Monginsidi dan Jenderal M Jusuf
Jenderal M Jusuf ialah salah satu tokoh militer Indonesia nan cukup disegani pada masanya. Jenderal M Jusuf sangat populer ketika ia menjabat sebagai Panglima ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Ketika menjabat sebagai Panglima ABRI, Jenderal M Jusuf terkenal sebagai jenderal nan dekat dengan prajurit. Jenderal M Jusuf memiliki pandangan bahwa buat mewujudkan tentara nan profesional, terlebih dahulu harus diupayakan meningkatkan kesejahteraan para prajuritnya.
Karena itu, ia sangat memperhatikan barak, perumahan, serta mes tentara dan keluarganya. Tak sporadis ia mendatangi langsung loka tinggal para anak buahnya itu buat mengetahui kondisi nan sebenarnya.
Saat latihan militer, Jenderal M Jusuf selalu berbaur dengan para prajurit di lapangan. Ia selalu ingin merasakan apa nan anak buahnya rasakan. Tak sungkan ia melompati parit bersama para prajuritnya nan sedang melakukan latihan.
Perjalanan Karier Jenderal M Jusuf
Perjalanan karier Jenderal M Jusuf melampaui tiga zaman nan berbeda: zaman Perang Kemerdekaan, Orde Lama, dan Orde Baru. Dua bidang nan berbeda pun dijalaninya, yaitu bidang sipil dan militer. Bahkan Jenderal M Jusuf merupakan satu-satunya tokoh militer nan meraih kembali karier militernya setelah lama berkarier di global sipil.
Selengkapnya perjalanan karier Jenderal M Jusuf ialah sebagai berikut.
1. Karier Militer Jenderal M Jusuf
- Perang Kemerdekaan pada Satuan Sulawesi di Yogyakarta.
- Ajudan Letkol Kahar Muzakkar pada Staf Komando Markas ALRI Pangkalan X di Yogyakarta.
- Kapten pada Corps Polisi Militer (CPM), Desember 1949.
- Anggota Staf Komisi Militer buat Indonesia Timur, Desember 1949-1950.
- Ajudan Panglima TT-VII/TTIT Kolonel Alex Kawilarang, April 1950.
- Kepala Staf Resimen Infanteri (RI) 24 di Manado, 1953-1954.
- Asisten II (Operasi) TT-VII/TTIT di Makassar, 1955-1956.
- Kepala Komando Reserve Generik (KRU) dengan pangkat Mayor, Oktober 1956.
- Kepala Staf Resimen Hasanuddin (RI-Hasanuddin) di Parepare, Sulawesi Selatan.
- Menandatangani naskah Piagam Permesta, 1 Maret 1957.
- Memperoleh pangkat Letnan Kolonel, Februari 1958.
- Kepala Staf Komando Daerah Militer Sulawesi Selatan dan Tenggara (KDMSST) di Makassar, Februari 1959.
- Panglima KDMSST, Oktober 1959.
- Meraih pangkat Kolonel, Juli 1960.
- Panglima Kodam XIV/Hasanuddin di Makassar, 1960-1964.
- Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI pada Kabinet Pembangunan III, 29 Maret 1978-19 Maret 1983.
2. Karier Sipil Jenderal M Jusuf
- Menteri Perindustrian Ringan pada Kabinet Dwikora I, 27 Agustus 1964-21 Februari 1966.
- Menteri Perindustrian Dasar pada Kabinet Dwikora II, 24 Februari 1966-28 Maret 1966.
- Menteri Perindustrian Dasar pada Kabinet Dwikora III, 28 Maret 1966-25 Juli 1966.
- Menteri Perindustrian Dasar dan Menengah pada Kabinet Ampera I, 25 Juli 1966-17 Oktober 1967.
- Menteri Perindustrian pada Kabinet Pembangunan I, 6 Juni 1968-28 Maret 1973.
- Menteri Perindustrian pada Kabinet Pembangunan II, 28 Maret 1973-28 Maret 1978.
- Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), 1983-1988 dan 1988-1993.
Jenderal M Jusuf Melepas Gelar Bangsawan
Andi Muhammad Jusuf Amir begitulah nama lengkapnya. Lahir di Kayuara, Bone, Sulawesi Selatan pada 23 Juni 1928 dan mati di Makassar pada 8 September 2004 dalam usia 76 tahun. Gelar Andi di depan namanya menunjukkan kalau ia merupakan seorang bangsawan Bugis.
Namun, sebab sifat merakyatnya,gelar tersebut ditanggalkannya dan tidak pernah dipakai lagi sejak 1957. Dia bangsawan pertama nan mengambil sikap seperti ini.
Dari perkawinannya dengan Elly Saelan, Jenderal M Jusuf dikaruniai seorang putra bernama Jaury Jusuf Putra. Putra tunggalnya ini meninggal global lama sebelum Jenderal M Jusuf dipanggil Allah Swt. Jenderal M Jusuf juga mempunyai beberapa anak angkat.
