Ragam Bahasa Campuran Kromo dan Ngoko
Bahasa merupakan wahana komunikasi antar manusia di dalam melalui kehidupannya di global ini. Semenjak masih dalam kandungan manusia sudah bisa mendengarkan apa nan diucapkan oleh ibunya. Dari sana, manusia memperoleh pengetahuan pertamanya tentang ragam bahasa. Apabila sang ibu sering memakai bahasa Indonesia misalnya, maka memori tentang bahasa Indonesia inilah nan mendominan kemampuan si bayi kelak setelah lahir ke dunia.
Demikian pula jika si ibu menggunakan ragam bahasa lainnya, seperti bahasa daerah maupun bahasa Internasional maka bahasa-bahasa tersebut nan akan diingat dengan kuat oleh si bayi. Dalam artikel ini, penulis akan membahas tentang ragam bahasa nan ada di Jawa Timur, sebagai loka asal aku mulai lahir sampai saat ini.
Jawa Timur merupakan daerah sebelah paling timur di pulau Jawa nan wilayahnya bukan hanya terdiri dari kota-kota dan daerah di pulau Jawa saja. Ada beberapa pulau nan ikut di dalam wilayah Jawa Timur. Yang terbesar ialah pulau Madura, kemudian diikuti dengah pulau lain seperti pulau Bawean, Sapudi, dan beberapa pulau kecil tidak berpenghuni. Itulah mengapa ragam bahasa di Jawa Timur menjadi melimpah, dengan karakter masing-masing nan mewarnainya.
Ragam Bahasa Jawa Kromo Madya dan Kromo Inggil
Mengawali pembahasan ragam bahasa di Jawa Timur dari ujung paling barat nan berbatasan langsung dengan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota di Jawa Timur nan berbatasan dengan kedunya, di sebelah selatan antara lain kota Madiun, Ngawi, Magetan, dan Pacitan. Beberapa kota tersebut berbatasan dengan kota Solo dan Sragen. Oleh sebab itu, ragam bahasa nan dipakai ialah bahasa Jawa Kromo.
Bahasa Jawa kromo atau bahasa Jawa halus ini menggunakan beberapa kata pengganti bagi orang-orang nan usianya lebih tua, ataupun nan dihormati. Ragam bahasa Jawa halus atau Jawa kroo terdiri dari kromo inggil buat diucapkan pada mereka nan lebih tua dan terhormat. Ada juga ragam bahasa nan disebut dengan kromo madya yaitu bahasa halus nan berada di tengah-tengah.
Biasanya, ragam bahasa kromo madya digunakan kepada orang nan sebaya dengan kita.Beberapa contoh penggunaan ragam bahasa kromo inggil dan kromo madya:
Ragam bahasa Indonesia Ragam bahasa kromo madya Ragam bahasa kromo inggil
- Saya (bahasa Indonesia);Kulo (bahasa kromo madya);Dalem (bahasa kromo inggil)
- Kamu (bahasa Indonesia); Sampeyan (bahasa kromo madya);Njenengan (bahasa kromo inggil)
- Kepala (bahasa Indonesia)Sirah (bahasa kromo madya);Mustaka (bahasa kromo inggil)
- Ikut (bahasa Indonesia)Nderek (bahasa kromo madya);Tumut (bahasa kromo inggil)
Ragam bahasa Jawa kromo tersebut memiliki manfaat masing-masing nan perlu buat dipelajari dengan sahih sebelum menggunakannya. Misalnya, ketika kita berbincang dengan bapak atau ibu guru, maka nan digunakan ialah ragam bahasa kromo inggil. Jika berbincang dengan orang tua, pakde , budhe , atasan, lurah, camat, presiden, semua memakai ragam bahasa kromo inggil.
Berbeda jika kita berbincang dengan rekan sejawat, teman sekolah, orang nan baru kenal dan usianya diperkirakan sama atau di bawah kita, maka nan dipergunakan ialah ragam bahasa keomo madya.
Ragam Bahasa Jawa Ngoko
Berbeda dengan ragam bahasa kromo, ragam bahasa Jawa ngoko atau kasar ini dipakai oleh masyarakat Jawa Timur secara umum. Mulai dari daerah pesisir utara seperti Tuban, Lamongan, sampai dengan daerah Surabaya, Mojokerto, Sidoarjo, Jombang, kebanyakan memakai ragam bahasa Jawa ngoko atau kasar.
Ragam bahasa Jawa ngoko ini akan terlihat sangat kasar apabila digunakan di Jawa Tengah ataupun di Jawa Timur nan berbatasan langsung dengan daerah Jawa Tengah seperti nan kita sebutkan di atas. Padahal bahasa Jawa ngoko ini sama sekali tak dimaksudkan buat merendahkan harkat dan prestise siapa pun. Semua kembali lagi ke maksud dan tindakan sebelum kita menilai hanya dari ragam bahasa nan dipergunakannya.
Ragam bahasa Jawa ngoko memang terdengar kurang sopan bagi nan terbiasa mendengar kromo madya dan kromo inggil. Namun, percayalah di Jawa timur khususnya kota-kota nan telah aku sebutkan di atas hal tersebut tak berlaku. Semua ragam bahasa dianggap sopan apabila disampaikan dengan intonasi nan baik dan tak terkesan membentak ataupun menggurui.
