Pakaian Pengantin Pria
Sandang pengantin Betawi sebagaimana baju pengantin adat lainnya di Indonesia mempunyai karakteristik khas tersendiri. Karakteristik khas tersebut biasanya merupakan pencerminan budaya maupun kepercayaan nan ada dalam masyarakat itu. Tak heran bila kemudian banyak kita jumpai pemakaian simbol buat mewakili kepercayaan nan ada.
Masyarakat Betawi ialah penduduk orisinil nan mendiami daerah Jakarta. Sebagai daerah nan sejak dulu terkenal sebagai kota pelabuhan dan kota dagang, Jakarta tempo dulu banyak didatangi oleh orang asing. Baik itu nan bertujuan buat berdagang, berdakwah bahkan menjajah.
Keadaan ini membuat masyarakat Betawi kemudian mengalami banyak pembauran. Para pendatang tentu saja selain menjalankan tugas pokoknya juga menyebarkan adat Norma daerah asalnya. Percampuran itulah nan kemudian menghasilkan satu kebudayaan tersendiri. Budaya Betawi.
Contoh pembauran itu bisa dilihat salah satunya dari sisi kebudayaan. Alat musik tradisional , umpamanya. Tanjidor, nan dikenal sebagai milik masyarakat Betawi mendapat pengaruh dari Belanda. Gambang kromo terpengaruh budaya China. Keroncong tugu nan masih berbau Portugis. Dan masih banyak lagi.
Yang juga tidak kalah menarik adalah melihat baju khas pengantin betawi. Sebagaimana alat musik, baju khas pengantin Betawi ini juga mengalami pembauran dampak kedatangan para pendatang. Sekilas melihatnya maka kita langsung dapat menebak bahwa ada pengaruh budaya Arab dan China nan cukup kental di sana.
Pakaian Pengantin Wanita
Busana adat pengantin wanita Betawi terdiri dari:
1. Tuaki
Tuaki ialah pakaian pengantin bagian atas. Tuaki lazimnya berbahan polos dengan hiasan sulaman dan manik-manik nan diletakkan dibeberapa bagian tertentu. Modelnya juga bermacam-macam, seperti bentuk geometris, kembang maupun hewan(burung hong).
Tuaki terdiri dari dua model yaitu model pakaian kurung (Melayu) dan model shianghai (Cina). Tuaki berbentuk pakaian kurun modelnya tidak jauh berbeda dengan pakaian kurung Melayu pada umumnya. Sedangkan tuaki model shianghai bercirikan krah nan tertutup. Pada pergelangan lengan diberi benang karet. Modelnya dibuat mengikuti bentuk badan pengantin wanita dengan panjang sebatas pinggul. Untuk pemanis biasanya ditambahkan rimpel dibagian bawah tuaki.
2. Kun
Kun adalah pasangan dari tuaki. Berbentuk rok dengan potongan nan melebar di bagian bawah. Panjangnya sampai ke mata kaki. Sebagaimana tuaki, kun juga diberi hiasan nan disesuaikan dengan hiasan nan ada pada tuaki. Warnanya juga mengikut pada rona tuaki. Biasanya dipilih warna-warna nan cerah terbuat dari kain satin nan halus maupun beludru nan lembut. Kegemerlapan ini melambangkan suasana suka cita serta keceriaan nan menyertai kedua mempelai beserta keluarga mereka.
3. Teratai Betawi
Teratai betawi atau disebut juga delima betawi merupakan hiasan nan dipakai dibagian dada dan bahu pengantin wanita. Hiasan ini terbuat dari beludru nan diberi tambahan hiasan logam di permukaannya. Hiasan ini biasanya berbentuk motif kembang tanjung. Sebagai pelengkap, dikenakan juga kalung lebar nan dipakai melingkar di atas teratai Betawi.
Pada perhiasan aslinya, terbuat dari emas murni. Namun seiring zaman, diganti dengan mute/manik-manik. Hiasan teratai betawi ini terdiri atas delapan lembaran kecil. Semuanya lalu dirangkai menjadi susunan delapan daun teratai berbentuk simetris.
4. Bahtera Kolek
Perahu kolek adalah alas kaki nan dipakai oleh pengantin wanita. Alas kaki ini berbentuk selop dengan ujung meruncing ke atas sehingga mirip bahtera kolek. Bahtera kolek ini kemudian dihiasi dengan tahtahan emas maupun mute/manik-manik.