Jenderal M Jusuf dan Rahasia Supersemar
Jenderal M Jusuf merupakan salah seorang tokoh kunci lahirnya Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) bersama Jenderal Basuki Rachmat dan Jenderal Amir Machmud. Jenderal M Jusuf bersama kedua rekannya itulah nan datang ke Istana Bogor buat menemui Presiden Soekarno nan kemudian memunculkan Supersemar. Supersemar menjadi awal jatuhnya Soekarno dan naiknya Soeharto bersama Orde Baru-nya.
Hingga kini, Supersemar masih menyisakan rahasia dan kontroversi tentang keaslian dan keabsahannya bagi Soeharto buat mengambil berbagai tindakan nan berujung pada naiknya dia ke tampuk kekuasaan di negeri ini.
Setelah Basuki Rachmat dan Amir Machmud meninggal, banyak nan berharap Jenderal M Jusuf -karena kelurusan sikapnya selama ini- membuka tabir gelap nan menyelimuti Supersemar.
Banyak pihak meyakini, sesungguhnya Jenderal M Jusuf mengetahui semua tentang Supersemar. Namun, hingga akhir hayatnya, Jenderal M Jusuf tidak pernah membuka semua itu. Ia membawa rahasia Supersemar hingga menemui Khaliknya.
Monginsidi dan Jenderal M Jusuf
Untuk menghormarti orang-oarang nan pantas dihormati, masyarakat kita memiliki cara tersendiri. Saat Robert Wolter Monginsidi dimakamakan puluhan tahun nan lalu, rakyat Makassar memenuhi jalananan, menangis, dan memberi pernghormatan terakhir. Sama halnya dengan kepergian Jenderal M jusuf, ribuan sampai belasan ribu orang mengantar Jenderal M Jusuf ke loka peristirahatan terakhirnya di Taman Makam Panaikang.
Jenderal M Jusuf ialah tokoh nan hayati di sebuah zaman membangun ke-Indonesia-an, membangun fisik, dan membangun moralnya. Sementara itu, Monginsidi menghabiskan hidupnya dengan berjuang melawan penjajah Belanda sampai akhir hayatnya. Monginsidi menghidupkan moral kepahlawanan sampai detik-detik sebelum ia dihukum mati.
Monginsidi dan Jenderal M Jusuf sangat dihormati rakyat bahkan setelah keduanya wafat. Rakyat Indonesia bersedih dan menangis ditinggal oelh kedua tokoh ini. rakyat Indonesia menangis sebab merasa bangga pernah memiliki pemimpin seperti mereka berdua. Tangisan mereka merupakan wujud pernghormatan nan tulus dan tanpa pamrih. Itulah cara rakyat menghormati orang-orang nan memang layak dihormati.
Pada saat kepergian Jenderal M Jusuf, iring-iringan panjang kendaraan dari rumah duka di Jalan Sungai Tangka, mengantar jenazah Jenderal M Jusuf ke Masjid Al Markaz. Panjang rombongan kendaraan itu ialah sekitar dua kilometer, ini ialah sebuah pemandangan nan sporadis disaksikan atau langka. Iring-iringan kendaraan ini memnyebabkan stagnasi di beberapa lokasi, tetapi tak ada satupun orang nan protes. Justru nan muncul ialah rasa takjub, sedih, dan penghormatan.
Tidak hanya itu, ribuan orang juga memenuhi Jalan Urip Sumoharjo, jalan menuju pemakaman Jenderal M Jusuf. Warga Makassar dan sekitarnya dengan sabar berjejer di pinggir jalan ini seperti menjemput seorang tamu agung. Sebagian warga lagi menunggu di tengah jalan sambil melihat ke arah barat di mana iring-iringan pembawa jenazah akan muncul.
Sekitar pukul dua siang waktu setempat, puluhan mobil nan berisi rombongan orang dari Jakarta sampai di Panaikang. Sebagian besar rombongan mobil tersebut bernombor polisi Jakarta. Mobil pengantar ini berjejer sampai ke perempatan Jalan Pettarani-Urip Sumoharjo nan ditutup selama acara pemakanam berlangsung. Tidak hanya mobil nan mengiringi kepergian Jenderal M jusuf, sekitar seribu motor juga ikut mengiringi perjalanan dari Masjid Al Markaz ke loka pemakaman.
Lautan manusia pun terlihat di sepanjang jalan nan dilalui oleh rombongan pengantar jenazah. Ribuan warga sekitar tumpah ruah ke jalan, bahkan ada juga nan berjalan jauh menuju ke loka pemakaman. Semenjak pagi, dua persimpangan jalan menuju ke loka pemakaman sudah ditutup. Proses pemakaman nan istimewa ini dihadiri oleh para pejabat pusat dan daerah, tokoh masyarakat, warga kota, dan murid-murid sekolah. Makam Jenderal M Jusuf terletak di Taman Pemakaman Islam nan dekat dengan TMP Panaikang.