Batasan Media Informasi dalam Pembentukan Kepribadian Anak
Anak-anak merupakan masa saat kepribadian dalam diri manusia terbentuk. Kepribadian ini nantinya menjadi sebuah karakter nan membedakan diri seseorang dengan nan lain. Kumpulan cerpen anak merupakan wahana atau media buat membentuk kepribadian anak tersebut.
Sastra dan Anak-Anak
Kumpulan cerpen anak termasuk karya sastra. Kata "sastra" sendiri berasal dari bahasa Sanskrta nan berarti tulisan atau teks nan di dalamnya mengandung ajaran atau perintah. Melalui prinsip dulce et utile , karya sastra diharapkan mampu memberikan sebuah hiburan sekaligus bermanfaat dan menambah pengetahuan.
Cerita atau dongeng merupakan bagian dari sastra, yakni sastra lisan. Secara umum, sastra anak-anak ialah sebuah karya sastra nan ditujukan buat anak-anak.
Karya sastra juga memilki kegunaan nan besar bagi anak-anak. Karya sastra dapat digunakan sebagai wahana pendidikan dan pembentukan karakter atau kepribadian pada anak. Pendidikan merupakan suatu upaya manusia buat mempercepat pengembangan potensi dalam diri manusia agar lebih siap buat mengemban tugas kehidupan sebagai manusia nan semakin hari semakin bertambah.
Pendidikan nan tepat juga akan memberikan suatu karakter atau kepribadian pada anak. Dalam hal ini, pendidikan tak hanya berorientasi pada pendidikan akademis. Pendidikan juga meliputi pendidikan moral, agama, dan budaya. Mengetahui bahwa karya sastra mampu menyediakan pendidikan dan wahana pembentukan kepribadian pada anak, maka hal itu juga merupakan salah satu alasan sastra anak-anak diciptakan.
Kumpulan Cerpen Anak sebagai Pembentuk Kepribadian
Ada berbagai aspek nan memengaruhi pembentukan kepribadian anak. Salah satunya ialah bermain. Bermain merupakan sebuah aktualisasi diri petualangan anak-anak dalam menemukan jati dirinya. Global anak-anak ialah global liar nan masih primitif. Tidak ada aturan-aturan, mereka bertindak sinkron dengan insting dan hatinya.
Dunia nan masih liar dan primitif inilah nan harus diarahakan oleh orang tua menjadi hal nan baik. Peran orang tua sangat dibutuhkan dalam hal ini buat membentuk kepribadian anak, misalnya dengan memberikan atau membacakan dongeng-dongeng nan mampu memengaruhi anak-anak buat menjadi pribadi nan baik seperti kepribadian nan dimiliki tokoh-tokoh protagonis di dalam dongeng anak-anak tersebut.
Sebuah dongeng atau cerita anak memiliki kegunaan nan besar dalam pembentukan kepribadian anak-anak. Untuk sebuah cerita, anak akan lebih menerima cerita nan tak terlalu panjang sehingga kumpulan cerpen anak tersebut mampu digunakan oleh orang tua buat membantu pembentukan kepribadian anak-anak.
Kumpulan cerpen anak memiliki gaya bahasa nan ringan. Alur atau plotnya pun tak dibuat rumit. Kumpulan cerpen anak lebih berisi mengenai sebuah kejujuran dalam bercerita. Narasi dan pilihan kata nan ringan membuat cerpen itu justru lebih hidup.
Para penulis kumpulan cerpen anak haruslah orang-orang nan sangat dekat dengan global anak-anak atau mungkin anak-anak itu sendiri sebagai penulisnya. Hal ini dimaksudkan agar kumpulan cerpen anak tersebut mampu diterima oleh daya nalar dan khayalan anak-anak. Ketika menulis sebuah cerita anak-anak, seseorang harus mampu "menjelma" menjadi seorang anak kecil nan lucu dan liar.
Kumpulan cerpen anak nan di dalamnya mengandung nilai-nilai kejujuran, keadilan, nasionalisme dan nilai-nilai luhur lainnya mampu digunakan sebagai wahana buat membentuk kepribadian anak. Masa kanak-kanak tersebut merupakan sebuah masa atau periode dalam kehidupan saat pengaruh-pengaruh luar akan sangat mudah masuk dan tanpa disadari akan inheren dan tumbuh bersama diri anak.
Penanaman nilai-nilai luhur pada masa kanak-kanak menjadi sesuatu nan harus dilakukan oleh orang tua dalam rangka pembentukan kepribadian anak-anak. Tampaknya, sebuah karya sastra, dalam hal ini kumpulan cerpen anak, merupakan sebuah alat nan cocok bagi pembentukan kepribadian anak tersebut. Sebuah karya sastra (cerpen) mengandung nilai sebagai sebuah amanat di dalamnya. Karya sastra nan memilki sifat kelembutan sangat cocok dengan anak-anak nan liar.
Karya sastra, dalam hal ini kumpulan cerpen anak, mengandung sebuah doktrin nan tak langsung. Nilai-nilai luhur nan terkandung di dalamnya bersifat pencitraan. Pencitraan inilah nan bisa membantu proses pembentukan kepribadian anak. Misalnya, katakanlah kisah-kisah mengenai Pandawa dan Kurawa.
Pandawa merupakan gambaran atau lambang kebaikan dan Kurawa merupakan simbol kejahatan. Dengan didukung oleh peran orang tua, anak-anak akan berusaha buat meniru Pandawa nan baik, meniru Arjuna nan gagah, atau Bima nan lugu dan jujur. Tanpa disadari, kepribadian anak tersebut telah terbentuk.
