Unsur-unsur Naskah Drama
Drama merupakan salah satu bentuk karya sastra berupa pertunjukkan peran di atas panggung. Karena berangkat dari sebuah naskah nan kemudian dipentaskan, drama dapat dikatakan merupakan gabungan antara seni sastra dan seni pentas. Namun, ada juga text naskah drama nan dibuat hanya buat dibaca dan tak dipentaskan.
Jenis drama seperti itu biasa disebut closed drama. Kekuatan primer sebuah drama ada pada obrolan di antara para pemainnya. Drama umumnya mengangkat tema sosial nan terjadi sehari-hari di kehidupan masyarakat, termasuk tabiat atau karakter para tokohnya ialah tabiat manusia dalam keseharian.
Secara umum, drama memiliki empat unsur, yaitu naskah drama, para pemain, loka pertunjukan, serta penonton. Naskah drama disebut juga sebagai lakon. Inilah unsur primer sebuah drama. Tentu saja, tanpa naskah bagaimana mungkin akan ada pertunjukkan drama. Apa nan akan dipertunjukkan? Lakon jika tanpa pemain, tanpa loka pertunjukkan, dan tanpa penonton, masih dapat disebut sebagai drama, yaitu closed drama nan dapat dinikmati dengan cara membacanya.
Unsur-unsur Naskah Drama
Naskah drama atau lakon memiliki unsur-unsur menyerupai novel atau film. Adapun unsur-unsur nan menyusun sebuah lakon ialah sebagai berikut:
1. Tema
Tema merupakan ide cerita atau pokok pikiran nan menjadi dasar dibuatnya sebuah lakon. Tema ini kemudian digali dan dikembangkan sehingga menjadi sebuah cerita nan menarik buat dipersembahkan ke hadapan publik. Drama kerap mengambil tema konflik sosial nan sering terjadi di tengah masyarakat.
2. Amanat atau Pesan
Dalam setiap karya seni, selalu ada amanat. Yaitu hal krusial nan ingin disampaikan oleh si pembuat karya kepada para penikmat melalui karyanya tersebut. Amanat dalam sebuah lakon biasanya berupa pesan moral penulis kepada pembaca atau penontonnya.
Sebuah pertunjukkan drama dikatakan berhasil besar jika penontonnya bisa menangkap dengan baik amanat nan terkandung dalam pentas. Penonton dapat saja memiliki pemahaman nan berbeda satu sama lain meski disuguhi pertunjukkan nan sama. Itu semua bergantung dari persepsi dan pola pikir masing-masing.
Namun bila pemahaman penonton kebanyakan melenceng jauh dari amanat sesungguhnya, dapat jadi ada kesalahan pada unsur-unsur pendukung pertunjukkan sehingga mengaburkan amanat nan ingin disampaikan.
3. Plot
Plot atau alur cerita merupakan rangkaian peristiwa nan saling berkaitan satu sama lain dan berkesinambungan sehingga membentuk sebuah cerita nan utuh. Plot ini disusun sedemikian rupa supaya menarik perhatian penonton namun tetap dengan mengedepankan amanat dari lakon itu sendiri.
Peristiwa demi peristiwa nan terjadi harus bisa menangkap perhatian penonton dan mengarahkannya menuju masalah inti nan diangkat. Alur cerita nan menarik akan memudahkan penonton menangkap pesan nan tersirat, serta membuat penonton merasa nyaman menikmati pertunjukkan sampai akhir.
Plot nan baik memiliki unsur-unsur eksklusif nan membuatnya menjadi menarik. Di antaranya yaitu unsur penasaran, ketegangan, dan keterkejutan. Rasa penasaran nan tercipta pada diri penonton akan membuatnya terus mengikuti alur cerita dengan seksama.
Sementara ketegangan akan membentuk semacam interaksi emosional antara penonton dengan tontonannya. Unsur keterkejutan dapat menimbulkan perasaan tersendiri bagi penonton. Keterkejutan penonton ini biasanya muncul jika ada hal-hal nan terjadi di luar dugaan. Jalan cerita akan menjadi lebih menarik sebab penonton dibuat sulit menebak adegan berikutnya. Dengan begitu, mau tidak mau penonton menjadi terikat dengan alur cerita dan terus mengikutinya sampai selesai.
Berikut ini ialah beberapa tahapan nan sebaiknya dilakukan dalam menyusun sebuah alur cerita nan baik:
- Tahap taaruf atau termin eksposisi sebagai pembukaan lakon saat penonton mulai diperkenalkan dengan unsur-unsur cerita.
