Puisi Lingkungan Hayati Tentang Sungai
Mamandang alam dari atas bukit, sejauh pandang kulepaskan.
Sungai tampak berliku, sawah hijau membentang.
Bagai permadani di atas langit.
Gunung menjulang, berpayung awan.
Oh, latif pemandangan.
Cuplikan syair lagu anak-anak di atas mengingatkan kembali pada keutuhan alam Indonesia nan hijau, segar, penuh dengan sawah, sungai nan jernih, dan serangkaian pemandangan memesona. Potongan syair itu bisa digolongkan pada puisi lingkungan hayati . Semua estetika tersebut sudah mulai terkikis dua puluh tahun belakangan ini. Banyak sawah nan telah berubah menjadi Mall atau perumahan. Banyak juga gunung nan gundul dan sungai mengering.
Berbagai peristiwa membuat semua pemandangan tersebut mulai menghilang. Mulai dari bala alam, sampai bala nan ditimbulkan oleh ulah tangan-tangan manusia. Inilah nan menjadi perhatian para artis dan beberapa kalangan sehingga banyak bermunculan puisi lingkungan hidup.
Sebenarnya banyak lagu-lagu baik dari Indonesia maupun luar negeri nan dibuat berdasarkan puisi lingkungan hayati tersebut. Katakanlah jika tahun 1980an ada sosok Gombloh dengan “Lestari” nan merupakan rangkaian puisi lingkungan hayati terplikasi apik dalam petikan gitar dan dentuman piano.
Kemudian, ada sosok Ebiet G Ade dengan beberapa puisi lingkungan hayati nan menjelma menjadi sebuah lagu, semacam “Berita Untuk Kawan”. Nicky Astria nan juga pernah melantunkan puisi lingkungan hayati dan menjelma menjadi lagu “Kota Tua”. Dan beberapa puisi lingkungan hayati karya para artis seperti Ully Sigar Rusady, WS Rendra, dan beberapa artis lainnya.
Lagu dan puisi lingkungan hayati memang memiliki keterikatan nan saling menunjang dalam usaha mempertahankan ekosistem serta memelihara lingkungan sekitar. Secara tak langsung, puisi lingkungan hayati turut berperan serta menumbuhkan perasaan cinta lingkungan. Inilah media nan disukai oleh hampir semua orang buat menanamkan Norma menjaga lingkungan sekitar kita dari berbagai pengaruh jelek nan bisa mencemarinya.
Puisi Lingkungan Hayati Tentang Hutan
Puisi lingkungan hayati tentang hutan bercerita tentang berbagai estetika dan panorama hutan. Puisi lingkungan hayati tentang hutan juga dapat berkisah tentang hewan nan ada di hutan, kepunahannya, ekosistemnya, dan berbagai hal mengenai hutan.
Puisi lingkungan hayati tentang hutan juga dapat berisikan tentang hutan nan gundul, kayu nan bnayak ditebang, dan bukit nan longsor. Semua dapat dituangkan dalam puisi lingkungan hayati nan mengajak seluruh penduduk bumi memikirkan kembali tentang kelestarian hutannya. Karena bagaimana pun hutan ialah paru-paru kita, loka terluas nan menghasilkan oksigen bagi keberlangsungan manusia dan hewan di dunia.
Berikut contoh puisi lingkungan hayati tentang hutan:
Hutanku (Afin Murtie)
Dahulu, hijau semerbak aroma dedaunan.
Dahulu, rimbun pohon merasuk dalam bayangan.
Dahulu, semua begitu indah.
Dahulu, semua begitu nyata.
Kini, semua hijau telah tersisih.
Kini, semua pohon tengah merintih.
Kini, tinggal puing-puing nan menyerpih.
Kini, akankah semua ini terganti.
Puisi Lingkungan Hayati Tentang Gunung
Gunung dan pegunungan berjajar di sepanjang Nusantara tercinta. Puisi lingkungan hayati tentang gunung dapat menginspirasi kita buat lebih mencintai alam sekitar. Gunung-gunung nan tersebar tersebut menyimpan banyak air higienis buat kebutuhan sehari-hari. Dari gunung juga mengalir sungai-sungai dan di sekeliling gununglah loka hutan bertengger dengan nyamannya.
Puisi lingkungan hayati tentang gunung banyak dibuat oleh anak-anak sekolah dasar nan tengah belajar dengan guru bahasa Indonesia mereka. sebab anak-anak tersebut memiliki memori nan latif tentang gunung dan pegunungan nan ada di sekitar mereka.
Berikut contoh puisi lingkungan hayati tentang gunung:
Biru dan Cokleat (Afin Murtie)
Kau, tinggi menjulang menatap langit.
Kau, gagah dan kukuh di tengah hamparan sawah.
Berkelok, menikung, dan menimbulkan hentakan suasana desa.
Biru dari jauh, coklat dari dekat.
Terbentang, memikat, menimbulkan sejuta asa.
Akankah kau tetap menjulang?
Akankah kau tetap membentang?
Jika tangan-tangan jahil itu.
Mulai memulasmu dengan nafsu
Entah….
