Nasihat Orang Tua

Nasihat Orang Tua

Cerita anak durhaka pada umumnya berupa dongeng atau legenda. Contohnya kisah Malin Kundang dan Sangkuriang. Ceritanya melibatkan ilmu atau kesaktian tertentu. Bagi anak-anak nan kritis terlebih mereka nan mulai beranjak dewasa, cerita anak durhaka tersebut kurang dapat diterima. Mana mungkin orang dapat berubah menjadi batu, atau bahtera menjadi gunung.



Tips Menceritakan Cerita Anak Durhaka

Terkadang jika akan menceritakan cerita anak durhaka pada anak kita perlu berpikir dulu bagaimana cara menyampaikannya. Menceritakan sinkron dengan apa nan kita baca tak lantas membuat anak-anak mengerti. Setidaknya kita harus memasukkan unsur khayalan dan sedikit improvisasi dalam bercerita. Berikut ini tips agar cerita anak durhaka lebih mudah dipahami buah hati Anda.



Jelaskan Pengorbanan Ibu

Seorang ibu berjuang dengan caranya sendiri buat membesarkan anaknya. Dalam cerita Malin Kundang, ibu Malin berjuang sekuat tenaga membesarkan anaknya sendirian setelah suaminya berlayar dan tidak pernah kembali lagi. Ia bekerja keras agar Malin Kundang tumbuh layaknya anak-anak nan memiliki orang tua lengkap. Nasib baik belum berpihak pada mereka sehingga sampai malin Kundang dewasa, ia dan ibunya tetap hayati dalam kemiskinan.

Ajaklah anak Anda berdiskusi, apa nan seharusnya dilakukan oleh anak pada ibu nan membesarkannya seorang diri. Ibu memang tidak pernah mengharapkan balas jasa. Namun tanyakan pada anak Anda, apa nan dia harapkan atau inginkan setelah ia bekerja keras melakukan sesuatu. Arahkan ia bahwa sudah sangat wajar, kerja keras seseorang ingin dihargai. Begitu pula dengan seorang ibu. Cara berterima kasih bisa dilakukan dengan menjadi anak baik dan tak melakukan perbuatan tercela.

Memberikan klarifikasi seperti ini dapat membantu pemahamannya dalam mengartikan bagaimana berbakti kepada orang tua khususnya ibu. Dapat Anda gunakan cerita anak durhaka lain selain dari Malin Kundang. Semakin banyak cerita anak durhaka nan disampaikan akan membuka pikiran anak-anak, dan sedikit imbas hukuman, jika anak durhaka akan mendapat balasan.



Nasihat Orang Tua

Apakah Anda termasuk orang tua nan suka menasihati anak? Tanyakan pada anak apakah mereka menyukai nasihat-nasihat Anda. Apakah mereka memetik kegunaan dari nasihat nan Anda berikan. Jika anak merasa kurang nyaman dengan nasihat Anda, jelaskan padanya kenapa Anda menasihatinya. Katakan nasihat ialah bentuk afeksi agar anak tak mendapat masalah.

Pada dongeng-dongeng atau cerita legenda, orang tua juga kerap memberikan nasihat pada anaknya. Anak-anak nan tak mematuhi nasihat tersebut akhirnya mendapat malapetaka. Dalam kehidupan nyata, orang tua menasihati anaknya agar tak jajan sembarangan sebab dapat saja sakit perut atau menderita sakit tertentu, dampak jajan sembarangan. Jadi dongeng dan kehidupan konkret serupa.

Tanamkan dalam benak anak jika melanggar nasihat orang tua, terutama ibu itu sangat tak baik. contoh sanksi nan ada dalam cerita anak durhaka dapat Anda jadikan panduan buat memberitahukan anak apa hukumannya jika tak mematuhi nasihat orang tua.



Akibat Mematuhi Nasihat Orang Tua

Anak nan mematuhi nasihat orang tua akan berhati-hati dan menjaga perilakunya, sehingga ia terhindar dari bala besar. Seperti anak nan dinasihati oleh orang tua agar berhati-hati jika berjalan di jalan raya, maka risiko buat mengalami kecelakaan akan menurun.

