Citra Lagu Dangdut
Anggaplah kini Anda berada di sebuah universitas pada belahan global nan lain di luar Indonesia, seperti Universitas Cambridge, Oxford University dan beberapa universitas lain. Kemudian cobalah Anda dengarkan musik nan diperdengarkan oleh mobil nan berlalu lalang di universitas tersebut atau sekedar berkunjung ke fakultas kajian budaya dan saksikan rentetan musik-musik nan diperdengarkan.
Kemudian cobalah beralih pada salah satu universitas di Indonesia, lalu dengarkan lagu-lagu nan didengarkan anak-anak muda kita sekarang. Ternyata sungguh ajaib, di daerah-daerah nan jauh di sana diperdengarkan lagu lagu dangdut dan melayu sedangkan di negeri sendiri musik antah berantah nan tidak paham syair dan liriknya sangat dilazimi oleh sebagian pemuda-pemuda kita.
Perkembangan Lagu Dangdut di Indonesia
Inilah sebuah bertentangan dengan harapan nan cukup jelas terlihat bahwa sesungguhnya kita, secara umum, tidak paham tentang sebuah nilai kebanggaan, salah satu contohnya ialah lagu dangdut. Project Pop dalam lagunya nan berjudul "Dangdut is the Music of My Country" sedemikian populer dan renyah buat dinikmati.
Mencoba mengajak para pendengar dan penikmat musik larut dan menyelami makna syair lagu tersebut, serta bermaksud memberikan apresiasi pada lagu lagu dangdut dan mungkin saja mengajak mencintainya pula. Disampaikan dalam liriknya, "apakah nan bisa menyatukan kita? Salah satunya dengan musik...Dangdut is the Music of My Country".
Secara mudahnya, penafsiran kalimat tersebut ialah apresiasi nan tinggi terhadap nilai sebuah lagu lagu dangdut. Seperti nan telah dipercayai oleh kebanyakan orang, lagu dangdut ialah lagu orisinil Indonesia. Sejarah banyak mengatakan bahwa lagu ini banyak dipengaruhi oleh aransemen musik melayu.
Dahulunya musik melayu merupakan musik nan mengakar kuat dan sering memengaruhi beberapa genre musik. Dan dangdut merupakan salah satu dari cabang orkes musik Melayu. Musik Melayu nan terdengar lirih dan mendayu melalui lagu dangdut diubah dengan adanya alat musik gendang serta seruling, nan menjadikan orkes Melayu bergeser nilainya menjadi bentuk lain nan lebih berbeda temponya.
Pemasukan alat musik lain pada orkes Melayu menjadi sebuah lagu dangdut merupakan revolusi nan krusial buat menanggulangi dan melawan arus musik nan sedang beredar kala itu, yaitu musik rock. Orkes Melayu sering diremehkan dan diacuhkan sebab temponya nan mendayu-dayu tak enerjik, tidak seperti musik pop dan musik rock.
Citra Lagu Dangdut
Pelaku utama, sekaligus pioneer musik dangdut, Rhoma Irama dan Soneta bahkan diremehkan saat pertama menyuarakan lagu lagu dangdut. Lemparan batu menjadi sambutan nan cukup menyakitkan kala itu.
Kini, musik dangdut telah banyak berkembang. Perkembangan musik dangdut merambah ke industri hiburan, kaset dan CD, pengiring sebuah sinetron, serta tidak lepas dari itu ialah beberapa acara televisi nan menampilkan acara spesifik lagu dangdut.
Pioneer-pioneer pembawa musik dangdut ke kancah nan bisa diterima masyarakat, sekarang telah banyak nan 'lengser keprabon'. Usaha mereka telah membawa hasil dengan diterimanya lagu lagu dangdut ke ranah masyarakat, bahkan ke mancanegara.
Perkembangan lagu dangdut pun semakin santer dengan masuknya beberapa alat musik lain, seperti keyboard, gitar, dan alat musik lain. Inilah nan menjadikan proses perkembangan musik dangdut semakin cepat. Sebagian orang menganggap lagu lagu dangdut ialah lagu pinggiran sebab kebanyakan penikmat lagu dangdut terlihat dari beberapa orang nan berpenghidupan di bawah dan menengah.
Orang-orang level kelas atas lebih memilih lagu jazz dan blues nan menurut mereka sederajat dengan tingkat hayati nan berkecukupan. Namun, usaha buat membumikan lagu lagu dangdut, agar bisa diterima oleh seluruh penduduk Indonesia. Lagu dangdut tidak sekedar berhenti pada usaha agar dangdut diakui oleh masyarakat umum.
Terlihat pada akhir-akhir ini, beberapa pemusik pop banyak memadukan lagu lagu dangdut dengan aransemen lagu mereka, sehingga dangdut semakin diterima oleh umum. Pop nan identik dengan anak muda, disisipkan lagu dangdut agar para pemuda menghargai dan mencintai lagu dangdut.