5. Riasan Kepala
Pada pengantin adat betawi, hiasan kepala nan digunakan pengantin wanita cukup banyak. Mula-mula rambut disanggul mengikuti model konde cepol tanpa disasak. Cara membuat sanggul ini dengan melilitkan rambut secara berputar hingga membentuk tiga taraf lingkaran. Setelah itu dipadatkan memakai tusuk konde. Sanggul ini diletakkan persis dibagian tengah agak ke atas sedikit.
Kemudian ada hiasan nan disebut siangko bercadar. Siangko bercadar selalu berwarna emas nan dihiasi batu permata. Panjang cadarnya sekitar 30 cm dan terbuat dari manik-manik. Selain siangko bercadar, ada lagi jenis siangko lainnya nan dipakai di belakang sanggul dan berfungsi sebagai epilog ikatan siangko bercadar.
Dibagian atas dari siangko bercadar terdapat sigar atau mahkota bermotif kembang nan dipenuhi oleh permata. Hiasan lainnya adalah bunga paku atau tusuk paku berjumlah sepuluh atau lebih. Pelengkap lain adalah lima buah tusuk kembang atau bunga tancep nan melambangkan rukun islam nan lima. Ada juga bunga goyang nan ditambah dengan dua sampai empat buah bunga kelapa nan dipasang di kiri dan kanan sanggul Tak lupa tusuk konde pasak dengan berbentuk salah satu huruf Aarab (lam) ditusukkan di atas siangko epilog simpul tali siangko bercadar.
Hiasan nan juga tak ketinggalan adalah hiasan burung hong (burung phoenix) atau disebut juga bunga besar atau bunga gede. Biasanya bunga gede ini berjumlah empat buah sebagai pelambang empat orang Khulafaur Rasyidin, empat sahabat primer Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam. Sementara pemilihan burung hong sebagai symbol burung di surga sekaligus melambangkan kebahagiaan buat kedua mempelai.
6. Perhiasan Lainnya
Perlengkapan pengantin wanita betawi ada juga nan dipakai di kedua telinga. Namanya sunting atau sumping telinga. Konon, sunting ini mengandung kekuatan tersendiri. Jika pengantin wanita nan memakainya sudah tak perawan maka pengantin wanita tersebut akan merasa pusing bahkan sampai pingsan. Sebagai pelengkap sunting, di telinga pengantin wanita juga dihiasi dengan sepasang kerabu. Kerabu adalah perpaduan antara giwang dan anting-anting dijadikan satu.
Untuk bagian tangan, pengatin wanita mengenakan gelang listring dan gelang selendang mayang serta cincin emas bertaburkan batu permata.
Secara asal seluruh perhiasan nan digunakan mulanya terbuat dari bahan emas dan batu permata asli. Namun seiring perkembangan, nan digunakan saat ini biasanya hanya berupa sepuhan rona emas. Sedangkan buat hiasan batu permata digunakan mute/manik-manik.
Pakaian Pengantin Pria
Untuk busana pengantin pria betawi, sebagaimana pengantin pria lainnya, tidaklah sebanyak pengantin wanita.
1. Gamis
Gamis adalah baju nan panjang serta longgar dan berkerah shanghai. Panjangnya biasanya mencapai hingga mata kaki.
2. Selempang
Selempang adalah selendang nan dikenakan di atas gamis. Selempang ini bermotifkan benang emas atau mute/manik-manik nan berwarna cerah. Dipakai dengan cara diselempangkan/disampirkan di bagian pundak kiri pengantin pria. Selendang merupakan simbol kebesaran kaum bangsawan.
3. Jubah
Jubah atau disebut juga jube adalah baju luar nan agak longgar dan sengaja dibiarkan terbuka di bagian depannya. Jubah ini lebih pendek sekira 10 cm dari panjang gamis. Jubah biasanya terbuat dari kain beludru berwrna cerah.
4. Alpie
Alpie atau alfiah adalah tutup kepala nan terbuat dari sorban. Terdiri dari dua jenis, pendek dan agak tinggi. Alpie merupakan baju kebesaran kaum bangsawan dan cendekia.
5.Perlengkapan Lainnya
Sebagai pelengkap dan penunjang keserasian, pengantin pria mengenakan sepatu pantopel. Pemilihan rona tentu saja disesuikan dengan keserasian busana pengantin pria.