Riwayat Pendidikan Muhammad Iqbal
Negara Pakistan nan kita kenal saat ini, mungkin tak akan terwujud jika tak ada seorang tokoh sastra Islam nan reformis seperti Dr. Muhammad Iqbal .
Tepat sekali jika ada nan mengatakan bahwa goresan pena kadang lebih tajam dari pedang.
Banyak revolusi nan terjadi di hampir seluruh negara di global disebabkan tulisan-tulisan orang nan kritis, kreatif, visioner, dan anti kemapanan. Begitu pula nan terjadi di salah satu negara bagian India tepatnya di Sialkot, Punjab, India. Dengan tokoh Iqbalnya.
Masa Kanak-kanak Muhammad Iqbal
Siapa nan menyangka lahirnya bayi laki-laki mungil nan diberi nama Muhammad Iqbal atau lebih dikenal dengan Allama Iqbal pada tanggal 9 November 1877, kelak menjadi salah satu tokoh paling berperan pada peristiwa berdirinya Negara Pakistan bersama tokoh politik Muhammad Ali Jinah.
Muhmmad Iqbal lahir dari keluarga kelas menengah dan memiliki kedua orang tua nan taat menjalankan syariat Islam. Ayahnya bernama Syekh Nur Muhammad ialah seorang penjahit. Meskipun ayahnya tak berpendidikan tinggi, namun beliau ialah muslim nan taat serta memiliki wawasan keilmuan agama nan cukup luas. Sedangkan ibunya bernama Imam Bibi ialah sosok wanita nan santun dan karismatik. Imam Bibi dikenal sangat dermawan dan suka menolong orang fakir dan miskin.
Iqbal sangat mencintai kedua orangtuanya, terutama ibunya. Bahkan pada saat ibunda meninggal dunia, Muhammad Iqbal secara spesifik membuatkan puisi. Sejak umur 4 tahun Muhammad Iqbal sudah dibekali dengan nilai-nilai Islam nan kuat. Berada di tengah lingkungan keluarga dan masyarakat nan aman membentuk Iqbal kecil sebagai anak nan kritis dan kreatif.
Kemampuan menulisnya telah terlihat sejak bangku sekolah dasar seiring dengan kebiasaannya membaca buku-buku agama. Di bawah bimbingan Mauliwi Mirr Hasan (kepala sekolah di Madrasah loka Muhammad Iqbal menuntut ilmu), kemahiran menulis Muhammad Iqbal semakin terasah.
Kehidupan Pribadi Muhammad Iqbal
Setelah lulus dari Scotch Mission College di Sialkot, Muhammad Iqbal pindah ke Lahore masuk ke kolese pemerintah dan menjadi murid dari Sir Thomas Arnold (seorang ahli Islam dan filsafat modern ). Muhammad Iqbal tamat dengan predikat Cum Laude . Pada tahun nan sama, Muhammad Iqbal menikahi muslimah bernama Karim Bibi, anak perempuan dari ilmuan fisika Khan Bahadur Ata Muhammad Khan.
Muhammad Iqbal dikaruniai sepasang anak laki-laki dan perempuan, bernama Miraj Begum dan Aftab Iqbal. Muhammad Iqbal juga mempunyai anak laki-laki bernama Javid Iqbal, dari pernihakannya nan kedua bersama Sardar Begum. Pada Desember 1914, Muhammad Iqbal melangsungkan pernikahannya nan ketiga dengan Mukhtar Begum.
Riwayat Pendidikan Muhammad Iqbal
Lulus dari universitas, Muhammad Iqbal melanjutkan S2 dalam bidang filsafat. Sempat menjadi pengajar dan korektor bahasa Arab di Universitas Kolese Oriental, Lahore. Tahun 1905, Iqbal melanjutkan studi di Lincoln Inn, London, buat menjadi pengacara. Tak lama setelah menamatkan ilmu hukum, Muhammad Iqbal kembali memperdalam keilmuan filsafatnya dengan belajar di Universitas Cambridge.
Di saat nan bersamaan, Muhammad Iqbal juga mempersiapkan disertasi gelar doktor di Universitas Munich, Jerman. Gelar Doktor dalam bidang filsafat sukses ia raih pada 1907, dengan mengambil judul disertasi "Perkembangan Metafisika di Persia".