Adapula beberapa kelompok pemusik dan band nan mengkolaborasikan lagu lagu dangdut dengan lagu rock, sehingga menciptakan perpaduan nan lazim, nan disebut rock-dut. Lagu nan bergenre rock, tapi dipadu dengan alunan suara gendang, sehingga terkesan merdu dan merakyat.
Juga sebab pengaruh musik pop korea, lagu lagu dangdut pun dikemas secara apik dengan menampilkan girl band dangdut nan berbeda dengan nan lainnya. Perkembangan perpaduan lagu dangdut pun kini sangat mudah ditemui. Namun, pada perkembangannya, ada beberapa pergeseran nilai dari lagu dangdut ini.
Bukan dari bentuk perpaduan dan kolaborasinya namun dalam segi performansi pemusik dangdut. Untuk mudahnya, ingat kembali perseteruan Rhoma Irama dengan Inul Daratista. Lagu lagu dangdut nan dihiasi dengan goyang ngebor telah menjadi konsumsi khalayak. Pergeseran nilai nan jauh, kala dangdut diremehkan dan diterima, menjadi lagu nan seronok oleh beberapa oknum.
Sungguh disayangkan lagu dengan penuh perjuangan menjadi lagu dengan konsumsi hanya buat umur tertentu. Anak-anak menjadi sangat ditakutkan buat menyaksikan tampilan lagu lagu dangdut sekarang ini. Pembandingan seorang nan berkecimpung dalam global tarik suara kala dulu dengan sekarang memang jauh berbeda.
Dahulu kala, menjaga suara, image, dan performansi menjadi andalan utama. Ternyata hal tersebut bergeser menjadi sebuah kelangkaan. Tidak dibutuhkan lagi suara nan merdu, syair nan pantas buat diperdengarkan. Image nan sopan dan pembawaan lagu nan berwibawa dengan penjiwaan lagu dan cengkok nan merdu.
Performansi pemusik dangdut nan semakin berekspresi, membuat beberapa orang tua 'merinding' terhadap putra-putra mereka. Beberapa acara televisi disiarkan malam agar anak-anak di bawah umur tak mudah mengkonsumsi performansi lagu ini.
Selain gaya, saat melantunkan lagu lagu dangdut nan semakin parah, belum lagi syair nan dilantunkan nan sering kali tak bagus, memicu pada perdebatan. Ada pula nan berbau pornografi dan tidak sedikit nan terlalu mendayu-dayu.
Lagu nan seharusnya menjadi momentum perubahan orkes Melayu malah menjadi lagu nan lebih bergaya barat dengan tampilan gendang dan keyboard. Belum lagi saat pentas dan konser. Banyak orkes musik nan menggawangi musik dangdut dengan penyanyi nan sungguh sangat menakutkan penampilannya.
Lagu nan harusnya dibawakan dengan mimik kesedihan, menjadi tak match lagi saat dilantunkan dengan gaya ngebor, ngecor, kayang, dan sebagainya. Kesesuaian antara mimik dan penjiwaan dengan isi atau syair lagu sangat tak sinkron, sehingga dirasa kurang harmonis.
Belum lagi suara saat melantunkan lagu terdengar melengking dan parau, cengkok pun tidak kelihatan lagi. Sungguh pergeseran nan amat jauh. Sebuah kebolehan antar setiap individu, pemusik, pembuat lagu dan aransemen serta penyelenggara sebuah konser buat menampilkan tampilan nan memukau.
Indah dipandang, sedap dinikmati, tapi tentunya ini semua harus dalam koridor nan tetap terjaga. Undang-undang pun mengatur kebebasan buat mengemukakan pendapat, serta mengutarakan sebuah ekspresi, tapi alangkah kelirunya ketika aktualisasi diri nan bukan menjadi gambaran bangsa Indonesia sebagai orang Timur nan sopan menjadi berubah dengan adanya penampilan musik dangdut nan notabene khas dari Indonesia.
Seni bermaksud mewadahi setiap aktualisasi diri individu, tentunya ialah seni nan tak merusak. Kebenaran dalam hal berekspresi tentu pula harus melihat adat dan adab nan berlaku pada suatu daerah. Seni nan harusnya menampilkan estetika suara dan syair, serta cengkok, tak sepantasnya berubah fungsi menjadi seni nan berbau pornografi.
Suara dan syair nan dijual dan diperdengarkan kepada khalayak tentunya haruslah tetap dijaga, jangan sampai komoditi tersebut berubah fungsi menjadi komoditi baju dan tarian nan seronok bahkan merambah pada tataran erotis.
Lagu lagu dangdut nan menjadi ikon bangsa Indonesia haruslah dijaga eksistensinya sebagai sebuah warisan budaya. Performansi dan tampilan nan sopan dan baik tentu akan menjadi sebuah komoditi dan aset buat mendongkrak lagu lagu dangdut di kancah persaingan musik nan semakin menjamur.