- Tahap konflik sebagai termin mulai munculnya masalah nan terjadi dan harus dihadapi oleh para tokoh nan berperan dalam cerita.
- Tahap komplikasi sebagai termin di mana semua masalah atau kejadian menjadi melebar dan saling berkaitan sehingga memunculkan kondisi nan sulit dan rumit.
- Tahap krisis sebagai termin saat masalah tengah berada di puncaknya.
- Tahap resolusi sebagai termin saat para tokoh nan berperan mulai mencari solusi buat menyelesaikan masalah.
- Tahap deduksi sebagai termin penyelesaian masalah saat para tokoh mengambil keputusan dan melakukan tindakan buat menyelesaikan masalahnya.
4. Karakter
Karakter biasa juga disebut perwatakan, mengacu pada para tokoh nan berperan dalam suatu drama. Dengan kata lain, karakter ialah mereka nan terlibat dalam peristiwa-peristiwa nan terjadi di dalam drama.
Ada majemuk karakter dengan sifat dan kedudukan nan berbeda pada sebuah drama. Ada karakter primer nan sangat penting, ada juga karakter pendukung nan tak begitu krusial namun tetap diperlukan keberadaannya guna mendukung karakter primer atau peristiwa nan terjadi. Karakter primer memiliki kedudukan tertinggi sebagai tokoh sentral dan berperan sebagai penggerak cerita.
Seperti halnya dalam sebuah film, dalam drama juga dikenal istilah protagonis dan antagonis. Protagonis ialah karakter atau pemain primer nan senantiasa ada di pihak kebaikan atau kebenaran. Tokoh baik inilah nan senantiasa dihadapkan pada konflik-konflik nan terjadi dan dituntut buat dapat menyelesaikan konflik tersebut.
Kualitas tokoh ini sangatlah krusial mengingat perhatian para penonton umumnya tertuju pada tokoh ini. Selain itu, tokoh primer selalu menjadi citra generik dari holistik cerita drama.
Tokoh berlawanan ialah kebalikan atau versus dari tokoh protagonis, yaitu tokoh nan menyimpang atau berada di pihak kejahatan. Tokoh berlawanan sering digambarkan sebagai sosok nan kerap berbuat dursila atau menimbulkan masalah. Ia juga berperan buat melawan tokoh baik dan mencegahnya menyelesaikan setiap masalah nan terjadi.
Di tengah tokoh protagonis dan antagonis, biasanya muncul tokoh konfidan atau tokoh penengah. Tokoh ini berperan sebagai penengah nan menjembatani konflik di antara pihak nan berselisih.
Tokoh-tokoh nan menjadi karakter pada pementasan drama sangat menentukan taraf kualitas pertunjukan drama. Bagaimana mereka membawakan obrolan demi dialog, disertai dengan gerakan tubuh nan menunjang, akan membuat penonton merasa tertarik dan mudah memahami jalan cerita.
5. Dialog
Dialog dapat dikatakan menjadi karakteristik khas primer dari drama. Tanpa dialog, sebuah karya sastra tak bisa disebut sebagai drama. Obrolan ialah percakapan langsung nan terjadi di antara tokoh dalam cerita. Dalam obrolan inilah dapat diketahui jalan cerita atau masalah apa nan terjadi dan diangkat dalam drama tersebut. Obrolan nan terjadi pada sebuah pertunjukkan drama berdasar pada nan tertulis dalam text naskah drama.
6. Seting
Seting dalam sebuah drama mencakup semua unsur nan mendukung alur cerita, seperti loka kejadian, waktu kejadian, serta suasana atau kondisi kejadian. Semua unsur pendukung ini berperan sebagai penguat cerita atau peristiwa sehingga penonton bisa dengan mudah memahami apa nan sedang berlangsung.
Karena itulah, loka pertunjukkan menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah pertunjukan drama. Seting anjung nan dibuat begitu meyakinkan akan menarik perhatian penonton dan menghayati tontonannya.
7. Bahasa
Bahasa tidak kalah pentingnya dengan unsur naskah drama nan lain. Drama nan dibuat dalam bahasa nan baik akan lebih mudah dimengerti dan dipahami. Begitu pula ketika diangkat ke panggung. Pertunjukan drama dengan penggunaan bahasa nan baik akan membuat penonton cepat tanggap dalam mengikuti alur cerita nan sedang dimainkan.
Pembuatan text naskah drama dalam sebuah pertunjukkan drama harus sudah dilakukan bersamaan dengan konsep pertunjukkan drama. Karena, text naskah tersebut harus benar-benar dihayati dan dipahami oleh para pemainnya. Agar, peran nan ada dalam naskah tersebut bisa dimainkan dengan baik.