latif itu.
Kalau hal ini terus digulirkan, maka tak lama lagi, bangsa ini akan dihiasi oleh penyanyi nan benar-benar bersuara emas. Media dan semua masyarakat harus diberi kesempatan mendapatkan nan terbaik dan jangan disuguhi dengan tempelan dan kamuflase dari pertunjukan nan kurang memuaskan dahaga para pecinta kualitas. Dalam global dangdut pun diharapkan akan keluar para penyanyi nan memang bagus tanap harus berdandan seronok.
Biarkan orang menikmati suara dan bukan menikmati goyangan nan tak benar. Tidak ada gunanya menyaksikan goyangan nan hanya mendatangkan nafsu tak sahih itu. Apalagi melihat goyangan nan telah mengarah ke gerakan nan sangat tak sopan dipertunjukan. Jangan sampai orang-orang nan mempunyai kemampuan melakukan hal-hal nan diluar batas kebiasaan agama dan kebiasaan kesopansantunan. Mari bersama memperbaiki bangsa ini lewat hal nan baik dengan jalur nan baik.
Jejak Tapak Ridho Rhoma
Bintang nan semakin cermelang. Rhoma Irama akhirnya mendapatkan seorang penerus perjuangannya buat memoulerkan lagu dangdut ke kancah global nasional atau mungkin ke global internasional. Didikannya selama ini tak sia-sia. Ia telah menetaskan seorang bintang besar nan kelak akan menjadi Raja Dangdut ternama selegandaris dirinya. Walaupun kini sepertinya Ridho Rhoma tak secemerlang pada saat kemunculannya, masih banyak nan merindukan suara merdunya.
Siapa nan tak mengenal sosok Rhido Rhoma. Seorang pedangdut muda tampan nan memiliki suara melolankolis romantis, suara nan syahdu dan lembut. Dia lahir di Jakarta, 14 Februari 1989. Dia ialah anak bungsu Raja Dangdut nan melegenda, Rhoma Irama, dari istri ketiganya, Marwah Ali. Ia nan sempat digosipkan dengan beberapa seniman cantik, tampaknya malah terbukti tak menjalin kedekatan khusus.
Ridho Rhoma mulai serius menekuni global dangdut sejak awal 2009 dengan membentuk grup band dangdut pada masa ini bernama Sonnet 2 nan kemudian pada 22 januari 2009 meluncurkan album perdana dengan hits singel Menunggumu. Lagu ini begitu populer hingga orang langsung mengenal sosok Ridho Rhoma.
Hits Menunggumu ini langsung menyedot perhatian penonton, baik di kalangan remaja maupun dewasa. Genre musik nan dibawakan Ridho Rhoma yaitu, pop dangdut. Dia membawa rona baru dalam musik Indonesia. Dia telah mengubah kerangka berpikir masyarakat posmodernisme nan taklagi menganggap lagu dangdut itu kampungan dan murahan. Namun, lagu dangdut ialah musik nan elegan dan berkelas.
Rido Rhoma mencintai lagu dangdut sejak kelas tiga SD dan ia mulai menekuni musik dangdut sejak SMP. Rhoma Irama sengaja menyembunyikan Ridho dari publik. Tidak banyak orang tahu masa kecil Ridho bahwa dia anak Raja Dangdut Rhoma Irama. Rhoma ingin memberi kejutan pada masyarakat Indonesia bahwa akan datang seorang anak muda nan akan meneruskan kariernya sebagai raja dangdut di blantika musik dangdut.
Dia pertama kali memperkenakan Ridho Rhoma pada awal Januari 2009 dengan pentas satu anjung bersamanya pada malam tahu baru. Saat itu, Ridho nan tampan dan memiliki suara lembut ini langsung menarik perhatian penonton.
Meski tergolong baru di global musik Dangdut, Ridho sudah mendapat beberapa penghargaan dari AMI Awards. Dia menerima penghargaan sebagai grup band pada masa ini terbaik buat lagu Menunggumu dan aransemen lagu dangdut konpemporer terbaik terbaik. Selain pandai menyanyi, Rido juga dapat berakting. Dia menjajal keahlian aktingnya dalam film Kawat 2 Asmara garapan Endri Pelita dan Asep Kusdinar. Film Kawat 2 Asmara ini merupakan revolusi dangdut nan dikemas dengan penuh cinta, action, humor, dan human interest.
Film nan bergender musikal ini menampilkan Ridho Rhoma sebagai tokoh primer nan dipanggil ayahnya (Rhoma Irama) ketika sedang kuliah di Australia buat meneruskan perjalanan karier ayahnya sebagai Raja Dangdut. Ridho Rhoma pun akan beradu akting dengan Cathy Saron dalam film ini, nan memang dikabarkan sedang dekat dan menjalin interaksi asmara. Namun, mereka berdua tetap membantahnya.