Hadits Tentang Akhlak – Rasulullah dan Kesederhanaan
Akhlak manusia pada zaman sekarang ini semakin rusak, terutama para generasi muda sebab pengaruh perkembangan teknologi nan semakin canggih. Untuk itu, perlu adanya pelajaran atau nasehat mengenai akhlak, terutama mengenai sikap saling memberi. Hadits tentang akhlak nan diucapkan oleh Rasulullah berikut ini menjadi pelajaran paling hakiki tentang pentingnya menyantuni anak yatim.
“Apakah kalian ingin mendapatkan kepuasan batin serta terpenuhinya kebutuhan hidup?” tanya Nabi Muhammad SAW kepada para sahabat. “Tentu saja ya Rasulullah,” jawab mereka antusias. “Sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berikanlah makanan nan sama dengan makanan nan engkau makan. Pasti engkau akan meraih kepuasan batin dan terpenuhinya kebutuhan hidup.”
Hadits Tentang Akhlak – Pentingnya Bersedekah
Hadits tentang akhlak nan diucapkan oleh Rasulullah Saw menjadi acuan bagi umat muslim buat berbuat baik, terutama pada mereka anak-anak yatim. Hadits tentang ahklak nan diajarkan oleh Rasulullah akan membawa kita menjadi seorang manusia nan lebih baik. Merenungkan kesalahan, dan memperbaikinya di kemudian hari.
Keutamaan sedekah memang sudah banyak dicantumkan dalam beberapa ayat Al-Qur'an. Allah memerintahkan kepada umat muslim buat bersedekah. Hadits tentang akhlak pun kemudian ikut dilontarkan oleh Rasulullah Saw, Nabi Muhammad Saw.
Hadits tentang akhlak merupakan sebuah pelajaran bagi umat muslim buat dapat menjalani hayati dengan lebih berakhlak. Akhlak nan diajarkan Rasulullah Saw dalam hadits tentang akhlak salah satunya ialah akhlak berderma. Bahwa mencintai sesama dan berbagi ialah salah satu bukti diri seorang muslim.
Akhlak nan baik akan mencerminkan pribadi seseorang nan juga baik. Mendermakan sebagian kelebihan terutama harta bagi orang-orang nan tak lebih beruntung ialah nilai pelajaran nan terkandung dalam hadits tentang akhlak.
Hadits Tentang Akhlak – Rasulullah dan Amal Sedekah
Bersedekah, memberi dan berbagi kepada sesama memiliki loka tersendiri dalam hati insan mulia ini. Beliau pernah menegaskan dalam hadits tentang akhlak nan disampaikannya bahwa, " Kunci kesuksesan seorang Muslim ialah kegemarannya dalam memberi dan kemampuannya dalam berempati terutama kepada mereka nan kekurangan ". (HR Thabrani)
Tinta sejarah telah menuliskan betapa Nabi Muhammad SAW merupakan seorang pendakwah nan pandai mengajak orang pada kebaikan. Beliau banyak menasbihkan hadits tentang akhlak , salah satunya akhlak dalam menyantuni anak yatim. Pada saat bersamaan, beliau pun merupakan seorang praktisi sejati.
Artinya, apa nan beliau perintahkan buat dilakukan umatnya, pasti akan beliau amalkan terlebih dahulu sebelum orang lain mengamalkannya, termasuk dalam hal kedermawanan. Beliau selalu memberi contoh dari hadits tentang akhlak nan diucapkannya.
Hadits Tentang Akhlak – Rasulullah dan Kesederhanaan
Ketika wafat, Nabi Muhammad SAW tak meninggalkan warisan apa-apa buat keluarganya, selain beberapa pangkas baju usang dan sebuah pakaian besi nan dijaminkan kepada seorang Yahudi.
Pada masa hidupnya beliau seringkali kelaparan. Andai pun makan, apa nan dimakannya itu hanya sedikit sebab sebagiannya lagi beliau sedekahkan. Beliau benar-benar menjalankan hadits tentang akhlak nan beliau ucapkan, bahkan hingga tutup usia.
Aisyah pernah berucap, “Rasulullah tak pernah kenyang sepanjang tiga hari berturut-turut. Kalau seandainya kami mau niscaya kami kenyang, akan tetapi beliau selalu mengutamakan orang lain daripada dirinya (sendiri).” (HR Baihaqi)
Nabi Muhammad SAW tak berpakaian mewah, kecuali baju dari bahan kasar. Nabi Muhammad SAW pun tak tidur, kecuali dialasi pelepah daun kurma nan telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menjadi kasur. Itulah mengapa, sebab kasar, “kasur” tersebut selalu meninggalkan bekas di pipi Nabi ketika beliau bangun dari tidur.
Beliau sangat takut jika di rumahnya tersisa sedikit saja harta nan belum dibagikan. Tentang hal ini, Abu Dzar bertutur. “Suatu hari saya berjalan bersama Rasulullah SAW di sebuah tanah lapang di Madinah, hingga di hadapan kami terlihat Jabal Uhud.”
Nabi menyapaku dan menyampaikan sesuatu, sesuatu nan kemudian menjadi hadits tentang akhlak bersedekah nan diamini, "Tidak akan pernah membuat bahagia memiliki emas seperti Jabal Uhud ini, jika sampai melewati tiga hari dan saya masih memiliki satu dinar, kecuali nan saya gunakan buat melunasi utang. Jika saya memilikinya, niscaya akan saya bagi-bagikan semuanya tanpa residu dan saya katakan kepada hamba-hamba Allah begini, begini, begini (beliau mengisyaratkan arah kanan, kiri dan belakangnya)’.” (HR Bukhari Muslim).