Anak nan durhaka pada orang tuanya, cenderung tak hati-hati dan melakukan apa saja sinkron dengan keinginannya. Akibatnya, tak sporadis ia mendapat masalah atau bencana. Tanamkan juga betapa pentingnya mematuhi nasihat nan diberikan oleh orang tua.

Jadi, cerita anak durhaka dalam dongeng sangat mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Anak durhaka mendapat bencana. Namun, tentu saja bencananya berbeda dengan bala anak durhaka dalam cerita dongeng atau legenda.



Contoh Cerita Anak Durhaka buat Anak

Cerita anak durhaka tak saja terbatas pada kisah Si Malin Kundang dari Sumatera Barat. Masih banyak cerita nan bertemakan anak durhaka lainnya dan tentu saja memberikan imbas nan baik buat memberikan pedagogi pada anak seputar anak durhaka. Cerita anak durhaka ini juga dapat Anda jadikan sebagai cerita alternatif lain.



Legenda Gunung Batu Hapu

Tidak berapa jauh dari kota Rantau, ibu kota Kabupaten Tapin Propinsi Kalimantan Selatan terdapat dua desa bernama Tambarangan dan Lawahan. Menurut cerita orang tua-tua, dahulu kala di perbatasan kedua desa itu hiduplah seorang janda miskin bersama putranya. Nama janda itu Nini Kudampai, sedangkan nama putranya Angui.

Pada suatu hari, ketika Angui sedang bermain di halaman rumah, melintaslah seorang saudagar Keling. Saudagar itu amat tertarik kepada Angui setelah menatap Angui nan sedang bermain. Ia berdiri tak begitu jauh dari loka Angui bermain. Angui terus diamatinya. Dari hasil pengamatan itu, ia mendapatkan sesuatu nan menonjol pada penampilan Angui. Air muka Angui selalu jernih dan cerah.

Ubun-ubunnya kelihatan berlembah. Dahinya lebar dan lurus. Jari-jarinya panjang dan runcing ke ujung. Di ujung-ujung jari itu terdapat kuku laki nan bagus bentuknya. Satu hal nan memikat ialah adanya tahi lalat nan dimiliki Angui. Tahi lalat seperti itu dinamakan kumbang bernaung.

Saudagar Keling mendapat firasat bahwa tanda-tanda fisik nan dimiliki Angui menunjukkan nasib balk atau keberuntungannya. Barang siapa memelihara anak itu akan bernasib mujur.

"Aku harus mendapatkan anak itu," katanya dalam hati. Tanpa menyia-nyiakan waktu, saudagar itu segera menemui Nini Kudampai, sang ibu. Dengan keramahan dan kefasihan lidahnya berbicara selain janji-janji nan disampaikan, ia bisa menaklukkan hati Nini Kudampai. Nini Kudampai tak keberatan jika Angui diasuh dan dipelihara saudagar itu. Angui pun amat tertarik buat mengikuti saudagar itu pulang ke negerinya.

"Anak lbu tak akan hilang," kata saudagar itu meyakinkan. "Percayalah Bu, suatu saat kelak ia niscaya kembali menemui ibunya, bukan sebagai Angui nan sekarang ini, tetapi sebagai orang ternama."

Walaupun Nini Kudampai telah merelakan kepergian anaknya, ia tak bisa menyembunyikan rasa harunya ketika akan berpisah. Kesedihan dan keharuan kian bertambah ketika Angui meminta agar ketiga hewan teman bermainnya selama ini dipelihara sebaik-baiknya oleh ibunya.

"Bu, tolong Ibu jaga babi putih, anjing putih, dan ayam putihku. Jangan Ibu sia-siakan!" kata Angui sambil mencium tangan ibunya dengan linangan air mata.

Saudagar Keling pulang ke negerinya dan tiba dengan selamat bersama Angui. Angui diasuh dan dipeliharanya, tidak ubahnya memelihara anak kandung. Angui hayati bermanja-manja sebab kehendaknya selalu dikabulkan orang tua asuhnya. Kemanjaan itu berakibat jelek kepadanya. Ia lupa diri dan menjadi anak nakal, pemalas, serta pemboros.

Saudagar Keling sering tercenung seorang diri.

"Firasatku ternyata salah," katanya dalam hati, "rupanya keadaan lahir belum tentu mencerminkan sifat dan tabiat seseorang."