Bahkan di Surabaya dikenal ada bahasa umpatan atau meso nan kadangkala artinya justru menyapa teman-teman. Namun, sebenarnya sebagai arek Suroboyo aku menyayangkan pendayagunaan bahasa mengumpat atau meso sebagai sapaan bagi teman ini. Karena pada dasarnya sekasar apapun ragam bahasa Jawa ngoko di Surabaya, umpatan tetap menyakitkan dan tak boleh sembarangan dipakai kepada orang lain apalagi nan tak bersalah kepada kita.
Beberapa contoh penggunaan ragam bahasa Jawa ngoko:
Ragam bahasa Indonesia Ragam bahasa Jawa ngoko/kasar
- Saya (bahasa Indonesia); Aku (bahasa jawa ngoko)
- Kamu (bahasa Indonesia);Koen(bahasa jawa ngoko)
- Kepala (bahasa Indonesia);Endas (bahasa jawa ngoko)
- Ikut (bahasa Indonesia);Melok (bahasa jawa ngoko)
- Berdiri (bahasa Indonesia);Ngadek (bahasa jawa ngoko)
- Duduk (bahasa Indonesia);Lungguh (bahasa jawa ngoko)
- Mata (bahasa Indonesia);Moto (bahasa jawa ngoko)
Ragam Bahasa Campuran Kromo dan Ngoko
Ragam bahasa campuran antara bahasa kromo dan ngoko dipakai di daerah Jawa Timur seperti Kediri, Nganjuk, Tulungagung, Trenggalek, Malang, dan sekitarnya. Penggunaan ragam bahasa tersendiri ini didapatkan dari adapatasi beberapa bahasa Jawa nan bertebaran di sepanjang Jawa Timur. Daerah nan menggunakan bahasa campuran tersebut kebetulan berada di tengah-tengah antara daerah dengan penggunaan ragam bahasa Jawa kromo dengan Jawa ngoko.
Sekilas penggunaan ragam bahasa Jawa campuran kromo dan ngoko ini terlihat menggunakan ragam bahasa kromo madya. Namun sebenarnya, ada beberapa hal nan berbeda, hanya masalah dialeg dan penggunaan beberapa kata saja. Yang niscaya penggunaan ragam bahasa campuran ini sama sekali tak dianggap sebagai bagian tersendiri dari bahasa Jawa. Karena pemakaian kata-katanya memang berasal dari adaptasi berbagai bahasa Jawa nan ada di sekitar daerah tersebut.
Ragam Bahasa Madura
Seperti telah kita bahas bahwa Jawa Timur terdiri dari beberapa kota dan daerah nan tak semuanya masuk dalam pulau Jawa. Ada pulau Madura nan letaknya berada persis di seberang kota Surabaya. Dahulu buat singgah dan mengunjungi pulau Madura kita perlu naik kapal ferry dengan jangka waktu setengah sampai satu jam. Tetapi sekarang, telah dibangun jembatan Suramadu nan menghubungkan Surabaya dengan Madura.
Penduduk daerah Madura memiliki ragam bahasa tersendiri, yaitu bahasa Madura. Ragam bahasa Madura ini sekilas mirip perpaduan antara ragam bahasa Indonesia dengan Jawa. Namun, ada beberapa hal nan membuat ragam bahasa Madura terdengar unik, yaitu cengkok cara dialeg dan penyampaiannya sehingga tidak semua orang dapat menirunya. Kekhasan ragam bahasa Madura ini memiliki beberapa strata pula yaitu ragam bahasa Madura kromo dan ngoko.
Daerah nan menggunakan ragam bahasa Madura kromo berada di ujung timur pulau Madura yaitu sekitar Sumenep, Kalianget, dan beberapa pulau kecil di sekitarnya seperti pulau Sapudi. Namun, di daerah eksklusif di pulau Jawa yaitu sekitar Pasuruan, Probolinggi, Situbondo, dan Bondowoso juga memakai ragam bahasa Madura kromo bercampur dengan ragam bahasa Madura ngoko.Daerah di Jawa Timur nan berada di pulau Jawa tetapi menggunakan bahasa Madura tersebut biasanya letaknya berseberangan dengan pulau Madura.
Beberapa contoh penggunaan ragam bahasa Madura:
Ragam bahasa Indonesia Ragam bahasa Madura
- Saya (bahasa Indonesia); Engko’ (bahasa Madura)
- Kamu (bahasa Indonesia);Kakeh (bahasa Madura)
- Kepala (bahasa Indonesia); Cetak (bahasa Madura)
Ragam Bahasa Osing Banyuwangi
Jawa Timur memang luas dan kaya akan berbagai budaya. Ada lagi ragam bahasa nan sekilas mirip campuran antara bahasa Jawa dan Bali namun akhirnya menjadi ragam bahasa tersendiri yaitu dinamakan ragam bahasa Osing. Ragam bahasa Osing ini dipakai oleh masyarakat Jawa Timur nan tinggal di Banyuwangi dan sekitarnya. Bahasa Osing ini sekarang memang sporadis dipakai dan hampir punah.
Hanya orang-orang eksklusif di daerah sekitar Banyuwangi nan menggunakannya. Dari semua ragam bahasa nan terdapat di Jawa Timur sebenarnya masih ada lagi beberapa bahasa campuran. Seperti misalnya bahasa Cina-Jawa nan menggunakan kata-kata eksklusif sebagai karakteristik khasnya. Juga bahasa Cina-Madura nan merupakan perpaduan antara bahasa Mandarin dengan Madura. Begitu kaya dan beragamnya Jawa Timur, namun sampai saat ini semua bisa terkendali dan manunggal padu, semoga buat selamanya.