Dari rangkaian kisah ini, dari rangkaian hadits tentang akhlak bersedekah dan kedermawanan ini, kita mungkin bertanya-tanya: Kedermawanan macam apakah ini? Sebersih apakah hati orang nan mau menjalaninya? Siapa pula pemimpin nan mau hayati bersahaja sebagaimana nan dilakukan Nabi Muhammad SAW?
Oleh sebab itu, tak hiperbola jika Abdullah bin Abbas menyebut Rasulullah SAW sebagai manusia paling dermawan di antara manusia nan paling dermawan. Kedermawanan beliau mencapai puncaknya pada bulan Ramadhan. Bagaikan angin berhembus; saking mudahnya. (HR Bukhari)
Bagaimana mudahnya Rasulullah SAW dalam memberi, dan menciptakan rangkaian hadits tentang akhlak, bisa kita simak dari penuturan seorang sahabat bernama Rabi’ binti Ma’udz bin Urfa. Ia bercerita bahwa ayahnya pernah menyuruh dia buat membawakan satu sha’ kurma basah dan mentimun halus kepada Nabi Muhammad SAW.
Pada saat nan bersamaan, Nabi Muhammad SAW tengah menerima utusan dari Bahrain nan membawa hadiah berupa aneka perhiasan emas nan mahal harganya.
Ketika melihat Rabi’, Nabi Muhammad SAW segera mengambil emas-emas itu sampai telapak tangan beliau dipenuhi emas. Apa nan terjadi? Di luar dugaan Rabi’ binti Ma’udz, beliau memberikan emas-emas ini kepadanya. “Maka, beliau memberikan perhiasan atau emas sepenuh telapak tanganku, lalu bersabda, ‘Berhiaslah engkau dengan ini…!' (HR. Thabrani dan Ahmad).
Mengapa Rasulullah SAW demikian mudah dalam memberi? Satu dari sekian banyak jawaban ialah sebab besarnya kecintaan beliau kepada Allah dan kepada umatnya. Nah, berdasarkan hadits tentang akhlak nan beliau ucapkan, kedermawanan ialah wahana nan paling pas buat mendekatkan diri kepada-Nya dan kepada semua hamba-Nya.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Kepemurahan dan kedermawanan akan mendekatkan diri kepada Allah Swt, kepada sesama manusia, dan kepada surga−Nya, serta akan menjauhkan dari siksa neraka.” (HR Tirmidzi). Sebaliknya, beliau pun sangat membenci sifat kikir. Berikut ini ialah sabda Rasul nan kemudian diamini sebagai hadits tentang akhlak nan berkenaan dengan sifat kikir.
"Hati-hatilah (hindarkanlah dirimu) dari sikap kikir, sesungguhnya umat sebelum kamu itu rusak disebabkan sikap kikir. Sungguh kikir itu telah menyuruh mereka memutuskan interaksi maka mereka memutuskan, memerintahkan mereka buat serakah, maka mereka serakah, dan menyuruh mereka buat berbuat fujur (penyelewengan), maka mereka pun menyeleweng.” (HR Abu Dawud dan Hakim)
Para pembaca nan budiman, berdasarkan hadits tentang akhlak tersebut, kita bisa mengetahui bahwa kedermawanan hanyalah satu dari sekian banyak akhlak mulia nan dimiliki Rasulullah SAW. Andai kita mau meneliti ayat Al-Quran atau hadits hadits tentang akhlak, kita akan mendapat citra nan lebih sempurna tentang kemuliaan akhlak beliau.
Kita pun akan terkagum-kagum dibuatnya dan semakin memahami kebenaran firman Allah Swt. berikut, “Sesungguhnya, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang Mukmin.” (QS At-Taubah, 9:128).
Seseorang nan menyampaikan banyak hadits tentang akhlak nan bisa menuntun umat manusia hayati dalam jalan kebenaran, merupakan sikap nan mulia.
Pada zaman sekarang ini, nasehat atau pelajaran tentang akhlak manusia berkurang. Pengaruh kemajuan teknologi nan semakin canggih membuat orang-orang sibuk dan terlena dengan kecanggihan teknologi tersebut.
Sekarang ini, seseorang lebih memilih belajar tentang teknologi informasi dari pada belajar mengenai agama. Akibatnya, akhlak manusia sekarang ini tak terkendali dan kacau.
Generasi muda sekarang ini sudah terpengaruh oleh kecanggihan teknologi nan sedang berkembang. Kebutuhan rohaninya tak terpenuhi, sehingga akhlaknya pun menjadi tak baik.
Pengajaran tentang akhlak seharusnya ditanamkan sejak dini, sejak kecil. Ketika seorang anak sudah dididik akhlak baik sejak kecil, maka ketika dia tumbuh dewasa, dia mempunyai akhlak nan baik. Dia bisa membedakan mana akhlak nan baik dan mana akhlak nan buruk.
Tentu saja, pelajaran tentang akhlak ini harus terus dilakukan sebab pengaruh itu datang setiap saat. Meskipun seorang anak itu sudah tumbuh dewasa, kebutuhan rohani harus tetap diberikan, terutama tentang akhlak.
Demikian klarifikasi mengenai hadits tentang akhlak Rasulallah. Semoga menjadi pembelajaran dan bermanfaat bagi Anda buat membangung akhlak nan baik dan dermawan.