Karya-karya Sastra Muhammad Iqbal nan Terkenal
Semua karya sastra nan dibuat Muhammad Iqbal terinspirasi dari Al-qur’an. Sejak kecil, ketika belajar Al Quran dengan sang ayah, Muhammad Iqbal selalu ditekankan buat memahami Al Quran dengan sepenuh jiwa seakan-akan kitab kudus tersebut diturunkan untuknya. Bahkan puisi-puisi cinta nan dibuatnya pun selalu bermuara pada strata cinta nan paling tinggi yaitu kepada Allah Azza Wa Jalla dan kekasih-Nya Nabi Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
Kebanyakan karya sastra Muhammad Iqbal nan terkenal ialah syair-syair puisinya nan berbahasa Persia dan Urdhu, antara lain:
- ‘Asrar - l Khudi (Rahasia Diri)
- Payam – l Masyriq (Pesan dari Timur)
- Navid Namah (Kitab Keabadian)
Buku-bukunya nan dianggap krusial adalah:
- Reconstruction of Religious Thought in Islam
- The Reconstruction of Muslim Jurisprudence
Muhammad Iqbal memang sastrawan sekaligus pemikir Islam sejati. Sepanjang hidupnya Muhammad Iqbal telah melahirkan banyak karya terutama puisi-puisi tentang pemikiran dan perjuangannya.
Bahkan sesaat sebelum menghembuskan napas terakhir, sang penyair besar itu menuliskan sebuah puisi:
Bila saya telah meninggalkan global ini
Tiap orang berkata bahwa mereka mengenal hamba Allah ini
Tapi sebenarnya, tiada seorangpun mengenal pengelana ini
Siapa nan saya ajak bicara dan darimana saya datang
Perjalanan Karir dan Politik Muhammad Iqbal
Berbekal segudang ilmu nan sudah ia raih di Eropa, Muhammad Iqbal kembali bergabung di kolese pemerintah sebagai profesor filsafat dan kesusastraan Inggris. Tak berpuas diri hanya dengan menjadi seorang akademisi, Muhammad Iqbal mulai merambah ke global politik.
Pada 1908, di sela-sela kesibukannya dalam bidang hukum dan politik, Muhammad Iqbal bergabung dengan Komite Inggris Perserikatan Muslim se-India. Ia pun terpilih sebagai anggota legislatif Punjab dan menjadi salah satu pemikir politik nan cukup diperhitungkan.
Sebagai seorang muslim nan taat, Muhammad Iqbal sangat prihatin dengan kondisi umat muslim di India. Pada saat itu kaum muslim nan minoritas berada pada titik nadir terendah, miskin, tak berpendidikan, mengalami perlakuan nan diskriminatif dari pemerintahan Hindu nan mayoritas. Meskipun tak menyebutkan nama Pakistan sebagai negara secara eksplisit, namun di hampir setiap pidatonya Muhammad Iqbal menyerukan akan pentingnya mendirikan suatu negara bagi kaum muslim di India.
Pada 1930, pidato kepresidenan Perserikatan Muslim menjadi momentum buat pembentukan konsep dasar Negara Pakistan. Sejak saat itu, wacana pembentukan Negara Pakistan menjadi perjuangan bersama kaum muslim di India. Karena gagasan inilah, Muhammad Iqbal dijuluki " The Founding Father "-nya Pakistan atau "Bapak Pendiri Pakistan".
Daerah-daerah nan ingin digabungkan dalam satu negara Islam India ialah Punjab, daerah perbatasan Sind dan Balukhistan. Tak hanya isu pembentukan negara Islam, Muhammad Iqbal juga menyerukan kebangkitan dan persaudaran Islam di seluruh dunia.
Bersama teman seperjuangan, Muhammad Ali Jinnah, Dr. Muhammad Iqbal telah melewati perjalanan panjang dan berliku demi mewujudkan sebuah negara Islam di India. Tantangan dan rintangan nan tak hanya datang dari pemerintah berkuasa Hindu, namun juga sesama tokoh politik Islam lainnya, tidak membuatnya gentar dan mundur. Keluwesannya dalam mensikapi disparitas di antara tokoh-tokoh politik Islam, dipengaruhi oleh pemikirannya nan sangat menghayati Islam, namun juga menghargai nilai-nilai baik dari peradaban Barat.
Akhir Hayati Dr. Muhammad Iqbal
Antara 1934-1938, Muhammad Iqbal mengalami sakit berkepanjangan, tepatnya setelah perjalanan dari Spanyol dan Afghanistan. Di akhir masa hidupnya, Muhammad Iqbal menghabiskan waktunya mengembangkan Darul Islam Trust Institute di Real Jamalpur bersama Chaudhry Niaz Ali Khan.
Pada 21 April 1938, beliau menghembuskan napas terakhir dan dimakamkan di Mesjid Badhshahi, Lahore. Hingga akhir hayatnya, Muhammad Iqbal tak sempat melihat pemikiran dan perjuangannya akan negara Islam terwujud. Beberapa tahun kemudian yaitu tahun 1947, akhirnya Pakistan merdeka dan berdiri.