Puisi Lingkungan Hayati Tentang Sungai
Sungai sering memberikan inspirasi bagi para artis atau awam buat membuat puisi lingkungan hidup. Kejernihan air sungai nan mengalir, memang mulai sporadis kita temukan di kota besar dan kecil. Tinggal sungai nan melewati pedesaan saja masih menyisakan kenangan akan gemericik air nan membuat kita terlempar jauh ke masa lampau.
Puisi lingkungan hidup tentang sungai, ingin menceritakan tentang estetika sungai, tentang pentingnya sungai bagi kehidupan manusia, dan tentang bagaimanakah sungai tersebut harus dijaga. Dengan puisi lingkungan hayati nan dibuat maka kita ingin mengajak generasi muda terutama buat lebih mencintai alam sekitarnya. Tidak hanya terlelap dengan pesona gemerlapnya dunia.
Ada satu lagu tentang sungai nan sangat terkenal, lagu ini menginspirasi bagi kita buat melihat kembali ke sungai-sungai di sekitar rumah. Lagu ini mengisahkan meluapnya sungai nan dapat saja memporak-porandakan kehidupan masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, lagu nan berisi puisi lingkungan hayati tentang sungai ini sangat populer di masanya. Mau tahu lagunya? Ya, judulnya ialah “Bengawan Solo”.
Berikut contoh puisi lingkungan hayati tentang sungai:
Riak Kecill (Afin Murtie)
Berkelok, tajam, menurun, dan landai.
Barisan air terbawa sampai jauh tidak tergapai.
Inilah sungai, loka kehidupan berandai.
Riak kecil membawa harapan buat dicapai.
Pabila tiba semua tidak kuasa lagi.
Menahan beban dedaunan kering tanpa asa.
Pabila nanti tidak ada lagi riak kecil di sungai.
Itulah pertanda jangkauan bagi kita.
Sungai itu merintih, membutuhkan uluran tangan.
Sungai itu meratap, tidak ingin lagi melihat kegundulan hutan.
Karena airnya akan mengering, sebab riaknya tidak lagi hadir.
Puisi Lingkungan Hayati Tentang Bala Alam
Bencana alam selama ini kita mengenalnya sebagai sebuah takdir nan terjadi dan diturunkan oleh Tuhan kepda manusia. Tetapi jika diamati lagi, bala alam bukan hanya terjadi sebab takdir semata. Bala alam seringkali terjadi sebab kealpaan manusia dalam memelihara alam semesta.
Puisi lingkungan hayati tentang bala alam ingin menggugah kita buat kembali memandang alam sebagai sebuah harmoni kehidupan. Puisi lingkungan hayati tentang bala alam mencoba menyadarkan bahwa tindakan radikal nan kita lakukan ke alam akan membawa akibat jelek bagi diri kita sendiri.
Berikut puisi lingkungan hayati tentang bala alam:
Lumpur Lapindo (Afin Murtie)
Terseok seorang bocah berjalan di atas pematang.
Memandang dan menerawang jauh ke depan.
Di sanalah kehidupan masa kecilnya tenggelam.
Bersama rumah, sekolah, dan sawah loka berkejaran.
Jika boleh memilih, bocah kecil itu niscaya merintih.
Jika boleh menolak, bocah kecil itu niscaya berlari.
Berlari dari ketidakpastian dan keterpurukan.
Menjauh dari bala dan lorong pasar yang pengap.
Bencana itu memang dahsyat.
Datang perlahan namun merayap.
Menenggelamkan semua nan tersisa.
Bahkan memusnahkan harapan seorang bocah.
Jika dia datang tidak diundang.
Mengapa lumpur itu penuh suka cita.
Jika dia datang sebab undangan.
Mengapa si pengundang tidak kuasa memulangkannya.
Senyap….
Demikian beberapa puisi lingkungan hidup, dan masih banyak lagi puisi nan dapat kita untuk buat menunjukkan keberadaan lingkungan hayati kita nan telah tercemar.
Berbagai kegunaan puisi lingkungan hayati bagi si pembuat, pembaca, dan pendengarnya antara lain:
1. Puisi lingkungan hayati membangkitkan memori masa kecil nan indah.
Dengan mencoba membuat, membaca, atau mendengar puisi lingkungan hayati maka kita dapat mengenang kembali masa kecil nan indah. Apalagi kalau ketika kecil kita masih menemui keadaan indah, segar, dan menakjubkan berbagai pemandangan dan penampakan alam tersebut.
Puisi lingkungan hidup, terutama nan dibuat oleh generasi tahun 70-80an masih berkisah tentang memori estetika masa lampau. Berbeda dengan puisi lingkungan hayati nan dibuat oleh genearasi tahun 2000an sekarang nan lebih banyak mengarah ke penanggulangan berbagai akibat lingkungan.
2. Puisi lingkungan hayati membuat kita tersadar bagaimana harus menjaganya.
Dengan membuat, membaca, maupun mendengarkan puisi lingkungan hayati maka kita menjadi tersadar bahwa kadangkala apa nan kita lakukan merupakan hal nan bisa merusak lingkungan. Oleh karenanya dengan banyaknya orang nan menyukai puisi lingkungan hidup maka diharapkan kelestarian alam akan senantiasa terjaga.