Tanda-tanda Gunung Akan Meletus
Gempa bumi vulkanik ialah gempa bumi nan muncul ketika aktivitas gunung sedang dalam kondisi bergejolak. Negara kita ialah negara dengan jumlah gunung berapi nan sangat banyak, berjajar dari Sumatera hingga Papua. Hal ini disebabkan sebab posisi negara kita terletak tepat di rendezvous jalur sirkum pasifik dan mediterania. Gunung berapi paling aktif di global dapat ditemukan di Indonesia.
Apabila kita melihat peta jalur gunung berapi, maka hampir tak ada satu kawasan di Indonesia nan tak memiliki gunung berapi. Keberadaan gunung berapi ini tentunya menjadi ancaman tersendiri nan patut diwaspadai sebab gunung-gunung ini dapat kapan saja bergejolak dan mengeluarkan material panasnya.
Jenis Gempa Bumi
Pada dasarnya, gempa bumi merupakan guncangan nan dapat dirasakan di atas pemukaan bumi. Hal ini dikarenakan ada energi di dalam bumi nan dilepaskan dalam sekejap, dan menimbulkan sebuah gelombang nan disebut seismik. Ada banyak jenis gempa bumi, yaitu:
1. Berdasarkan Sumbernya
- Gempa bumi tektonik
Pergeseran lempeng benua secara tiba-tiba ialah penyebab gempa jenis ini. Gempa bumi tektonik ini merupakan gempa bumi dengan potensi kerusakan nan paling dasyat dibandingkan dengan jenis gempa bumi lainnya, mengingat aktivitas lempeng benua ini dapat mempengaruhi seluruh permukaan bumi.
- Gempa bumi tumbukan
Benda-benda angkasa luar seperti meteor atau asteroid dapat jatuh ke bumi kapan saja. Meski benda-benda langit tersebut akan terbakar ketika menembus lapisan atmosfir dan membuat ukurannya berkurang drastis ketika jatuh ke bumi, namun kadang ada benda-benda langit dengan ukuran raksasa nan tetap saja berukuran besar meski sebagian telah terbakar di atmosifr. Dan kejatuhan benda langit raksasa ini biasanya menimbulkan gempa lokal nan disebut gempa tumbukan.
- Gempa bumi buatan
Di kawasan pertambangan kadang para pekerja perlu meledakkan tambang buat membuka jalan. Dampak dari ledakan dinamit ini nan kemudian mengakibatkan gempa bumi buatan. Gempa bumi protesis dapat terjadi dalam skala masif dan berakibat fatal misalnya dengan meledakkan nuklir, seperti bom nuklir nan membumihanguskan Hiroshima-Nagasaki pada Perang Global II.
- Gempa bumi vulkanik
Gempa bumi vulkanik ialah gempa bumi nan terjadi dampak aktivitas gunung berapi. Tepatnya sebab dinamika nan terjadi di dalam dapur magma sebuah gunung berapi. Ada kalanya aktivitas magma ini meningkat sebagai tanda-tanda gunung barah ini akan meletus memuntahkan material panasnya. Aktivitas magma nan semakin militan ini akan menimbulkan getaran pada badan gunung nan disebut gempa vulkanik. Semakin tinggi dan intens getaran ini artinya letusan gunung ini semakin dekat.
2. Berdasarkan Kedalaman
- Gempa bumi dalam
Di kedalaman lebih dari 300 km di bawah permukaan bumi, kadang terjadi guncangan. Namun, sebab jaraknya nan terlalu dalam di perut bumi, biasanya kita nan berada di atas permukaan bumi tak merasakannya. Dan gempa bumi jenis ini biasanya tak memiliki potensi kerusakan nan besar.
- Gempa bumi menengah
Aktivitas perut bumi kadang juga menimbulkan guncangan dengan hiposentrum ada di kisaran 60 km hingga 300 km dari permukaan bumi. Apbila gempa di kedalaman ini terjadi cukup besar, maka efeknya akan dirasakan oleh semua mahkluk di atas permukaan bumi. Namun biasanya potensi kerusakannya masih tergolong ringan.
- Gempa bumi dangkal
Gempa bumi nan terjadi dengan kedalaman kurang dari 60 km di bawah permukaan bumi, ialah jenis gempa bumi nan perlu diwaspadai sebab memiliki potensi kerusakan besar.
Jenis-jenis Gempa Vulkanik
Seperti nan dikatakan di awal bahwa gempa bumi vulkanik ialah gempa nan muncul dampak aktivitas magma di dalam gunung berapi, maka pada dasarnya gempa vulkanik dapat dibedakan menjadi:
a. Gempa Vulkano-Tektonik
Di dalam dapur magma gunung berapi, tarikan magma dapat mengubah tekanan pada batuan. Batuan-batuan ini kemudian bergerak di dalam gunung berapi nan menyebabkan getaran nan dapat dirasakan di sekitar gunung. Apabila gempa vulkanik pada umumnya dikaitkan dengan tanda-tanda sebuah gunung akan meletus, gempa vulkano-tektonik ini tak dapat dijadikan patokan, sebab gempa ini dapat terhadi kapan saja.
b. Gempa Periode Panjang
Aktivitas magma di dalam gunung berapi nan berkumpul di atas dan siap meledak, membuat batuan-batuan di sekitarnya mengalami perubahan tekanan. Konvoi batuan dan terdorongnya magma ke atas ini menimbulkan tremor atau gempa bumi nan merupakan gejala sebuah gunung berapi akan meletus . Tremor sendiri diartikan sebagai rangkaian getaran nan terjadi terus-menerus.
