Evie Tamala dalam Belantika Musik Dangdut Koplo Palapa Terlaris
Lagu dangdut sepertinya sudah menjadi gaya hayati bagi sebagian masyarakat Indonesia, terutama masyarakat kalangan menengah ke bawah nan membutuhkan banyak hiburan di tengah kemiskinan negara nan semakin merajalela.
Kebanyakan lagu dangdut dipublikasikan dengan nama dangdut koplo nan membuat para pendengarnya dapat mendengarkan alunan kendang sebagai alat musik tradisional khas masyarakat Indonesia.
Dangdut koplo Palapa dikenal sebagai lagu dangdut nan dipublikasikan secara spesifik bagi para penggemarnya. Oleh karena itu, lagu-lagu dangdut koplo ini biasanya tak hanya dinyanyikan oleh satu penyanyi saja.
Misalnya saja, lagu dangdut nan dinyanyikan oleh Evie Tamala biasanya dinyanyikan dan dipopularkan kembali oleh penyanyi dangdut lainnya nan namanya belum terlalu terkenal di global musik Indonesia.
Hal tersebut tentu memberikan perbedaan makna nan berbeda sebab tiap penyanyi dangdut memiliki karakteristik khas tersendiri saat mereka membawakan lagu dangdut nan bertema sama. Ada nan membawakannya sinkron dengan temanya, ada juga nan membawakannya dengan lincah seolah-olah tema nan diangkat bukan tema representatif nan menggambarkan kehidupan masyarakat pada umumnya.
Evie Tamala dalam Belantika Musik Dangdut Koplo Palapa Terlaris
Beberapa lagu dangdut koplo Palapa ada nan cukup laris di pasaran berkat temanya nan mampu merepresentasikan kehidupan masyarakat Indonesia, ada juga nan laris sebab lagunya nan enak buat dijadikan pengiring tarian atau goyangan dan ada juga nan terkenal sebab penyanyinya sudah terkenal atau menarik bagi sebagian besar kalangan masyarakat Indonesia.
Salah satu penyanyi dangdut nan terkenal laris sejak dahulu ialah Evie Tamala nan pertama kali menyanyikan lagu dangdut berjudul "1001 Hari", dan kemudian dipopularkan kembali oleh penyanyi lainnya.
Penyanyi dangdut nan lahir dengan nama orisinil Cucu Suryaningsih ini lahir pada tanggal 23 Juni 1969 di Tasikmalaya, Jawa Barat. Ia mulai meniti karirnya di global musik pada tahun 1980-an sebagai penyanyi anjung nan tergabung dalam orkes Melayu Sinar Remaja.
Orkesnya tak hanya terkenal sampai di Tasikmalaya saja, tapi juga sudah merambah ke Kota Bandung hingga akhirnya seorang pencipta lagu dangdut mendengar suaranya nan merdu dan dianggap sebagai aset nan baik dan akan laku di pasaran pecinta musik dangdut.
Akan tetapi, album pertama Evie tak beredar seperti nan diharapkan sehingga banyak pihak nan merasa kecewa, terutama Evie Tamala sendiri. Penyanyi nan pada awalnya memiliki nama anjung Ucie Safarina ini kemudian membuat album keduanya nan lagu nan berjudul "Tang Ting Tong Der".
Sayangnya, album kedua tersebut juga sepertinya belum mampu mengangkat namanya ke belantika musik Indonesia sampai akhirnya ia membuat album ketiga nan berjudul"Dokter Cinta". Lagunya nan kemudian paling dikenal oleh masyarakat ialah " Selamat Malam", "Ketok Magic", dan "Dokter Cinta".
Dalam kehidupan pribadinya, ia pernah menjalin interaksi pernikahan nan tak bertahan lama dengan Heru. Hal ini disebabkan oleh pernikahan mereka nan tak dapat memberikan keturunan kepada keduanya. Lalu pada tahun 2003, ia kemudian menikah lagi dengan Malik. Sampai sekarang, pernikahannya nan kedua juga belum membuahkan keturunan nan diharapkan.
Akan tetapi, di tengah kehidupan pribadi nan tak terlalu menyenangkan itu, Evie Tamala sukses merenda kariernya dengan baik dengan menghasilkan album-albumnya nan berjudul "Tang Ting Tong Der" (1988), "Dokter Cinta" (1989), "Aduh Sayang" (1991), "Suara Hati Evie Tamala" (1998), "Kasmaran" (1999), "Album Cinta" (2000), "Best of The Best Evie Tamala" (2000), "Getar Suara Hati" (2003), "Kandas", "Aku Rindu Padamu", dan "Best of Evie Tamala 2" (2012).