Saudagar Keling merasa tak mampu lagi menjadi orang tua asuh Angui. Kehadiran Angui dalam keluarga itu hanya menyusahkannya saja. Tidak ada jalan lain nan bisa ditempuh selain mengusir Angui. Saudagar Keling itu tak mau memeliharanya lagi.

Angui amat menyesali kelakuannya selama ini. Apa dayanya sebab sesal kemudian tiada guna. Ia hayati luntang-lantung tiada arah. Kesempatan baik telah disia-siakannya.

Syukurlah, lambat laun Angui mampu mengatasi keputusasaannya.

"Aku harus menjadi manusia nan berhasil," katanya penuh tekad.

Ia menanggalkan sikap malasnya dan mau bekerja membanting tulang. Ia tak merasa malu melakukan pekerjaan apa pun, asal pekerjaan itu halal.

Beberapa tahun kemudian, berkat kerja keras dan kejujurannya dalam bekerja, is menjadi seorang saudagar kaya. Kekayaannya tak kalah dibanding kekayaan saudagar Keling nan pernah menjadi orang tua asuhnya. Ketenarannya melebihi saudagar Keling itu.

Akhirnya, kekayaan Angui melebihi kekayaan siapa pun di negeri Keling itu. Namanya makin terkenal setelah is sukses menyunting putri raja Keling menjadi istrinya. Sejak menjadi menantu raja, Angui mendapat nama baru, yakni Bambang Padmaraga.

Meskipun sudah kaya, Angui alias Bambang Padmaraga sering terkenang kampung halamannya. Ia amat rindu kepada ibunya, Nini Kudampai. Ia juga teringat pada babi putih, anjing putih, dan ayam putih, ketiga teman bermain nan disayanginya. Selain itu, ia ingin memperkenalkan istrinya kepada ibunya dan menunjukkan keberhasilannya di perantauan. Ia ingin membahagiakan ibunya nan bertahun-tahun ditinggalkannya tanpa berita.

Pada suatu hari, Angui mempersiapkan sebuah kapal nan lengkap dengan anak buahnya. Tidak lupa pula bekal buat perjalanan jauh dan cendera mata, Inang pengasuh bagi istrinya turut serta dalam pelayaran ke negerinya. Ia dan istrinya menempati sebuah bilik spesifik di dalam kapal nan ditata begitu apik seperti dalam sebuah istana.

Berita kembalinya Angui dan istrinya, putri raja Keling, dengan naik kapal segera tersiar ke seluruh penjuru. Nini Kudampai pun mendengar dengan penuh rasa syukur dan sukacita. Apalagi kapal putranya itu syahdan merapat dan bersandar tak berapa jauh dari kediamannya.

Nini Kudampai segera berangkat ke pelabuhan dengan menggiring ketiga hewan piaraan teman bermain Angui, yaitu babi putih, anjing putih, dan ayam putih. Ia berharap agar Angui segera mengenalinya dengan melihat ketiga hewan itu.

Nini Kudampai pun berseru melihat Angui berdiri berdampingan dengan istrinya di atas kapal, "Anakku!"

Sebenarnya, Angui mengenali ibunya dan ketiga hewan piaraannya. Akan tetapi, ia malu mengakuinya di hadapan istrinya sebab penampilan ibunya sangat kumal. Jauh berbeda dengan ia dan istrinya. Ia memalingkan muka dan memberi perintah kepada anak buahnya, "Usir perempuan jembel itu!"

Hancur Iuluh hati Nini Kudampai diusir dan dipermalukan putra kandung nan dilahirkan dan dibesarkannya. Angui mendurhakainya sebagai ibu kandung. Ibu nan malang itu segera pulang ke rumah. Tiba di rumah, is memohon kepada Yang Mahakuasa agar Angui menerima kutukan.

Belum pecah riak di bibir, begitu selesai Nini kudampai menyampaikan permohonan kepada Tuhan, topan pun mengganas. Petir dan halilintar menggelegar membelah bumi. Kilat sabung-menyabung dan langit mendadak gelap gulita. Hujan deras bagai dituang dari langit. Gelombang menggulung kapal bersama Angui dan istri serta anak buahnya. Kapal dan segenap isinya itu terdarnpar di antara Tambarangan dan Lawahan. Akhirnya, kapal dan isinya berubah menjadi batu.

***