Makna Kata dalam Global Pendidikan
Tahukah Anda mengapa setiap kata memiliki makna? Apa fungsi makna kata dalam keseharian manusia? Nah, sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar makna kata tersebut, ada baiknya kita tinjau terlebih dahulu hal berikut ini.
Makna Kata dan Bahasa di Indonesia
Manusia ialah makhluk sosial nan tumbuh dan berbudaya. Interaksi antarmanusia terjalin dengan adanya komunikasi. Manusia berkomunikasi dengan bahasa. Sejak lahir, setiap manusia diberi kemampuan berbahasa secara alamiah tanpa perlu dipelajari.
Indonesia ialah negara nan kaya akan budaya dan suku bangsa. Letak wilayah nan luas dan tersebar di beberapa pulau membuat Indonesia menjadi salah satu bangsa nan memiliki banyak bahasa daerah dengan jutaan makna kata nan berbeda di setiap daerahnya.
Republik ini terdiri dari 33 provinsi. Satu provinsi saja terdiri atas beberapa bahasa daerah. Bisa dibayangkan berapa banyak bahasa daerah nan ada di negara ini. Dari sekian banyak bahasa daerah, dipersatukan dalam satu bahasa kesatuan (bahasa nasional), yaitu bahasa Indonesia.
Keberadaan bahasa nasional memudahkan komunikasi dengan beberapa suku lainnya, meskipun tak sporadis pula masyarakat nan tak mampu berbahasa Indonesia dengan baik. Mereka hanya mampu berkomunikasi dengan bahasa daerahnya. Keadaan seperti ini bisa ditemui terutama di suku-suku pedalaman dengan pola dan cara hayati nan masih primitif.
Penulis pernah mengalami kejadian lucu gara-gara disparitas makna kata dalam bahasa sunda dan bahasa jawa. rekan penulis, nan kebetulan ialah Orang Jawa hendak membeli pisang buat cuci mulut di kosan. Bercelotehlah dia kepada pedagang buah nan kebetulan orang Sunda.
"Bu, beli gedang satu, nanti diambil ya, aku mau beli pulsa dulu," katanya.
Setelah selesai membeli pulsa dibawalah "gedang" pesanannya. Apa nan terjadi selanjutnya? Ya, ada pertengkaran kecil antara rekan aku dan pemilik warung.
"Bu, aku minta gedang, bukan pisang," ujarnya
"Lha, itu nan aku bungkus kan gedang, bukan pisang," balas pedagang buah.
Penulis juga tak menyalahkan pemilik warung, nan ada malah mempertanyakan niat rekan saya. Namun, setelah dijelaskan oleh rekan saya, ternyata ada disparitas makna kata antara kata "gedang" dan "pisang" di dua bahasa tadi. Gedang dalam bahasa Jawa bermakna kata pisang, sedang pisang bermakna kata Pepaya. Makna katanya berkebalikan dengan makna kata dalam Bahasa Sunda.
Nah, sebagai warga nan baik, kita harus mengenali dan menguasai bahasa Indonesia secara benar. Sayangnya, seiring berkembangnya kehidupan nan modern, keberadaan bahasa Indonesia nan standar sudah tergeser dengan bahasa-bahasa gaul nan makna kata nya tak jelas. Bahasa Indonesia seolah sudah tak begitu dipedulikan oleh warganya sendiri.
Bahkan, mendengar pelajaran Bahasa Indonesia pun para pelajar seakan mencibir dan menganggap remeh bahasa ini. Padahal, setiap warga harus berperan dalam membangun negara. Salah satunya dengan berbahasa.
Seperti ungkapan dalam bahasa Sunda bahwa " bahasa ciciren bangsa" . Dengan demikian, jati diri sebuah bangsa ditentukan dari bahasanya. Jika kita ingin dikenal sebagai bangsa nan tangguh, maka kenali dan pelajarilah bahasanya.
Ironisme Bahasa Indonesia dan Makna Kata
Kasus nan pernah terjadi tentang ironisme Bahasa Indonesia ialah terpilihnya seorang puteri Indonesia bernama Karenina Sunny Halim. Ia ialah seorang nan di rumah dan di lingkungannya kerap berkomunikasi dengan bahasa Inggris.