Sementara itu, berdasarkan frekuensi getaran, gempa bumi vulkanik dibedakan menjadi:
a. Gempa vulkanik frekuensi tinggi
Gempa vulkanik dengan frekuensi tinggi terjadi apabila getaran nan terjadi di sekitar gunung cukup tinggi, tercatat antara 5-15 HZ.
b. Gempa vulkanik frekuensi rendah
Yang dikatakan sebagai gempa vulkanik frekuensi rendah apabila getaran di sekitar gunung terjadi pada frekuensi 1-5 Hz. Gempa bumi ini terjadi sebab adanya tekanan cairan/ fluida. Tekanan cairan ini terjadi sebab tekanan magma dan greadien suhu di dalam gunung berapi menimbulkan retakan dimana resonansi gelombangnya kemudian menyebabkan getaran.
c. Gempa vulkanik multifase
Gempa vulkanik nan terjadi sebab aktivitas magma di dalam gunung berapi kadang tak dapat dibedakan dengan mudah apakah itu termasuk gempa vulkanik dengan frekuensi tinggi atau rendah. Kadang nan terjadi merupakan kombinasi dari keduanya. Gempa vulkanik seperti itulah nan disebut multifase.
d. Gempa vulkanik ledakan
Gempa vulkanik nan satu ini disebabkan sebab aktivitas ledakan gunung berapi itu sendiri. Apabila gempa-gempa vulkanik jenis lainnya merupakan tanda-tanda nan terjadi sebelum sebuah gunung berapi meletus, gempa vulkanik nan satu ini terjadi pada saat ledakan itu sendiri. Dengan catatan getaran ini terjadi dampak letusan nan sifatnya meledak, bukan nan meleleh.
e. Gempa vulkanik tremor
Tremor ialah jenis gempa vulkanik nan terjadi secara intens. Frekuensi nan dimiliki gempa tremor berlangsung monoton mulai dari hitungan menit hingga hari. Frekuensi gempa tremor pada umumnya berkisar antara 1-5 HZ.
f. Gempa vulkanik periode sangat panjang
Gempa vulkanik jenis ini memiliki durasi anatar 3-20 detik dan biasanya diikuti dengan keluarnya gas belerang dari gunung berapi.
Tanda-tanda Gunung Akan Meletus
Gempa bumi vulkanik ialah jenis gempa bumi nan sudah tak asing bagi masyarakat Indonesia. Mengingat negara kita terletak di rendezvous jalur gunung berapi dari sirkum pasifik dan mediterania, tidak heran jika beberapa gunung berapi teraktif di global dapat ditemukan di sini. Sebut saja Gunung Krakatau, Gunung Toba, Gunung Tambora, Gunung Merapi, Gunung Semeru, dan sebagainya. Berikut ini ciri-ciri sebuah gunung siap meletus:
Gempa vulkanik terjadi secara intens, baik dengan frekuensi getaran kecil hingga frekuensi besar. Biasanya semakin mendekati saat ledakan, gempa bumi vulkanik nan terjadi juga semakin besar dan intens.
Terdengarnya suara gemuruh dari dapur magma nan terdengar oleh penduduk sekitar. Suara gemuruh ini merupakan frekuwensi betapa suasana di dalam gunung berapi ini sudah semakin memanas, dan magma sedang sibuk mencari jalan keluar dari gunung.
Munculnya awan panas nan bergulung-gulung dan tebal seperti bulu domba gimbal. Tak heran masyarakat Jawa menyebut awan panas sebagai wedus gembel. Suhu awan panas ini luar biasa tinggi, berkisar antara 500-700 derajat celcius nan tentunya akan memusnahkan segala macam nan dilaluinya. Awan panas ini nan biasanya menyebabkan banyak korban berjatuhan.
Ketika aktivitas gunung berapi semakin meningkat, biasanya hewan-hewan nan tinggal di lereng gunung akan merasakannya. Dan sebelum gunung meledak, hewan-hewan ini akan lari turun gunung. Ini dapat menjadi indikator bahwa kawasan gunung sudah tak kondusif lagi.
Apabila angin bertiup dan Anda mencium bau belerang nan kuat, artinya gunung berapi siap memuntahkan materialnya.
Mata air nan bersumber di gunung akan mengering atau debit air berkurang secara drastis.
Percikan kembang barah muncul di atas gunung, kenyataan ini dapat dilihat secara jelas di malam hari. Begitu pula dengan adanya pijaran lava dari atas puncah gunung.