Lagu dangdut terbaru nan dirilis oleh Evie Tamala berjudul "1001 Hari" nan kemudian laku di pasaran sebagai lagu dangdut koplo Palapa. Berikut ialah lirik lagunya.
seribu satu hari telah saya lalui
seribu satu hari terasa gelisah hati
tanpamu tiada gairah jiwa, tiada canda dan tawa
duhai kakanda, belahan jiwa, datanglah segera
seribu satu hari
reff:
malam demi malam ku lalui
ku merindukanmu tanpa henti
terasa amat sunyi, rasa ku pendam sendiri
hari demi hari ku lewati
ku menantikanmu tanpa letih
.... amat cantik, lama tertanam di hati
demi apapun terjadi kau akan tetap ku nanti
1001 hari
repeat reff
seribu satu hari telah saya lalui
seribu satu hari terasa gelisah hati
Rita Sugiarto dan Dangdut Koplo Palapa
Salah satu penyanyi dangdut senior nan juga terbilang berhasil di belantika musik dangdut Indonesia ialah Rita Sugiarto. Penyanyi nan lahir pada tanggal 19 September 1965 ini juga menciptakan beberapa lagu dangdut nan dinyanyikannya. Perjalanan kariernya dimulai sejak ia berduet dan mengisi suara dalam film Rhoma Irama nan berjudul "Gitar Tua", "Berkelana", dan "Darah Muda".
Beberapa judul lagunya nan terkenal ialah Sahdu (duet Rhoma Irama), Piano (duet Rhoma Irama), Zaenal, Jacky, Pacar Global Akhirat, Cinta Setengah Mati, Biarlah Merana, Idaman Hati, Lukaku, Siksa Kubur, Permata Biru, Cinta Berawan, Air Bunga, cinta Putih, Kupu-Kupu, Bukan nan Kupinta, Sejuta Luka, Rindu Menanti, Spesifik Malam Ini, Iming-iming, Kuping Panas, Makin Sayang, dan Si Kecil.Lagu nan sampai saat ini masih dipopularkan sebagai lagu dangdut koplo ialah lagu dengan judul "Air Bunga" berikut ini.
Air Bunga - Rita Sugiarto
Air kembang tiada harum lagi
air kembang tidak mampu mencuci
goresan dosa dosamu dihati
catatan noda nan berdarah ini
air kembang ini tiada harum lagi
air kembang tidak mampu mencuci
Percuma saja kau datang lagi
hati ini terlanjur benci
biarlah saya seorang diri
tanpa ada kekasih
Terlalu parah kau menyakiti
aku sudah tidak sudi lagi
sedalam apa cintaku ini
sanggup kubunuh mati
takkan ku ampuni pengkhianatanmu kasih
tanpa ijin malaikat penjagaku ini
Dangdut Koplo Masa Kini
Lagu dangdut koplo nan popular pada zaman sekarang biasanya memuat kata-kata nan tak terlalu metaforis dibandingkan dengan lagu dangdut koplo terdahulu seperti nan dinyanyikan oleh Evie Tamala dan Rita Sugiarto. Selain itu, lagu dangdut koplo zaman sekarang juga lebih sering memuat tema cinta terlarang, kehidupan sengsara nan bersifat komedi, dan lain-lain dengan maksud menghibur masyarakat dan membuat mereka tertawa.
Salah satu lagu dangdut koplo palapa nan terkenal saat ini ialah lagu berjudul "ABG Tua" nan dipopularkan oleh Vivi rosalita berikut ini.
Kau tebarkan pesona ke setiap wanita
Tanpa kau sadari kau sudah lanjut usia
Tingkah lakumu bagaikan seorang remaja
Yang ingin dicinta dan selalu mencinta
Ku akui gayamu laksana arjuna
Yang mencari mangsa bila kau melihatnya
Tingkah lakumu bagaikan seorang remaja
Yang ingin dicinta dan selalu mencinta
Abg tua tingkahmu semakin gila
Kau menjerat semua wanita
Wanita nan ada di depan mata
Rayuanmu sungguh mempesona
Abg tua tingkahmu semakin gila
Tak peduli apa nan kau rasa
Tak peduli anak bininya di rumah
Emang engkau penjahat wanita
Dari beberapa lagu nan disebutkan di dalam artikel ini, mungkin Anda juga mengenal satu di antaranya atau bahkan ketiganya. Namun, kita dapat melihat tema nan diangkat oleh ketiganya cukup memiliki disparitas nan juga sangat representatif dalam memperlihatkan disparitas zaman.
Dalam lagu "1001 Hari", ada mitos 1001 nan sering dijadikan suatu metafora mengenai lamanya waktu nan diperlukan seseorang buat mencapai sesuatu nan diinginkan atau bahkan suatu hasil akhir dari proses nan telah dilakukan.
Hal tersebut memperlihatkan bahwa ada citra kehidupan nan memperlihatkan bahwa butuh waktu nan tak sebentar buat dapat merasakan apa nan telah dilakukan selama proses berlangsung.
Begitu juga dengan lagu "Air Bunga" nan lebih menunjukkan sisi metafora daripada sisi empiris dengan berbagai ungkapan denotatif. Kebanyakan diksi nan diangkat lebih bersifat konotatif buat menggambarkan suatu keadaan.
Berbeda dengan lagu zaman sekarang nan dari judulnya saja, kita dapat melihat apa isi lagu tersebut. Misalnya saja, lagu "ABG Tua" nan secara terang-terangan bercerita tentang seorang lelaki hidung belang nan suka menjerat wanita.
Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa lirik lagu serta tema nan diangkat dalam lagu dangdut koplo tak hanya diciptakan demi kepentingan hiburan masyarakat belaka, tapi juga secara tak langsung memberikan representasi mengenai kehidupan masyarakat Indonesia pada tiap zamannya.