Batasan Media Informasi dalam Pembentukan Kepribadian Anak
Di era modern ini, teknologi mengambil peran nan cukup besar di dalam kehidupan. Televisi dan internet merupakan sebuah alat buat mendapatkan informasi nan paling digemari. Dalam hal pembentukan kepribadian, televisi justru dapat menjadi penghambat. Televisi memberikan batasan-batasan pada kreativitas dan khayalan anak-anak.
Melalui televisi, anak-anak mengetahui tokoh Superman. Namun, tokoh Superman nan dikenal anak-anak melalui televisi hanya sebatas tokoh manusia super pembela kebaikan dengan pakaian bertuliskan huruf "S" di dadanya dan sayap nan terbentang di belakangnya.
Sampai saat ini pun tokoh Superman tak berbeda, semua daya khayalan anak-anak sama mengenai Superman. Hal ini akan berbeda ketika anak-anak membaca tokoh mengenai Gatot Kaca melalui sebuah karya sastra. Keliaran anak-anak akan memengaruhi khayalan dan kreativitasnya nan juga liar. Tidak ada batasan seperti batasan nan terjadi pada bingkai-bingkai televisi.
Karya Sastra sebagai Ajaran Kelembutan pada Anak
Karya sastra sangat berbeda dengan buku-buku bacaan anak nan lain. Buku bacaan anak lain nan berisi informasi mampu menambah pengetahuan anak. Namun, pengetahuan tersebut hanya bersifat rasioanl atau didasarkan pada akal dan kemampuan berpikir anak. Hal ini berbeda denga karya sastra. Dalam suatu karya sastra, aspek nan sangat krusial dan ditonjolkan ialah "rasa". Sebuah "rasa" terkadang melampaui rasionalitas manusia.
Sebuah "rasa" nan disajikan dalam karya sastra mampu melatih kepekaan perasaan anak. Rasa cinta, belas kasihan, syukur, dan sebagainya akan semakin mudah tumbuh dan berkembang dalam diri anak-anak.
Apabila anak-anak sudah memiliki sebuah kepekaan perasaan, mereka akan tumbuh menjadi anak nan menuh dengan kelembutan dan menghindari kekerasan. Kepekaan dan kelembutan rasa nan telah tumbuh dan mengakar dalam dirinya akan mengontrol emosi dan egonya. Kekerasan pun akan kalah dengan kekuatan perasaan ini.
Kumpulan cerpen anak secara spesifik dan karya sastra secara generik sangat dibutuhkan kehadirannya demi pembentukan kepribadian anak. Cerpen atau kumpulan cerpen anak disoroti secara spesifik karena cerpen atau cerita pendek memilki porsi nan pas buat konsumsi kreativitas dan khayalan anak-anak. Cerpen tak telalu pendek sehingga nilai-nilai luhur tetap bisa diidentifikasi oleh anak dan tak terlalu panjang sehingga tak membuat anak bosan. Seperti contoh cerpen dari kumpulan cerpen anak berikut.
#1
Keledai dan Garam Muatannya
Seorang pedagang, menuntun keledainya buat melewati sebuah sungai nan dangkal. Selama ini mereka telah melalui sungai tersebut tanpa pernah mengalami satu pun kecelakaan, tetapi kali ini, keledainya tergelincir dan jatuh ketika mereka berada tepat di tengah-tengah sungai tersebut.
Ketika pedagang tersebut akhirnya sukses membawa keledainya beserta muatannya ke pinggir sungai dengan selamat, kebanyakan dari garam nan dimuat oleh keledai telah meleleh dan larut ke dalam air sungai. Gembira sebab merasakan muatannya telah berkurang sehingga beban nan dibawa menjadi lebih ringan, sang Keledai merasa sangat gembira ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka.
Pada hari berikutnya, sang Pedagang kembali membawa muatan garam. Sang Keledai nan mengingat pengalamannya kemarin saat tergelincir di tengah sungai itu, dengan sengaja membiarkan dirinya tergelincir jatuh ke dalam air, dan akhirnya dia dapat mengurangi bebannya kembali dengan cara itu.
Pedagang nan merasa marah, kemudian membawa keledainya tersebut kembali ke pasar, dimana keledai tersebut di muati dengan keranjang-keranjang nan sangat besar dan berisikan spons.
Ketika mereka kembali tiba di tengah sungai, sang keledai kembali dengan sengaja menjatuhkan diri, tetapi pada saat pedagang tersebut membawanya ke pinggir sungai, sang keledai menjadi sangat tak nyaman sebab harus dengan terpaksa menyeret dirinya pulang kerumah dengan beban nan sepuluh kali lipat lebih berat dari sebelumnya dampak spons nan dimuatnya menyerap air sungai.
#2
Burung Gagak dan Sebuah Kendi
Pada suatu musim nan sangat kering, dimana saat itu burung-burungpun sangat sulit mendapatkan sedikit air buat diminum, seekor burung gagak menemukan sebuah kendi nan berisikan sedikit air. Tetapi kendi tersebut merupakan sebuah kendi nan tinggi dengan leher kendi sempit. Bagaimanapun burung gagak tersebut berusaha buat mencoba meminum air nan berada dalam kendi, dia tetap tak bisa mencapainya. Burung gagak tersebut hampir merasa putus harapan dan merasa akan meninggal sebab kehausan.
Kemudian tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya. Dia lalu mengambil kerikil nan ada di samping kendi, kemudian menjatuhkannya ke dalam kendi satu persatu. Setiap kali burung gagak itu memasukkan kerikil ke dalam kendi, permukaan air dalam kendipun berangsur-angsur naik dan bertambah tinggi hingga akhirnya air tersebut bisa di capai oleh sang burung Gagak.
***