Beberapa hari setelah terpilih, sebuah surat kabar memuat warta tentang Karenina dengan head line "Puteri Indonesia Belajar Bahasa Indonesia."" Sebagai warga negara, tentunya kita sendiri tahu bagaimana imbas kenyataan ini.
Seorang puteri Indonesia tak dapat berbahasa Indonesia Tidakkah kita malu dengan hal ini? Jika Bahasa Indonesia saja ia tak bisa, apalagi mengetahui makna kata nan jumlahnya sangat banyak. Satu hal nan paling krusial ialah jangan sampai modernisme menggilas bahasa dan budaya kita sendiri.
Makna Kata dalam Global Pendidikan
Dalam global pendidikan, bahasa dikenal sebagai sistem lambang bunyi nan arbitrer, nan digunakan oleh anggota suatu masyarakat buat bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Berdasarkan definisi tersebut, bahasa merupakan hal krusial dalam kehidupan manusia.
Definisi nan pendek saja sudah mencakup tiga kata kunci, yaitu bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Tanpa bahasa dapatkah kita melakukan tiga hal krusial itu? Oleh karena itu, pelajarilah bahasa kita sebelum diakui negara lain seperti nan telah terjadi pada kebudayaan kita.
Dalam tataran bahasa, dikenal sekelompok huruf (fonem) nan disusun menjadi sebuah kata. Kata ialah unsur bahasa nan nan diucapkan atau dituliskan nan merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran nan bisa digunakan dalam berbahasa (Alwi, 1990: 513). Dengan demikian, kata ialah komponen krusial dalam bahasa sebab kata mewakili apa-apa nan kita pikirkan dan kita rasakan.
Setiap kata nan diucapkan memiliki akibat tersendiri bagi kelangsungan hayati kita, sebab kata berbeda dengan huruf. Huruf tak memiliki makna, sedangkan kata memiliki makna kata. Baik-buruknya hayati kita, salah satunya, ditentukan oleh kata.
Terdengarnya memang sepele. Berkata apa susahnya, sih? Pemikiran semacam itu harus kita ubah. Kata ialah pedang. Kata dapat menjadi alat buat membedah sesuatu melalui maknanya. Seorang pakar bahasa harus tahu sahih mengenai kata dan makna kata di balik kata itu.
Contoh paling sederhana nan sering kali ditemui ialah tulisan, lebih tepatnya larangan, seperti ini: " Staff only !"" nan dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi, "Selain karyawan, dilarang masuk!"" Jika kita analisis makna kata selain, berarti bahwa karyawan pun dilarang masuk.
Untuk lebih jelas perhatikan kalimat berikut dengan penggunaan kata selain, "Selain saya, murid di kelas ini berasal dari luar pulau."" Hal ini menunjukkan bahwa semua murid berasal dari luar pulau. Dengan demikian, kalimat embargo "Selain karyawan, dilarang masuk!"" berarti nan tak boleh masuk ialah karyawan dan nan bukan karyawan.
Contoh lain nan lebih simpel, misalnya saat kita makan di loka makan nan menyajikan fast food , kita sering berkata, "Mas, minta piring satu lagi, donk!"" Perhatikan kata minta . Minta berarti sesuatu nan akan menjadi hak milik kita. Jadi, apabila setelah selesai makan kita membawa pulang piring tersebut tidaklah menjadi sebuah kesalahan berdasarkan sudut pandang bahasa.
Yang paling baru tentu saja kenyataan nan tercipta sebab Norma Syahrini mengucapkan kata "sesuatu banget ya." Jika dikaji lebih mendalam, makna kata nan terkandung di dalamnya sama sekali tak jelas, sama halnya dengan kenyataan " secara" beberapa waktu lalu. Namun, sebab penerimaan dari pengguna bahasa cukup besar, maka kedua kata tersebut seolah dapat diterima dan dipahami.
Hal-hal semacam itu bisa menjadikan sesuatu nan menarik buat dikaji. Bahasa bukan hanya sebagai alat komunikasi, melainkan alat buat membela diri. Bahasa ialah pedang buat menyingkap sesuatu nan tersembunyi di balik makna kata.